Horor

Pengalaman Mahasiswa di Lab Kimia Angker Universitas Andalas (Unand)

Nisrina Salsabila 26 April 2022 | 17:25:40

zonamahasiswa.idHalo, Sobat Zona. Gimana kabarnya? Semoga baik dan sehat selalu ya. Yeay! Sans balik lagi menemani kalian dengan cerita-cerita horror yang pastinya bikin bulu kuduk merinding. Kali ini Sans bakal membawa kalian berkeliling ke salah satu kampus yang katanya angker. Apalagi kalau bukan Universitas Andalas (Unand) di Padang, Sumatera Barat.

Unand merupakan perguruan tinggi negeri pertama yang dibangun di Pulau Sumatera. Kampus ini berdiri pada 1948 sekaligus menjadi salah satu universitas favorit bagi calon mahasiswa baru lho. Tak heran jika kampus ini mampu mencetak lulusan yang berkualitas.

Universitas satu ini juga memiliki cerita mengenai dinamika perkuliahan yang sangat menarik untuk dibahas. Apalagi tak ketinggalan pula cerita horor nan menyeramkan yang turut menyelimuti kampus ini. Salah satunya adalah cerita tentang pengalaman mahasiswa ketika berada di Lab Kimia yang terkenal angker.

Nah, biar Sobat Zona nggak penasaran lagi dengan cerita pengalaman mahasiswa yang ada di Lab Kimia Universitas Andalas (Unand). Nggak pakai lama, yuk langsung Sans mulai ceritanya. Eh tunggu dulu, sebelum itu jangan lupa matikan lampu dan aktifkan mode horornya supaya lebih seru! Selamat membaca.

Hari itu, Syifa bersama dengan tiga teman lainnya akan mengikuti praktikum di Laboratorium Kimia Unand. Tapi, sebelum itu mahasiswa rantau itu singgah mencari tempat berteduh.

“Duh ujan nih.. mampir dulu yok ke sana,” ucap Syifa.

“Eh iya deh,” ucap Gema diikuti anggukan dua teman lainnya.

Mereka sampai di salah satu warung dekat kampus dengan pandangan yang tertuju di gerbang kampus. Syifa dan Gema hanya diam saja memperhatikan kedua temannya yang ribet dengan bajunya yang basah.

“Baju gue basah nih, anj*r,” kata Dika.

“Gak lu doang bego, gue juga nih liat,” lanjut Mahen.

“Apa sih lu berdua, ntar juga kering sendiri elah,” timpal Syifa dengan ketus.

Baik Dika maupun Mahen hanya mendengus kesal mendengar ucapan Syifa. Sebab, mereka berdua tipikal orang yang harus rapi, bersih, dan wangi semacam itu.

Setelah 15 menit menunggu hujan deras yang mengguyur daerah itu, akhirnya mereka pun kembali menyalakan motornya menuju kampus.

Bremm..

“Gue duluan, ketemu di sana aja,” teriak Syifa yang meninggalkan ketiga temannya.

Entah apa yang membuat manusia ambis itu semangat sekali hari ini untuk melakukan praktikum. Temannya yang lain hanya menggeleng kepala melihat tingkah Syifa.

Nggak lama kemudian, mereka melihat Syifa duduk di depan Lab Kimia lengkap dengan seragam dinasnya. Ia menyapa temannya itu dengan secercah senyum menawan di bibirnya.

Gema jalan lebih dulu dan segera menghampiri Syifa. Ia melirik jam yang ada di ponselnya. Tertulis masih jam 3 sore, sedangkan praktikum akan dimulai setengah jam lagi atau pukul 4 sore.

“Tumben Pak Bambang belum masuk ruangan? Biasanya udah stand by gitu kan,” tanya Mahen dengan celingukan mengintip ruangan tersebut.

“Biasa dosen pasti sibuk, palingan ya telat,” timpal Dika.

“Hmm.. iya juga sih,” lanjut Gema seraya mengangguk menyetujui omongan Dika.

Sementara Syifa masih fokus dengan ponsel yang ia genggam. Begitu pula dengan Gema, Dika, dan Mahen yang berdiri sembari menggenggam ponsel.

