zonamahasiswa.id - Tolok ukur kesuksesan setiap orang memang tak bisa disama ratakan. Hal itulah yang dilakukan Ronal Simanjorang, seorang lulusan sarjana pertanian yang lebih memilih menjadi petani bawang daripada bekerja kantoran.
Baca juga: Viral di Tiktok! Pandawara Group, 5 Anak Muda Yang Hobinya “Nongkrong” Bersihkan Sampah di Sungai
Motivasi Untuk Anak Muda Lainnya
Ronal Simanjorang, seorang petani bawang merah yang berasal dari Desa Merek, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatra Utara. Meskipun Ronal adalah lulusan sarjana agribisnis, namun dirinya justru memilih berprofesi sebaga petani bawang ketimbang kerja kantoran.
Karena Ronal mengenyam studi perkuliahan mengenai agribisnis, sehingga ia memiliki bekal ilmu yang cukup untuk memulai bertani bawang merah
Ronal sendiri tak punya trik khusus ketika mulai menggeluti dunia pertanian bawang. Ia hanya mencoba menggunakan prinsip tanam dengan baik, rawat, dan menerapkan semua ilmu yang ia dapat selama berkuliah dulu.
Sebelum menjadi petani bawang, Ronal ternyata sudah pernah mencoba menanam kentang. Saat menanam kentang itu, Ronal mencoba sebuah inovasi dalam pertanian kentang, yakni memanen kentang dengan menggunakan traktor.
Ronal mengatakan jika salah satu hal terpenting dalam bertani adalah fokus pada hasil. "Harga, ya nomor sekianlah itu. Yang penting hasilnya dulu," ucapnya.
Namun, untuk mencapai hasil yang baik, Ronal harus menghadapi banyak tantangan eksternal seperti letak geografis lahan pertanian dan cuaca saat itu. Momen krusial yang harus diperhatikan menurut Ronal adalah ketika memasuki masa pasca panen.
"Nah, yang repot itu ketika di pasca panen, pada saat pasca panen tentunya membutuhkan cuaca yang cerah dan matahari cukup," ujar Ronal.
Sempat Mendapat Stigma Negatif Masyarakat
Keputusan Ronal untuk menjadi petani bawang nyatanya tak semudah itu. Tantangan besar dari pilihannya ini adalah stigma masyarakat sekitar pada dirinya. Masyarakat sekitar mulai mengungkit tentang studi kuliahnya ke Pulau Jawa itu sia-sia.
"Di kampung saya, udah kuliah jauh-jauh sampe ke Jawa, pas kembali ke kampung halaman justru kembali memegang tanah seperti orang tuanya, berarti gagal kuliahnya, ijazahnya dipertanyakan," ucap Ronal. Ronal mengakui jika dirinya sempat down dan minder atas komentar-komentar tersebut.
Terparah, Ronal pernah mendapatkan omongan tak mengenakkan dari masyarakat yang mengatakan jika ia tak pantas menjadi seorang petani. Menurut masyarakat, seharusnya ia menjadi pegawai perusahaan bank ternama.
Usut punya usut, Ronal dulunya memang pernah melamar menjadi pegawai bank dan diterima. Namun, dia menolak kesempatan tersebut dan memilih untuk menekuni dunia pertanian karena terlanjur jatuh cinta.
"Anggapan ini membuat minder dan itulah pergumulan-pergumulan saya. Saya pribadi kemarin itu fokus pembuktiannya, nggak muluk-muluk cuman tanam, rawat dengan baik, dengan terapkan basic-basic jaman kuliah," terang Ronal.
Berangkat dari pengalamannya tersebut, Ronal menyemangati para anak muda untuk berani ambil bagian menjadi petani-petani muda di Indonesia.
"Buat teman-teman, jangan takut untuk bertani, jangan takut megang tanah. Karena tanah semakin berkurang, tanah itu tidak bertambah tetapi bangunan yang bertambah," ucapnya.
Tentu bekal yang dibutuhkan dalam menggeluti pertanian adalah basic ilmu pertanian serta niat dan tekad yang besar ingin. Ronal Simanjorang menjadi bukti nyata bahwa anak muda Indonesia bisa sukses dan sejahtera dengan menjadi petani.
Sarjana Pertanian ini Tolak Tawaran Kerja di Bank Demi Menjadi Petani Bawang
Itulah ulasan mengenai kisah inspiratif seorang sarjana pertanian yang memilih menjadi petani bawang di desanya daripada menerima tawaran kerja di bank.
Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.
Baca juga: Perjuangan Guru Honorer di Sulsel, 13 Tahun Tempuh Jarak 40 Km Demi Mengajar
Komentar
0