Inspirational Story

Kisah Inspiratif Steve Jobs, Jatuh Bangun Kehidupan Seorang Bos Apple

Tiffany Maulany Putri 05 Desember 2020 | 16:20:48

Zonamahasiswa.id – Adakah Sobat Zona yang saat ini sedang menggenggam iPhone di tangannya? Atau menggunakan MacBook sebagai alat untuk berkomunikasi maupun mengerjakan tugas? Jika iya, saat ini kamu sedang menjelajah dengan hasil dari buah pikiran si cerdas dan bersahaja Steve Jobs.

Ada kisah panjang menghadapi jatuh bangun dan penuh perjuangan dibalik kesuksesan besar Apple hingga saat ini. Inilah kisah inspiratif Steve Jobs.

Baca Juga: Memiliki 9 Orang Istri, Inilah Kisah Inspiratif Dari Bapak Proklamator Kita

Kasih Sayang Dan Pengorbanan Orang Tua dalam Hidupnya

Steve Kecil (foto: https://iluminasi.com/)

Steve lahir dengan nama Paul Jobs di San Francisco, California, Amerika Serikat, 24 Februari 1955. Ayahnya merupakan seorang muslim dari Siria bernama Abdulfattah Jandali dan ibunya Joanne Schieble warga asli Amerika. Terlahir dari keluarga kurang mampu serta ibunya yang hamil karena kecelakaan, Joanne bertekad jika anaknya lahir harus diadopsi oleh keluarga sarjana yang sukses.

Namun, setelah sekian lama akhirnya ada yang mau mengadopsi Steve, Schieble menolak karena ia tau bahwa yang ingin mengadopsi adalah seorang yang tidak pernah lulus kuliah dan tidak tamat SMA. Schieble berubah pikiran dan bertekad akan menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi.

17 tahun kemudian, Steve Jobs kuliah di sebuah Universitas yang hampir sama mahalnya dengan Universitas Stanford, sehingga tabungan orang tuanya yang hanya bekerja sebagai pegawai biasa itu habis untuk membayar biaya kuliah Steve Jobs.

Steve remaja kala itu mengalami dilema luar biasa dengan keadaannya yang sudah enam bulan kuliah, namun tidak mendapatkan hasil yang baik. Terlebih lagi dengan keadaan orangtuanya yang telah menghabiskan seluruh tabungannya untuk pendidikannya.

Pada akhirnya, dengan rasa takut dan gelisah, dia memutuskan untuk berhenti kuliah. Steve menganggap bahwa keputusan itu yang terbaik bagi orangtuanya.

Pertemuan Dengan Kawan Lama dan Garasi Rumah

Sepasan Kawan Jobs dan Wozniak muda (foto: https://gim-bi.com/)

Resmi menyandang status mahasiswa DO (Drop Out), ia berhenti memilih kelas wajib dan mulai mengikuti kuliah yang ia sukai. Siapa sangka, kala itu ia memilih kelas kaligrafi. Sejak kuliah, Steve tidak memiliki kamar kos maupun tinggal di asrama mahasiswa, sehingga selalu menumpang tidur di tempat teman-temannya.

Berselang 10 tahun kemudian, ia bertemu dengan teman lamanya di SMA yaitu Steve Wozniak yang dipanggil dengan sebutan Woz. Ia adalah seseorang yang ahli di bidang elektronika. Pertemuan kedua Steve tersebut adalah awal dari segalanya. Awal dari teknologi yang hingga saat ini bersaing ketat dengan teknologi canggih lainnya.

Tahun 1976, bersama rekannya Steve Wozniak, Jobs yang saat itu berusia 21 tahun mulai mendirikan Apple Computer.Co di garasi milik keluarganya. Dengan susah payah mengumpulkan modal yang diperoleh dengan menjual barang-barang mereka yang paling berharga, usaha itu pun dimulai.

Komputer pertama mereka, Apple 1 berhasil terjual sebanyak 50 unit kepada sebuah toko lokal. Dalam beberapa tahun, usaha mereka berkembang pesat sehingga tahun 1983, Jobs menggaet John Sculley dari Pepsi Cola untuk memimpin perusahaan kecil milik duo Steve tersebut.

Baca Juga: Mengenal Andri Rizki Putra, Lawyer Tampan Idola Milenial Pendiri Yayasan Anak Putus Sekolah

Dipecat Dari Perusahaan Miliknya Sendiri

(foto: https://id.pinterest.com/)

Sampai sejauh itu, Apple Computer menuai kesuksesan dan makin berpengaruh dalam industri komputer. Namun, pada tahun 1985 setelah konflik dengan Sculley, Apple Computer.Co justru memutuskan untuk memberhentikan pendiri mereka, yaitu Steve Jobs sendiri.

Pemecatan tersebut terjadi tepat setahun peluncuran Machintos terbaik karya mereka.  Jobs yang saat itu memasuki umur 30 tahun menjadi pengangguran dari perusahaan yang ia bangun sendiri sejak berusia belia.

“Seiring pertumbuhan Apple, kami merekrut orang yang saya pikir sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaan bersama saya. Dalam satu tahun pertama, semua berjalan lancar. Namun, kemudian muncul perbedaan dalam visi kami mengenai masa depan dan kami sulit disatukan. Komisaris ternyata berpihak padanya. Demikianlah, di usia 30 saya tertendang” ungkapnya

Memulihkan Semangat dan Merambah Ke Dunia Animasi

(foto: https://tekno.kompas.com/

Setelah menjual sahamnya, Jobs yang mengalami kesedihan yang luar biasa. Ia banyak menghabiskan waktu dengan bersepeda dan berpergian ke Eropa. Tak mudah baginya untuk melupakan perusahaan yang ia bangun dengan keringat dan usahanya sendiri begitu saja.

