Berita

Sedang Marak Kasus Anak Cuci Darah di RSCM Penyebabnya Ternyata Karena Ini... 

Muhammad Fatich Nur Fadli 02 Agustus 2024 | 09:58:30

Zona Mahasiswa - Fenomena bocah ramai-ramai cuci darah tengah jadi perbincangan. Apa sebenarnya penyebab anak harus cuci darah?

Baca juga: Cowok Umur 19 Tahun Ini Masuk IGD Gegara Kebanyakan Pikiran dan Pola Hidup yang Kurang Sehat

Fenomena ini mulanya ramai jadi obrolan di media sosial. Banyak anak berbondong-bondong menjalani terapi cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.

Sebelum divonis gangguan ginjal, kebanyakan dari anak-anak yang dirawat di rumah sakit rujukan nasional ini banyak mengkonsumsi minuman berpemanis dalam kemasan.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Membenarkan

Terkait kabar tersebut, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membenarkan bahwa terdapat anak-anak yang harus menjalani hemodialisis karena cuci darah. Dalam survei yang dilakukan IDAI ditemukan kondisi hematuria dan proteinuria pada urine anak-anak, yakni adanya darah dan protein dalam air kencing mereka.

"Ini salah satu indikator awal kerusakan ginjal. Ini menunjukkan gaya hidup anak-anak kita usia 12-18 tahun ini sangat memprihatinkan," tutur Ketua Umum IDAI dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) saat dilansir dari detikcom.

"Pola makannya, pola geraknya, pola tidurnya sering begadang, dan malas gerak olahraga," sambungnya.

Dikutip dari laman IDAI, penyakit ginjal kronis merupakan pemicu anak harus menjalani cuci darah atau hemodialisis. Seorang anak dikatakan mengalami penyakit ginjal kronis jika didapatkan salah satu kriteria yaitu kerusakan ginjal berlangsung selama 3 bulan atau lebih.

Keluhan pertama anak dengan PGK saat dibawa ke dokter sangat beragam, mungkin berkaitan dengan penyakit ginjal yang mendasarinya ataupun sebagai akibat gangguan fungsi ginjal yang sudah menurun. Pada saat awal penyakit tidak menunjukkan adanya gejala, kemudian berkembang secara tersembunyi.

Penyebab penyakit ginjal kronis pada balita paling sering adalah kelainan bawaan, misalnya kelainan atau kekurangan dalam pembentukan jaringan ginjal, disertai adanya sumbatan atau tanpa sumbatan. Sedangkan pada usia 5 tahun ke atas sering disebabkan oleh penyakit yang diturunkan (misalnya penyakit ginjal polikistik) atau penyakit yang didapat, misalnya glomerulonefritis kronis.

Beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit ginjal kronis pada anak adalah: riwayat keluarga dengan penyakit ginjal polikistik atau penyakit ginjal genetik, bayi dengan berat lahir rendah atau prematur, anak dengan riwayat gagal ginjal akut, kelainan bawaan ginjal, infeksi saluran kemih, riwayat menderita sindrom nefrotik atau sindrom nefritis akut atau sindrom hemolitik uremik, riwayat menderita penyakit sistemik (kencing manis, lupus, Henoch Schoenlein purpura), dan riwayat tekanan darah tinggi.

Mengkonsumsi Minuman Berpemanis dalam Kemasan

Kasus gangguan ginjal pada anak hingga harus menjalani tindakan cuci darah banyak ditemukan di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sebelum divonis gangguan ginjal, kebanyakan dari anak-anak yang dirawat di rumah sakit rujukan nasional ini banyak mengonsumsi minuman berpemanis dalam kemasan.  

Pakar Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya Ira Purnamasari menjelaskan, ginjal merupakan organ yang berfungsi dalam proses penyaringan hasil metabolisme dan akan membuang zat-zat yang tidak diperlukan tubuh melalui proses pembentukan urine.

“Gagal ginjal merupakan kondisi saat terjadi penurunan fungsi ginjal dalam menyaring limbah hasil metabolisme dan membuang racun. Sisa-sisa metabolisme yang seharusnya dikeluarkan oleh sistem kemih akhirnya menumpuk di ginjal, yang dalam jangka panjang akan mengakibatkan gagal ginjal,”ujar Ira dilansir dari situs UM Surabaya pada Selasa, 30 Juli 2024.

Ira yang juga dosen di Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) mengatakan, kebanyakan penyebab kasus gagal ginjal yang terjadi pada anak-anak yang menjalani cuci darah adalah kelainan kongenital atau kelainan bawaan sejak lahir. Pemicu paling banyak adalah sindrom nefrotik, dan bentuk ginjal yang abnormal seperti bentuk ginjal yang kecil dan kista ginjal. 

“Selain karena kelainan bawaan, gagal ginjal pada anak juga bisa disebabkan karena obesitas. Obesitas bisa disebabkan karena gaya hidup salah satunya pola makan tidak sehat. Sering mengkonsumsi minuman manis berkemasan, makanan cepat saji, dan makanan berkalori tinggi,”imbuh Ira.

Ia menjelaskan, selain pola makan tidak sehat, penyebab lain obesitas adalah kurangnya aktivitas pada anak. Apalagi penggunaan gadget menyebabkan anak malas untuk bergerak. Kurangnya gerak pada anak menyebabkan kalori yang masuk ke tubuh lebih banyak dibandingkan kalori yang dibakar. 

“Penumpukan kalori secara terus menerus dapat menyebabkan anak mengalami obesitas,” katanya.

Ia mengatakan, penanganan pada anak yang mengalami gangguan ginjal terminal adalah dengan cuci darah. Beda dialisis dan hemodialisis adalah dialisis merupakan proses penyaringan darah menggunakan lapisan perut bagian dalam (peritoneum). Sedangkan hemodialisis adalah proses penyaringan darah menggunakan mesin yang fungsinya seperti ginjal.

Sedang Marak Kasus Anak Cuci Darah di RSCM Penyebabnya Ternyata Karena Ini... 

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.

Baca juga: Putri Ariani, Finalis American's Got Talent Kini Jadi Mahasiswi Hukum UGM Yogyakarta

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150