Opini

Mahasiswa dalam Social Comparison dapat Berujung Bandingkan Diri Sendiri, Benarkah?

Dinik Afrianingsih 08 Desember 2021 | 12:12:58

zonamahasiswa.id – Social comparison atau perbandingan sosial merupakan proses ketika Sobat Zona membandingkan diri sendiri dengan lingkungan sosial. Biasanya, hal ini dilakukan dengan cara menilai sikap, kemampuan, ataupun sifat diri yang kemudian membandingkannya dengan orang lain.

Banyak orang yang sering mengalami social comparison salah satunya adalah mahasiswa. Kalian pernah nggak sih membandingkan diri dengan teman atau keluarga di rumah? Pastinya pernah dong, bahkan banyak yang sampai membadingkan diri secara berlebihan dan berakhir insecure.

Baca Juga: Perempuan Dilarang Pakai Tas Ransel, Tanda-Tanda ‘Keajaiban’ Dunia Apalagi Ini?

Alasan Terjadinya Social Comparison

Ilustrasi social comparasion (Foto: Kompasiana)

Social Comparison timbul karena setiap orang punya motivasi untuk menjadi orang yang lebih baik dan mencari kepastian atau pengakuan kalau diri mereka lebih baik daripada orang lain. Hal ini ternyata sesuai dengan pernyataan Festinger, seorang psikolog sosial asal Amerika.

Ia mengatakan bahwa setiap orang memiliki dorongan bawaan untuk mengevaluasi diri mereka sendiri dan seringkali mencoba untuk mengevaluasi diri dengan cara membandingkan dirinya sendiri. Contoh yang paling sering terjadi di dunia perkuliahan adalah si ambis.

Si ambis sering kali ingin menjadi yang terbaik di setiap kelasnya hingga tak sadar bahwa setiap saat selalu membandingkan dirinya sendiri dengan teman-temannya. Secara tak langsung pula dia menilai kelebihan dan kekurangan dirinya dan orang lain.

Bila hasilnya sama ia akan berusaha menjadi lebih baik. Tetapi, bila terjadi sebaliknya kemungkinan untuk memperbaikinya memang ada namun tak menutup kemungkinan ia menjadi insecure.

Ternyata ada dua jenis social comparison yang perlu Sobat Zona tahu. Di mana melalui dua jenis ini dapat kita tahu masuk kemanakah proses membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Karena secara sadar ataupun tidak, individu dapat memilih orang lain yang berbeda-beda untuk menjadi perbandingan.

Upward social comparison merupakan kondisi seseorang membandingkan kemampuan, pendapat atau sifatnya dengan orang lain yang dinilai lebih baik dari dirinya. Sementara, downward social comparison merupakan situasi seseorang membandingkan kemampuan, pendapat atau sifat orang lain yang tidak sebaik dirinya.

Keuntungan dan Kerugiaan Social Comparison

Ilustrasi social comparison (Foto: Tribun)

Kondisi Social Comparison yang mahasiswa alami ternyata memiliki keuntungan dan kerugian, Namun, kapan hal itu dapat terjadi? Semua itu terjadi tergantung dengan jenis social comparison-nya.

Ketika kita sedang upward social comparison ternyata memiliki kerugian di mana dapat menimbukan perasaan dendam dan iri kepada orang yang tengah menjadi perbandingan. Perasaan negatif dan tak puas dengan keadaan yang Sobat Zona miliki saat ini ialah rasa malu dan inferioritas. Sehingga dapat mengarahkan kalian ke arah perasaan depresi.

Sementara keuntungan yang timbul ketika kita ada dalam jenis tersebut adalah meningkatnya kepercayaan diri sambil berpikir, jika orang lain bisa, maka saya juga bisa. Melalui pemikiran itulah yang kemudian mendukung dan meningkatkan optimisme mengenai target kalian di masa depan dengan anggapan dapat mencapai level yang sama dengan mereka.

Namun, ketika kita dalam kondisi downward social comparison, maka akan timbul rasa bangga karena Sobat Zona menilai diri kalian lebih baik dari mereka. Hasil lainnya yaitu perasaan senang yang timbul karena kemalangan seseorang. Itu merupakan benefit yang muncul ketika kita ada dalam kondisi jenis ini.

Sementara, kerugian dari downward social comparison ialah akan timbul ketakutan dan kekhawatiran. Sobat Zona akan berpikir suatu saat nanti mereka pasti berada dalam kondisi yang sama dengan orang tersebut.

Baca Juga: Mahasiswa dan Predikat Impostor Syndrome

Perlukah Membandingan Diri?

Ilustrasi social comparison (Foto: Grid)

Perlu tidaknya membandingkan diri tergantung pada pribadi Sobat Zona. Bila kalian membandingkan diri untuk meningkatkan kepercayaan diri, motivasi, dan pengembangan tak masalah untuk masuk ke social comparison. Namun, pastikan jika kalian melakukan social comparison untuk mengembangkan pribadi.

Perlu diingat pula bahwa ketika terlalu sibuk membandingkan diri dengan orang lain hanya akan membuat diri kita merasa tidak tenang. Sebaik-baiknya pembanding yaitu bukanlah orang lain, melainkan diri kita sendiri. Jadi, lebih baik kita fokus ke diri kita masing-masing.

Jika Sobat Zona mau sebenarnya tanpa membandingkan diri dengan orang lain, kalian bisa membandingkan dengan diri sendiri terlebih dahulu. Misalnya saja membandingkan kondisi kalian saat ini dengan kondisi di masa lalu.

Mahasiswa dalam Social Comparison dapat Berujung Bandingkan Diri Sendiri, Benarkah?

Itulah ulasan Mimin tentang mahasiswa dalam social comparison yang dapat berujung membandingkan diri sendiri. Kondisi ini ternyata memiliki keuntungan dan kerugian oleh karena itu Sobat Zona jangan terlalu berlebihan ketika membandingkan diri dengan orang lain.

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti informasi seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan serta aktifkan notifikasinya ya. Sampai jumpa.

Baca Juga: Kalau Bu Megawati Tetap Memilih Mbak Puan, Jangan Menyerah Mas Ganjar Kami Tetap Mendukungmu Demi Indonesia Maju!

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150