zonamahasiswa.id - Hati anak mana yang tak hancur ketika mengetahui orang tua telah tiada, apalagi dengan cara yang tidak baik. Itulah yang dirasakan Menanti Simbolon, seorang gadis asal Sumatra Utara yang berteriak histeris ketika dipertemukan dengan pembunuh ayahnya.
Histeris ketika Dipertemukan Pembunuh Ayahnya
Hancur hati Menanti Simbolon, seorang gadis asal Kabupaten Samosir, Sumatra Utara ketika harus hadir di Markas Komando (Mako) Polres Samosir pada hari Kamis, 26 November 2020 silam. Menanti hadir di sana dalam rangka menjadi saksi dalam rekonstruksi kasus pembunuhan ayahnya.
Menanti Simbolon saat itu masih jadi siswi kelas 3 di SMAN 1 Ronggur Nihuta, Desa Sijambur, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir, Sumatra Utara. Menanti yang saat itu hadir sebagai saksi, tak kuasa menahan amarahnya hingga menangis histeris saat berada di tengah-tengah proses rekonstruksi.
Ia sendiri diketahui merupakan anak dari seorang raja adat Samosir bernama Rianto Simbolon. Terlebih, Menanti merupakan anak sulung dari Rianto Simbolon.
Pembunuhan terhadap Rianto Simbolon sempat menggemparkan publik pada 2020 silam. Dalam kasusnya, ada 6 orang yang dijadikan tersangka dengan alasan pembunuhan karena alasan kepemilikan tanah serta dendam keluarga.
Menanti Simbolon saat itu duduk di kursi dan mengenakan tanda pengenal sebagai seorang saksi kejadian. Hanya beberapa detik ia mampu duduk di kursi itu, sejurus kemudian ia langsung berdiri dan mengamuk histeris ketika melihat para tersangka memperagakan saat-saat pembunuhan itu terjadi.
Momen rekonstruksi kasus pembunuhan Rianto Simbolon itu diunggah oleh pengguna TikTok @dwisinaga86. Dalam video pendeknya itu, Menanti terlihat tak mampu lagi menahan amarah dan kesedihannya.
Ia pun meneriaki para tersangka dalam bahasa daerah. "Bapak e, bapak e. Kenapa kalian membunuh bapakku itu," terdengar jeritan Menanti kepada para tersangka sambil terus meraung-raung.
Tak diam begitu saja, tim kuasa hukum dari keluarga korban langsung berusaha menangkap dan menenangkan Menanti Simbolon agar tidak terus histeris. Diketahui, tim kuasa hukum yang digunakan oleh keluarga korban adalah dari Law Office Dwi Ngai Sinaga.
Salah satu kuasa hukum yang hadir dalam rekonstruksi kasus hari itu, Dwi Ngai Sinaga, dengan cekatan menahan tubuh Menanti yang hendak mengamuk langsung pada para tersangka. Dalam video yang dibagikannya di TikTok, Dwi terlihat begitu siap siaga dan terus menenangkan serta menguatkan Menanti agar mampu melewati kasus ini.
Dalam rekonstruksi hari itu, anak-anak almarhum Rianto turut hadir untuk menyaksikan kejamnya perbuatan biadab yang dilakukan 6 tersangka itu kepada ayahnya. Rekonstruksi itu dipimpin langsung oleh Kapolres Samosir saat itu, AKBP M Saleh serta Kasat Reskrim Polres Samosir saat itu, AKP Suhartono.
Dalam reka adegan yang dilakukan selama berjam-jam itu, keluarga korban yang hadir menyaksikan secara langsung adegan apa saja yang dilakukan pembunuh kepada ayah mereka. Diketahui, aksi pembunuhan terhadap Rianto Simbolon ini terjadi pada tanggal 9 Agustus 2020 silam.
Dari kasus ini, trauma yang begitu mendalam dirasakan oleh anak-anak Rianto Simbolon yang dibunuh dengan sadis. Kini, anak-anak Rianto lengkap sudah menjadi anak yatim piatu.
Hal ini dikarenakan ibu mereka, istri Rianto, sudah meninggal terlebih dahulu pada tahun 2018 silam. Setelah kejadian itu, mereka hidup di rumah peninggalan orang tua mereka di Kecamatan Ronggur Nihuta.
Kilas Balik Kejadian
Dalam kasus pembunuhan sadis terhadap Rianto Simbolon pada 2020 silam, 5 orang sudah ditetapkan sebagai tersangka saat itu. Ada Bilhot Simbolon (27), Pahala Simbolon (24), Justianus Simbolon (60), Parlin Sinurat (42), Tahan Simbolon (42), serta 1 orang lainnya yang saat itu masih berstatus sebagai buronan.
Kelima tersangka ini memiliki peran tersendiri dalam pembunuhan Rianto Simbolon. Justianus Simbolon (6) sendiri menjadi dalang atau otak pembunuhan Rianto Simbolon. Jalannya kasus ini pun juga diwarnai dengan kejanggalan.
Dwi Ngai Sinaga selaku tim kuasa hukum keluarga korban pun melayangkan keberatannya kepada pihak kepolisian karena adanya kejanggalan yang ia temukan saat itu. "Ada kejanggalan menurut saya selama berlangsungnya rekonstruksi. Pada visum kemarin ada 11 tusukan, tapi tadi ketika rekonstruksi hanya ada 5 tusukan," ucap Dwi.
Ia pun juga mengatakan jika alat bukti dan peran para tersangka yang ada saat itu tak jelas. Ada pun barang bukti berupa empat pisau dan batu yang digunakan untuk membantai Rianto, kini tak jelas siapa saja yang menggunakannya saat kejadian.
"Alat bukti batu bata itu tidak ada perannya, empat pisau itu pun tidak ada perannya," tutur Dwi.
Dwi pun curiga jika pihak kepolisian telah menghilangkan peran tersangka lainnya. Kecurigaannya ini didukung dengan tidak dimunculkannya alat bukti tadi beserta siapa yang memerankannya.
Namun dalam video yang dibagikannya di TikTok, Dwi Ngai Sinaga terlihat bekerja sepenuh hati dan berusaha meyakinkan Menanti Simbolon jika kasus pembunuhan ayahnya ini akan diusut hingga tuntas. Siapapun pelakunya, maka mereka akan mendapatkan hukuman yang setimpal.
Berikut ini cuplikan video momen pilu ketika Menanti Simbolon menangis histeris tak kuasa menahan diri ketika melihat para tersangka memperagakan diri ketika membunuh ayahnya. Video ini diunggah langsung oleh pengguna TikTok @dwisinaga86.
6 Pelaku Pembunuhan Tidak Hanya Membunuh Orang tuanya, Tapi Ketujuh Anaknya Juga
Sedih dan Marah, Itulah yang Dirasakan Anak ini Ketika Dipertemukan dengan Pembunuh Ayahnya
Itulah ulasan mengenai momen memilukan ketika Menanti Simbolon tak kuasa menahan diri dan menangis histeris ketika melihat para tersangka memperagakan diri saat membunuh ayahnya, Rianto Simbolon, pada 2020 silam.
Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.
Komentar
0