Tiba-tiba saja mereka dikagetkan dengan suara dering ponsel Dika.

Ting.

“Selamat sore, saya akan sedikit terlambat untuk praktikum hari ini. Silahkan masuk ruangan dan praktikkan yang sudah saya contohkan pada pertemuan sebelumnya,” bunyi pesan itu dengan nama yang tertulis Pak Bambang.

Tak butuh waktu lama, mereka berempat beranjak dari posisinya dan memasuki ruangan praktikum. Namun, keanehan justru terjadi Syifa merasakan kejanggalan ketika berada di ruangan itu.

“Eh bentar, kok rasanya lab ini aneh ya? Kayak auranya nggak enak gitu,” ujar Syifa.

“Mana ada? Emang lu bisa ngerasain aura? Kok gue baru tau,” ledek Dika.

Syifa tak membalas ledekan Dika tersebut, ia melangkah dengan kasar dan menaruh tasnya. Gema mengikuti temannya itu dari belakang, ia duduk tepat di samping Syifa.

“Lu kenapa? Ngerasa apa di sini?” tanya Gema dengan ekspresi khawatirnya.

Syifa hanya diam dan menggelengkan kepala. Sementara mahasiswa lainnya mulai berdatangan di lab Kimia itu. Tadinya suasana ruangan yang dingin menjadi hangat seketika.

Mahasiswa pun segera melaksanakan praktikum sesuai dengan arahan dosen. Setengah jam kemudian, Pak Bambang datang dengan tergesa dan langsung melanjutkan praktikum tersebut.

Praktikum kali ini cukup rumit dari biasanya, beberapa mahasiswa bolak balik menghela nafas karena banyaknya materi yang harus mereka lakukan.

Tak terkecuali dengan Dika dan Mahen yang turut berperilaku serupa. Tapi tidak dengan Syifa dan Gema yang malah terlihat bersemangat melakukan praktikum itu.

“Oke.. Karena jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Kegiatan praktikum ini kita akhiri saja, tapi kalau mau melanjutkan praktikum dipersilahkan menggunakan lab ini,” kata Pak Bambang.

Mendengar itu, Dika dan Mahen segara melepas jas lab yang ia kenakan. Begitu pula dengan mahasiswa lain, sementara Gema yang ingin melepas jas itu malah tidak jadi ketika melihat keseriusan Syifa.

Lantas ia pun bertekad untuk menemani dan membantu Syifa. Pikirnya saat itu, praktikumnya akan selesai jika ia menyelesaikan hari ini.

Sekarang, tinggal mereka berdua saja yang ada di Laboratorium Kimia itu sembari ditemani dengan kesepian yang menghadang. Jam pun sudah menunjukkan pukul 6 sore, hamper menjelang magrib.

Syifa pun memutuskan untuk beristirahat sejenak sembari mengisi perutnya yang sudah mulai keroncongan.

“Lu mau makan apa?” tanya Syifa.

“Serah deh, gue ngikut,” kata Gema.

“Gue pengen makan nasi pokoknya,” rengek Syifa.

“Iya serah lu dah,” timpalnya.

Mereka pun melepas jas yang dikenakan dan segera ruangan dengan meninggalkan alat-alat yang masih berserakan.

Syifa dan Gema mencari makanan di sekitar kampusnya. Setelah mengisi perutnya itu, mereka berencana kembali ke laboratorium tersebut.

“Wah gilaa jam udah jam segini kita masih di sini dong,” celetuk Syifa.

“Ya lu sih jadi orang rajin amat,” canda Gema yang membangkitkan senyum Syifa.

Mereka pun menyelesaikan praktikum seperti tadi dan semua berjalan dengan normal. Sama sekali nggak ada apa-apa atau hal ganjil sekalipun.

Tapi sesaat setelah Syifa dan Gema tengah fokus mencampur adukkan bahan-bahan praktikum tiba-tiba saja terdengar..

Ting..

“Suara apaan tuh?!” tanya Syifa dengan panik.

“Eh sorry, ini hp gue bunyi hahahahaa,” kata Gema bercampur tawa.

