Berita

Samuji Pulang setelah Dengar Namanya Sendiri Diumumkan Wafat, Kaget Ada Jenazah Siap Dikuburkan

Muhammad Fatich Nur Fadli 22 Desember 2025 | 16:28:11

Zona MahasiswaSobat Zona, pernah nggak sih kalian bayangin skenario film horor komedi di mana tokoh utamanya datang ke pemakamannya sendiri? Ternyata, adegan absurd itu kejadian beneran di dunia nyata, tepatnya di Desa Jambean Wangi, Kecamatan Jatirogo, Tuban.

Minggu (21/12/2025), warga desa dibuat syok berat sampai merinding disko. Seorang kakek bernama Samuji (65), yang baru saja diumumkan meninggal dunia lewat pengeras suara masjid dan jenazahnya sudah dimandikan siap dikubur, tiba-tiba muncul di pintu rumah dengan wajah bingung tapi sehat walafiat.

Baca juga: 

Sontak, pelayat yang sedang khusyuk berdoa langsung bubar barisan karena kaget. Ada yang mengira melihat arwah, ada yang bengong tak percaya. Ternyata, ini adalah kasus salah identifikasi jenazah paling epik di tahun 2025. Kok bisa sih satu kampung kena prank massal begini? Yuk, kita bedah kronologinya!

Baca juga: Heboh! Abah Aos Sebut Kopiah Hitam Haram Bagi Pemimpin, Wajib Pakai Merah Putih

Kronologi: Lagi Ngarit Rumput, Dengar Nama Sendiri Diumumkan Wafat

Kisah bermula pada Minggu pagi yang cerah. Samuji, seperti biasa, pergi ke sawah untuk mencari rumput (ngarit) buat pakan ternak. Hidupnya tenang-tenang saja sampai tiba-tiba suara speaker masjid memecah keheningan desa.

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un... Telah berpulang ke Rahmatullah, Bapak Samuji..."

Bayangkan perasaannya, Guys. Samuji yang lagi pegang sabit di tengah sawah langsung auto panik. Dia mencubit tangannya sendiri, sakit. Dia sadar dia masih hidup. Tapi kenapa namanya diumumkan meninggal?

Tanpa pikir panjang, Samuji langsung lari terbirit-birit pulang ke rumah. Firasatnya campur aduk, antara takut ada keluarganya yang kenapa-napa atau bingung dengan pengumuman itu.

Sesampainya di halaman rumah, ia melihat bendera kuning sudah terpasang. Tenda sudah berdiri. Ratusan tetangga sudah berkumpul dengan wajah sedih.

"Lho, aku iki lho isih urip! (Lho, saya ini lho masih hidup!)," mungkin begitu jeritan batin Samuji saat melangkah masuk dan membuat para pelayat terperanjat.

Kedatangan Samuji yang masih segar bugar itu seketika mengubah suasana duka menjadi geger. Tangis sedih berubah menjadi teriakan kaget.

Misteri Jenazah di Ruang Tamu: "Kalau Samuji Hidup, Ini Mayat Siapa?"

Ketika Samuji sudah terkonfirmasi hidup (bukan zombi atau hantu), pertanyaan besar muncul di benak semua orang: Lalu, siapa sosok kaku yang terbaring di ruang tamu dan sudah siap dikuburkan itu?

Kapolsek Jatirogo, Iptu Arif Nugroho, turun tangan menjelaskan kebingungan massal ini. Ternyata, jenazah yang ada di rumah Samuji adalah Pardi, warga desa tetangga yang kebetulan memiliki ciri fisik sangat mirip dengan Samuji.

Kekacauan ini bermula dari ditemukannya sesosok mayat di area persawahan pada hari yang sama.

"Kami datang di TKP ternyata sudah banyak warga. Ada sedikit perdebatan, sebagian warga ada yang menerangkan itu warga Jambean Wangi, atas nama Samuji, tapi sebagian warga lagi ada yang menyatakan bukan Samuji," jelas Iptu Arif, Minggu (21/12/2025).

Di sinilah letak fatalnya. Kepanikan massa mengalahkan verifikasi data. Sebagian warga yang "sok tahu" atau terlalu yakin, langsung menyimpulkan bahwa mayat itu adalah Samuji. Mereka buru-buru menghubungi keluarga dan meminta takmir masjid menyiarkan berita duka.

Padahal, polisi belum sempat melakukan identifikasi sidik jari atau pemeriksaan mendalam, tapi berita sudah menyebar lebih cepat dari kecepatan cahaya.

