Berita

Tak Diizinkan Main HP Hingga Usia 2 Tahun, Wanita Ini Bagikan Perkembangan Anaknya

Muhammad Fatich Nur Fadli 11 Juni 2024 | 15:05:57

Zona Mahasiswa - Tidaklah mudah bagi orang tua mengatur aktivitas buah hati, apalagi yang sedari kecil sudah diberikan keleluasaan dalam penggunaan ponsel. Tantrum sudah menjadi teman akrab jika benda yang disukai, tiba-tiba saja diambil.

Baca juga: Masjid di Surabaya Ini Tiap Hari Didatangi Kaum Muslim hingga Non Muslim dari Berbagai Suku

Namun, wanita bernama Ashrinis Agustin tak ingin hal itu terjadi pada anaknya. Sejak kecil hingga berusia 2 tahun, sang anak sangat-sangat diperhatikan aktivitasnya, bahkan tak diizinkan menatap ponsel.

Semua usaha tentu dilakukan dengan penuh ikhtiar dan sungguh-sungguh. Anaknya sudah dibiasakan dengan buku hingga mainan edukasi.

Terbukti, di umur 1,5 tahun, sudah menguasai banyak kosakata, bahkan bisa melafadzkan Al-Fatihah. 

Tak sampai di situ, di usia 2,5 tahun, anaknya bahkan sudah khatam huruf Hijaiyah.

Tak diizinkan bermain hp hingga menonton tv bukan berarti tak pernah, namun jika sedang berkumpul keluarga, agar anaknya tak rewel, maka diizinkan melihat layar ponsel bersama-sama.

"Arfan baru “cukup” rutin nonton tv/youtube dirumah setelah usianya 3 tahun. Itupun dibatasi cuma 30 menit dan gak setiap hari," tulisnya dalam keterangan unggahan.

Caranya dalam mendidik anak pun menuai banyak perhatian dari warganet. Banyak yang kagum, hingga ingin sekali menerapkan cara yang sama kepada anaknya kelak.

Mengapa Anak di Bawah Usia 2 Tahun Baiknya Tak Diberi Gadget

Kini, gadget tak hanya menjadi konsumsi orang dewasa, bahkan anak-anak di bawah usia 2 tahun. Padahal, rekomendasi American Academy of Pediatric (AAP) menyebut anak di bawah 2 tahun seharusnya sama sekali tidak diperkenalkan dengan screen time (gadget atau TV). Anak sebaiknya baru diperkenalkan jika sudah berusia di atas 2 tahun, itu pun dengan pembatasan waktu.

Menanggapi hal ini, psikolog perkembangan anak dari Lembaga Psikologi Terapan UI Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi, mengatakan gadget memang bisa menjadi barang baru yang sangat 'wah' hingga orang tua pun terlena. Namun, kondisinya berbeda pada anak-anak.

"Waspadai penggunaan gadget pada anak-anak sebab anak itu belum punya kontrol. Jadi orang tua harus hati-hati. Dan seharusnya, anak di bawah 2 tahun tidak bersentuhan dengan gadget karena perkembangan otaknya sedang pesat," terang Vera di sela-sela Konferensi Media Fisher-Price Langkah Pertama di Seribu Rasa Resto, Gandaria City, Jakarta, dan ditulis Kamis (17/9/2015).

Daripada dikenalkan dengan gadget, anak usia dua tahun ke bawah pun sebaiknya diajak melakukan kegiatan yang lebih baik aktif dan kreatif. Termasuk pula ketika si kecil hanya menonton lagu berupa video di gadget, hal tersebut amat tidak disarankan.

Contohnya mainan untuk memasukkan berbagai macam bentuk bangun ruang, menurut Vera mainan seperti itu bisa saja didapatkan di aplikasi gadget. Namun, pada gadget hanya aktivitas menyentuh layar saja yang dilakukan sehingga hanya manfaat kognitif saja yang didapat. Sedangkan, untuk mengasah kemampuan motorik untuk koordinasi sensor motor tidak di dapat anak.

"Maka dari itu kalau anak kebanyakan main gadget, nggak heran saat ini ada anak yang susah sekali menggenggam sesuatu, menekan pensil ke kertas lemah karena memang tidak terlatih. Tapi bukan berarti tidak boleh mengenalkan gadget sama sekali ke anak. Di atas dua tahun, boleh diperkenalkan tapi ada batasnya, sehari maksimal screen time 2 jam, atau kalau bisa diberi gadget untuk main games saat weekend aja," tutur Vera.

Jika anak terlalu banyak bermain gadget, secara fisik, motorik halusnya tidak terstimulasi dengan baik. Untuk motorik kasar ia akan malas kemana-mana. Dari sisi kognitif, bisa jadi anak menjadi malas berpikir atau justru terpapar kekerasan. Nah, secara sosial emosional, karena anak biasa berinteraksi dengan alat, ekspresi muka bisa jadi tidak terasa.

Agar anak tak terlalu banyak menghabiskan waktu bermain gadget, menurut Vera peranan orang tua amat penting. Ayah atau ibu diharap juga tidak asyik sendiri dengan gadgetnya. Sebab, dengan begitu anak juga makin penasaran dengan gadget yang digunakan karena ia ingin merasakan kesenangan yang dialami ayah atau ibunya.

Ketika anak menangis karena tak diberi gadget, giliran orang tua yang perlu kreatif untuk mencari cara lain membuat anak sibuk. Misalnya, mengalihkan perhatian anak dari gadget dengan mengajak anak bermain dengan mainan yang tepat. Namun, bagi anak usia sekolah memanfaatkan gadget untuk mengerjakan tugas sekolah, dibolehkan, asal tetap dengan adanya pengawasan dari orang tua.

Hadir dalam kesempatan sama, Tan Shu Mei selaku senior brand manager Mattel South East Asia mengatakan dalam memilih mainan anak usahakan yang bisa merangsang tiga pilar kemampuan anak yakni kemampuan fisik, kognitif (bagaimana ia berpikir), dan sosial emosional (bagaimana anak mengekspresikan perasaannya).

"Sebaiknya orang tua memberi mainan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Maka dari itu, ayah dan ibu bisa menstimulasi dengan tepat tiga pilar kemampuan anak tersebut," ujar Shu Mei.

Tak Diizinkan Main HP Hingga Usia 2 Tahun, Wanita Ini Bagikan Perkembangan Anaknya

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.

Baca juga: Bikin Netizen Geram! Indonesia Jadi Bahan Rasisme Orang Korsel di Forum Online

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150