“Astagfirullah kira gue ada hantu,” jawabnya dengan panic.

“Eh, Syif gue disuruh balik nih. Ada yang perlu gue urus, maap nih nggak bisa nemenin,” pamit Gema dengan tergesa.

Entah urusan apa yang membuat Gema begitu tergesa-gesa. Gema sedikit berlari dan keluar ruangan meninggalkan Syifa seorang diri.

Sementara cewek itu kembali melanjutkan praktikumnya seorang diri. Karena suasana yang sangat sepi, ia pun memutar lagu kesukaannya.

Mulutnya mengikuti suara alunan lagu favoritnya berjudul Monokrom. Tiba-tiba saja, Syifa mendengar suara alat praktikum selain yang ia gunakan.

Ia mengecilkan suara lagu dan mendengarkan dengan seksama bunyi apa itu. Ternyata..

Prang.. ting..

DEG!

“Itu suara apaa??” batinnya dengan ketakutan.

Tangan Syifa bergetar dengan hebat, ia merasa dirinya tak sendirian di sini seperti ada orang lain di belakangnya.

Rasanya suara itu makin memenuhi ruangan, seakan-akan banyak mahasiswa yang sedang praktikum di Lab Kimia itu. Padahal Syifa sendirian lantas siapa itu?

Syifa perlahan menoleh ke belakang dan..

“Astagfirullah apaan tuh, tenang Syifa gapapa jangan takut,” batin Syifa mendamaikan dirinya sendiri.

Syifa melihat peralatan praktikum melayang di belakangnya seperti banyak orang yang sedang menggunakan alat tersebut.

Dengan badan yang sudah nggak karuan, matanya tertuju bagian pojok ruangan. Ia melihat sosok pria di sana.

Syifa sempat berpikir sejenak, siapa pria itu. Nggak mungkin juga kalau temannya yang lain atau dosen. Sebab, sejak Gema pulang ia hanya seorang diri di sini.

Kemudian sosok yang membelakanginya itu perlahan membalikkan badan dan menghadap Syifa.

Sreett..

ASTAGFIRULLAHHH!!!

Teriaknya dengan kencang sembari berlari berhampuran keluar lab tersebut. Syifa terengah-engah sampai kakinya pun melemas.

Bruk..

Ia terjatuh, dengan tangan yang gelagapan Syifa merogoh sakunya menekan sebuah nomor. Didekatkan ponsel itu di telinganya.

Tut.. Tut..

Tak ada jawaban. Syifa makin panik dan ia menoleh memastikan sosok itu tak lagi di ruangan itu. Ia memejamkan mata dan menoleh kea rah ruangan itu ternyata…

AAKKKHHHH…

“Halo Syif, kenapa?” tanya seseorang di ponsel Syifa.

“Ha-haloo.. Gue takut tolong!!” kata Syifa dengan terisak.

“Tunggu, gue jemput sekarang,” balas pria itu yang tertulis nama Mahen.

Sesampainya di sana, Mahen kaget melihat Syifa terduduk di lantai dengan posisi menunduk sembari menangis sesenggukan. Wajahnya pucat nggak karuan, melihat itu Mahen segera membawa Syifa pulang.

Keesokan harinya, Syifa menceritak semua pengalaman horornya semalam bertemu sosok pria di Lab Kimia itu. Ternyata bukan hanya Syifa yang mengalami hal yang sama tapi mahasiswa lain juga. Cerita ini pun melegenda sampai saat ini, hingga banyak yang mengatakan bahwa Laboratorium Kimia di kampus tersebut angker.

Pengalaman Mahasiswa di Lab Kimia Angker Universitas Andalas (Unand)

Hmm, entah ada yang percaya atau nggak dengan cerita tersebut. Namun cerita ini menjadi salah satu pengalaman menegangkan bagi mahasiswa tersebut. Bagaimana menurut Sobat Zona, pernah mengalami kejadian serupa seperti Syifa? Kalau ada, boleh nih spill ceritanya di kolom komentar ya. Sampai jumpa.

Baca Juga: Kampus Menyeramkan nan Angker Universitas Sumatera Utara (USU)

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150