Kemudian, 5 tahun setelah pemecatan tersebut, rupanya justru membawa semangat baru bagi dirinya. Ia pun memulai usaha baru dengan nama NeXt Computer dan perusahaan animasi Pixar. NeXt yang sebenarnya sangat maju dalam teknologinya, ternyata tidak membuahkan hasil yang baik secara komersil.

Akan tetapi, ia berhasil mendongkrak Pixar menuju kesuksesan berkat campur tangannya. Melalui Pixar, Jobs membawa trend dan gaya baru dalam dunia film animasi, seiring diproduksinya film yang berjudul Toy Story, Finding Nemo, dan the Incredibles. Sobat Zona pastinya sudah sering menonton film-film tersebut, bukan?

Baca Juga: Tahan Banting Melawan Kerasnya Kuliah Di Negeri Orang, Inilah Kisah Gita Savitri Devi Untuk Mahasiswa Perantau

Apple Membutuhkan ‘Otak’ nya Kembali

(foto: https://www.fastcompany.com/)

Sepeninggal Jobs dan semakin kuatnya dominasi IBM dan Microsoft membuat Apple kalah saing dan hampir perusahaannya terpuruk. Saat itulah Apple menyadari bahwa ada yang kurang dari mereka, yakni ‘otak’ dari perusahaan itu sendiri.

Pada tahun 1997, Jobs dipanggil kembali ke perusahaan untuk mengisi kedudukan Pimpinan Sementara. Dengan mengaplikasikan teknologi yang diusung di NeXT, Apple kembali melesat maju dengan meluncurkan berbagai produk berteknologj maju seperti MacOS X, IMac dan salah satu yang fenomenal yaitu iPod.

Kerja keras, selalu memperhatikan detail produk dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diterapkan ketat di perusahaan, membuat Apple konsisten mempertahankan  konsumen loyal berdasarkan kenyamanan pengalaman mereka menggunakan berbagai produk Apple hingga saat ini.

Setiap Manusia Pasti Memiliki Kekurangan, Tidak Terkecuali Bos Apple

(foto: https://www.liputan6.com/)

Layaknya semua manusia yang bernyawa, kematian adalah hal yang pasti dan tak ada yang bisa menghindari. Pada tanggal 5 Oktober 2011, Steve Jobs meninggal dunia akibat penyakit yang di alami bertahun-tahun lamanya.

Beberapa saat sebelum kematiannya, banyak orang yang beranggapan Steve Jobs adalah orang yang tak terkalahkan. Namun ternyata, Steve Jobs memiliki penyakit tumor pankreas yang telah lama diketahuinya. Ia sempat menjalani operasi pengangkatan tumor pada tahun 2004, namun merahasiakannya dari publik.

Pada tahun 2009 sakit yang dideritanya kian parah. Steve yang sebelumnya mengalami penyakit kanker pankreas stadium lanjut, kemudian semakin merambat menyerang organ hatinya. Di tahun yang sama, Steve Jobs pernah melakukan transplantasi hati. Namun, dokter memprediksi penyakit kankernya akan menyerang kembali.

Saat-saat sebelum kematiannya, dokter mengatakan kalau kanker pankreasnya hampir tidak dapat lagi diobati.

“Harapan hidup saya tidak lebih dari 3-6 bulan. Dokter menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan segala sesuatunya, yang merupakan sinyal dokter agar saya bersiap mati. Artinya, saya harus menyampaikan kepada anak saya dalam beberapa menit segala hal yang saya rencanakan dalam sepuluh tahun mendatang”, tutur Steve Jobs menjelang ajalnya.

Kisah Inspiratif Steve Jobs, Jatuh Bangun Kehidupan Seorang Bos Apple

Banyak hal yang dapat kita contoh dan pelajari dari sikap dan sejarah hidup Steve Jobs. Sikap percaya diri dan pantang menyerah merupakan sikap yang dapat membuat ia menjadi seorang yang sukses walaupun ia berada pada kondisi keluarga yang kurang mampu, memutuskan untuk berhenti kuliah, dipecat oleh perusahaan sendiri dan menderita penyakit selama bertahun-tahun.

Kata-kata yang inspiratif yang pernah ia ucapkan adalah “Stay Hungry. Stay Foolish.”, yang berarti kita harus terus ‘haus’ akan pengetahuan, pengalaman, dan apapun itu untuk merubah hidup kita. Terus merasa bodoh bermakna kita harus merasa seperti orang yang tidak tau apa-apa, agar dapat dengan mudah menerima pengetahuan dan pengalaman berharga dalam hidup kita.

Untuk Sobat Zona semuanya yang sedang berjuang untuk masa depannya, mimin harap kalian semua sukses melalui jalan dan caranya masing-masing. Agar selalu update tentang ulasan menarik lainnya, silahkan mengaktifkan notifikasi postingan website zonamahasiswa.id.

Baca Juga: Terbuang Karena Tekanan Politik Indonesia! Membuatnya Mengabdikan Diri ke Dunia, Inilah Kisah Sri Mulyani

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150