zonamahasiswa.id - Kabar naiknya tarif Candi Borobudur menjadi bulan-bulanan netizen. Tak tanggung-tanggung kenaikan tersebut mencapai Rp750 ribu untuk wisatawan domestik.
Sebelumnya, pemerintah berencana menaikkan harga tiket masuk Candi Borobudur. Jika menelisik lebih lanjut, satu tiket masuk wisatawan lokal merogoh kocek hingga Rp750 ribu per orang.
Lalu, untuk turis mencanegara akan dikenakan tarif 100 dokar AS per orang. Sementara untuk anak sekolah yang mendapatkan kuota 25 persen setiap harinya hanya dikenakan Rp5.000.
Baca Juga: Mantan Menristek: UI, ITB, IPB, UGM Jadi Target Utama Kelompok Radikal
Tanggapan Dosen Sejarah UGM
Berdasarkan informasi, kenaikan tarif tersebut bertujuan untuk membatasi jumlah pengunjung. Dengan begitu, jumlah pengunjung Candi Borobudur hanya 1.200 orang saja.
Lebih lanjut, pembatasan tersebut merupakan salah satu upaya konservasi Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia. Sebab, Candi Borobudur telah mengalami penurunan dan keausan batu candi.
Mengenai ini, dosen sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Dr Sri Margana mengungkap pembatasan kunjungan memang sangat diperlukan. Namun, ia mengkritik adanya tiket yang dianggap terlalu ugal-ugal dengan mematok tarif mahal.
"Akan tetapi membatasi kunjungan dengan cara menaikkan tiket secara ugal-ugalan, itu juga akal-akalan saja. Mau melindungi objeknya, tetapi tidak mau berkurang penghasilannya. Kalau benar-benar konsisten untuk preservasi tidak perlu menaikkan tiket," tutur Margana mengutip Republika (5/6).
Menurutnya, ada dua cara yang dapat digunakan untuk melindungi objek-objek di Candi Borobudur. Cara pertama dengan membatasi kuota kunjungan, terlebih bagi pengunjung rombongan dengan melakukan reservasi terlebih dahulu.
Kedua, dengan mengatur aliran pengunjung agar tak merusak heritage misalnya seperti membedakan tiket bagi yang ingin menuju candi atau sekadar berkeliling saja. Margana mengungkap kedua cara itu bisa menjadi opsi selain dengan menaikkan tarif.
Ia pun mengkhawatirkan jika harga tiket naik, maka Candi Borobudur akan menjadi kawasan eksklusif dan mahal yang hanya bisa dijangkau wisatawan menengah. Margana menyebut aturan baru tersebut diskriminatif sebab hanya berlaku untuk pengunjung domestik.
Terlebih, jumlah pengunjung Candi Borobudur terhitung lebaran tahun ini mencapai 31.089 wisatawan. Maka dari itu, dosen sejarah itu menyarankan sebuah prinsip yang harus dipegang oleh pengunjung dan pengelola.
Tak lain adalah karena Candi Borobudur merupakan bangunan suci sekaligus tempat beribadah bagi umat Buddha. Hal ini dapat diartikan bahwa saat mengunjungi tempat suci prinsip tersebut harus ditegakkan dan dihormati.
"Ada baiknya pengelola menyediakan disposal shoes yang layak bagi mereka yang akan menaiki area candi. Selain menjaga kesucian, untuk melindungi batu candi yang sudah berumur dari korosi akibat sepatu-sepatu pengunjung," ucapnya.
Tarif Candi Borobudur Naik Rp750 Ribu, Dosen Sejarah UGM Sebut Ugal-ugalan
Itulah ulasan mengenai kabar naiknya tarif masuk Candi Borobudur yang dibanderol hingga Rp750 ribu untuk wisatawan domestik hingga dosen sejarah UGM menyebutnya sebagai ugal-ugalan dan akal-akalan belaka.
Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.
Baca Juga: Bandung Mengenang: Sosok Eril Semasa Kuliah Disorot Netizen
Komentar
0