
Zona Mahasiswa - Tragedi kembali menyelimuti dunia pendidikan di Indonesia. Kali ini, menimpa Angga Bagus Perwira (12), siswa kelas 1 SMP Negeri 1 Geyer, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Angga tewas pada Sabtu (11/10/2025) setelah diduga menjadi korban bullying yang berujung pada perkelahian di lingkungan sekolah.
Kisah Angga ini menyentuh hati banyak pihak, apalagi ia harus tinggal bersama kakeknya karena kedua orang tuanya merantau di luar kota. Keluarga menuntut agar kasus ini diusut tuntas.
Baca juga: Viral! Lansia 74 Tahun di Pacitan Nikahi Gadis Muda dengan Mahar Rp 3 M
Berawal dari Bully dan Aksi Adu Jotos
Paman korban, Suwarlan (45), menceritakan bahwa Angga diduga dikeroyok oleh teman-teman sekelasnya saat jam istirahat. Perkelahian yang merenggut nyawa Angga terjadi dua kali di hari yang sama.
1. Duel Pertama: Tak Terima Diejek Angga, yang sudah lama mengeluh menjadi korban perundungan, diduga tak terima diejek dan dipukuli kepalanya oleh teman-temannya. Hal ini memicu duel satu lawan satu antara Angga dengan salah satu temannya pada Sabtu pagi.
2. Duel Kedua: Diprovokasi Teman Perkelahian kedua terjadi pada Sabtu siang. Perkelahian ini dipicu oleh provokasi teman korban yang mengadu Angga agar mau berkelahi dengan pelaku lain.
Saat duel kedua inilah petaka terjadi. Angga jatuh terpeleset dan langsung pingsan. Korban sempat mengalami kejang-kejang sebelum akhirnya dibawa ke kelas. Sayangnya, nyawa Angga tidak tertolong lagi. Keluarga menerima kabar duka tersebut sekitar pukul 11.00 WIB.
Kakek korban, Pujiyo (50), membenarkan bahwa sebelum meninggal, cucunya sering mengeluh menjadi korban perundungan, bahkan sempat beberapa kali tidak masuk sekolah karena takut.
Kondisi Keluarga: Korban Tinggal Bersama Kakek
Angga merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putra pasangan Sawendra dan Ike Purwitasari. Sejak kecil, Angga tinggal bersama kakeknya di Dusun Muneng, Desa Ledokdawan, Grobogan. Kedua orang tua dan adik Angga sudah hampir 20 tahun tinggal dan bekerja di pabrik di Cianjur, Jawa Barat, dan hanya pulang saat Lebaran.
Situasi ini menyoroti kerentanan anak-anak yang ditinggal orang tua merantau (migrant workers) terhadap masalah sosial dan psikologis, termasuk menjadi target bullying di sekolah. Kakek Pujiyo meminta polisi untuk tidak menutup-nutupi kasus ini.
Penanganan Kasus oleh Polisi
Kasat Reskrim Polres Grobogan, AKP Rizky Ari Budianto, mengonfirmasi bahwa kasus kematian Angga yang diduga akibat perundungan sedang didalami.
Saat ini, penyidik Sat Reskrim Polres Grobogan masih melakukan pemeriksaan intensif terhadap sejumlah saksi, termasuk teman-teman sekolah korban dan para guru di SMPN 1 Geyer. "Masih proses pemeriksaan semua," kata Rizky. Polisi berkomitmen untuk mengungkap fakta sebenarnya di balik kematian tragis siswa kelas 1 SMP ini.
Perundungan: Masalah Serius yang Mematikan
Kasus Angga kembali mengingatkan kita bahwa bullying bukanlah sekadar kenakalan remaja, melainkan tindakan kekerasan serius yang dapat merenggut nyawa. Lingkungan sekolah, yang seharusnya menjadi tempat aman untuk belajar, justru menjadi momok menakutkan bagi korban.
Pentingnya peran semua pihak:
- Sekolah: Harus memiliki sistem pengawasan dan penindakan yang tegas terhadap pelaku bullying, serta menyediakan konseling yang memadai.
- Orang Tua: Baik yang merantau maupun yang mendampingi, perlu menjalin komunikasi terbuka dengan anak untuk mendeteksi tanda-tanda perundungan sejak dini.
- Masyarakat: Harus bersikap proaktif melaporkan dugaan bullying yang terjadi di sekitar mereka.
Tragedi ini menuntut penegakan hukum yang adil dan reformasi mendalam di sistem pendidikan, agar tidak ada lagi anak yang harus membayar nyawanya hanya karena diejek dan diintimidasi di sekolah.
Apa langkah paling efektif yang bisa dilakukan sekolah untuk menciptakan lingkungan yang benar-benar bebas dari bullying?
Baca juga: Begini Pengakuan Pembunuh Kasir Minimarket di Sungai Citarum: Awalnya Mau Tolong, tapi Khilaf
Komentar
0