Istri Histeris Hingga Tak Sempat Cek Wajah Suami

Salah satu faktor kenapa kesalahan ini bisa lolos sampai jenazah dibawa pulang adalah kondisi psikologis keluarga. Istri Samuji yang mendengar kabar suaminya meninggal di sawah langsung shock berat.

Ia berlari ke lokasi penemuan mayat yang berjarak 300 meter dari rumah. Namun, karena duka yang mendalam dan tangisan histeris, sang istri tidak sanggup melihat wajah jenazah secara detail.

"Warga di TKP ini saya minta ngecek lagi secara detail korban tapi nggak ada yang berani. Bahkan istri Samuji datang ke sawah juga nggak ngecek itu suami atau bukan karena terus nangis," imbuh Arif.

Karena istri korban (yang dikira janda) sudah menangis, warga lain pun makin yakin kalau itu Samuji. Jenazah langsung diangkat, dibawa pulang, dan prosesi pemakaman disiapkan. Tidak ada yang berani membuka kain kafan atau mengecek ciri-ciri khusus di tubuh jenazah karena alasan "tidak tega".

Doppelgänger? Kemiripan Samuji dan Pardi

Kasus ini menjadi bukti nyata fenomena "kembar tapi beda ibu" atau yang sering disebut Doppelgänger. Iptu Arif mengakui bahwa memang ada kemiripan fisik yang signifikan antara Samuji dan almarhum Pardi.

  1. Usia Sebaya: Keduanya sama-sama lansia (sekitar 60-an tahun).
  2. Postur Tubuh: Memiliki tinggi dan bentuk badan yang nyaris sama.
  3. Wajah: Struktur wajah yang mirip membuat warga tertipu, apalagi kondisi jenazah mungkin sedikit berbeda dengan wajah saat hidup.

"Memang terjadi kemiripan wajah dan kebetulan usia juga nggak jauh beda antara almarhum Pak Pardi dan Samuji ini," tutur Arif.

Beruntung, Samuji pulang tepat waktu. Bayangkan kalau Samuji pulangnya sore atau malam hari setelah jenazah Pardi dikuburkan? Pasti urusannya bakal jauh lebih ribet, mulai dari bongkar makam hingga urusan administrasi surat kematian yang harus dibatalkan.

Pelajaran Mahal: Pentingnya Tabayyun & Validasi!

Sobat Zona, kisah Samuji ini mungkin terdengar lucu dan bikin kita senyum-senyum sendiri. Tapi, ada pelajaran sosial yang sangat penting di sini.

1. Jangan Asal Sebar Kabar Duka Di era gercep (gerak cepat) ini, kita seringkali berlomba-lomba jadi yang pertama menyebarkan info. Padahal, untuk urusan nyawa, validasi adalah nomor satu. Pastikan identitas jenazah 100% valid sebelum diumumkan di masjid atau grup WhatsApp keluarga.

2. Prosedur Identifikasi Pihak kepolisian dan medis sebenarnya punya SOP identifikasi. Namun, desakan warga dan "kearifan lokal" yang ingin jenazah segera diurus seringkali menabrak prosedur ini. Kasus ini mengingatkan kita untuk tetap tenang dan membiarkan aparat bekerja memastikan identitas korban.

3. Umur di Tangan Tuhan Bagi Samuji, kejadian ini mungkin jadi "terapi kejut" sekaligus pengingat kematian. Dia "mati" di mata warga selama beberapa jam, tapi Tuhan memberinya kesempatan untuk kembali ke rumah dan melihat siapa saja yang peduli padanya.

Ending Cerita: Setelah kekacauan mereda, keluarga almarhum Pardi akhirnya datang menjemput jenazah yang sempat "mampir" di rumah Samuji. Jenazah Pardi pun dibawa ke rumah duka yang sebenarnya untuk dimakamkan dengan layak. Sementara Samuji? Dia kembali melanjutkan hidupnya, mungkin dengan status selebriti kampung yang baru: "Orang yang pernah mati suri tapi nggak jadi." Panjang umur ya, Mbah Samuji!

Gimana menurut kalian, Sobat Zona? Kalau kalian jadi Samuji, apa yang bakal kalian lakuin pas sampai rumah?

Baca juga: Siswa Sekolah Jepang Mencuri di Bali, Pihak Sekolah Meminta Maaf dan Akan Evaluasi Sistem Belajar

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150