zonamahasiswa.id - Halo, Sobat Zona. Gimana kabarnya? Semoga baik dan sehat selalu ya. Sans balik lagi nih dengan cerita-cerita horor yang bikin semuanya penasaran. Kali ini Sans akan membawa kalian ke Universitas Negeri Malang (UM).
Perguruan tinggi negeri satu ini awalnya bernama PTPG Malang, lalu berganti menjadi IKIP Malang sekaligus IKIP tertua di Indonesia. Kampus ini mempunyai banyak kisah menarik tentang dinamika perkuliahan hingga terselip cerita horor yang turut mewarnai kehidupan mahasiswa UM. Salah satunya adalah kisah seram tentang hantu perpustakaan di UM.
Nah, biar Sobat nggak penasaran dengan kisah hantu perpustakaan di Universitas Negeri Malang (UM). Yuk, Sans mulai ceritanya! Eits, sebelum itu jangan lupa untuk matikan lampu dan aktifkan mode horornya supaya lebih seru! Selamat membaca.
Malam itu, Riski dan Faris masih bergelut dengan sejumlah dekorasi yang ada di depannya. Sementara Yusuf dan Amel, sibuk menyiapkan cinderamata untuk acara besok. Temannya yang lain, Vivi mulai menata panggung dengan kamera DSLR yang ada ditangannya.
Sebelumnya, mereka merupakan salah satu anggota UKM kesenian di kampus tersebut. UKM itu mengadakan acara pementasan seni yang mempertontonkan kesenian dari berbagai daerah. Acara akan berlangsung sekitar pukul 16.00 WIB sampai selesai.
Riski sangat antusias dengan pertunjukkan kali ini, karena dia sangat menyukai kesenian jaranan. Bahkan, dia berkali-kali kegirangan sangat membahas tentang acara esok.
"Rek mene ono jaranan, wes suwe nggak nonton iku seneng pol," ungkapnya.
Sementara Faris yang ada di sampingnya, hanya melirik sekilas dengan menyungging sudut bibirnya. Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB, mereka berlima dan panitia lainnya berkumpul di taman dekat perpustakaan. Mereka pun berdiskusi tentang acara yang akan berlangsung besok.
Diskusi itu berlangsung sangat kondusif, namun tiba-tiba Yusuf menyambar dengan pertanyaannya yang random.
"Kiro-kiro mene ono sing kesurupan nggak yo," tanya Yusuf dengan wajah datar.
"Hmm pertanyaanmu, yo ono lah jenenge ae jaranan," jawab Faris.
Teman yang lain nggak menanggapi obrolan random mereka. Apalagi Vivi, yang hanya duduk diam dan sekilas pandangannya seperti melayang entah ke mana. Dia terlihat sangat kusut dengan wajah yang sedikit pucat karena kelelahan.
Riski yang melihat pacarnya diam saja akhirnya mendekati Vivi dan menanyakan tentang keadaannya. Sebab, nggak biasanya Vivi yang terkenal sangat berisik tiba-tiba diam seperti itu.
"Vi kamu gapapa? Lek nggak enak badan, tak anter pulang aja," tanya Riski.
Vivi hanya tersenyum sekilas dan menggelengkan kepala tanpa menjawab pertanyaan itu. Riski yang terlihat khawatir selalu berada di dekatnya, karena pacarnya itu sangat sensitif dengan hal-hal berbau mistis.
Sementara Faris yang berada di depan mereka terlihat muak dengan kemesraan dua sejoli itu. Begitu pun dengan Amel yang langsung mengalihkan pandangannya tertuju ke pohon besar di tengah perpustakaan.
Angin malam itu sedikit berbeda dari biasanya, terasa sedikit dingin dari kemarin. Apa memang udara Kota Malang saja yang lagi dingin atau memang ada hal-hal berbau mistis? Entahlah.
Batin Amel bertanya-tanya dengan segudang pikiran yang dipenuhi dengan rasa takut. Entah apa yang dia takutkan, yang jelas perasaannya nggak karuan.
Apalagi sekitar beberapa menit lagi, jam sudah menunjukkan pukul tengah malam dan panitia acara tersebut masih berada di sekitar taman perpustakaan. Suasana sepi makin membuat bulu kuduk Amel berdiri. Dia yang duduk sendirian di ujung taman tersebut terlihat celingukan ke arah berlawanan.
"Mel opo o?" tanya Yusuf yang tiba-tiba menghampiri.
"Hmm nggak, sepi pol ndek kene," ucap Amel.
"Yok gabung arek-arek, ojo dewean soale jare ono mbak kun ndek kene," tambah Yusuf.
"Ojo ngayal deh, lagian nggak wedi aku," balas Amel.
"Hahahahaa Mel Mel," tawa Yusuf ketika mendengar balasan Amel.
Mereka berdua pun terlarut dengan obrolan yang mengasyikkan hingga tiba-tiba mendengar...
HIHIHIHIHHIHIHIHIHII
"Sssttt," suara Yusuf yang tiba-tiba mengarahkan jari telunjuknya ke bibir.
"Rungokno Mel ono sing ngguyu sek tas," lanjut Yusuf dengan pelan.
"He aku yo krungu anj*r," tambah Amel yang melirik setiap sudut tempat itu.
Mereka berdua yang sedikit ketakutan itu, akhirnya mengalihkan pembicaraan dengan membahas acara besok. Tapi, nggak lama setelah itu suara cekikikan wanita terdengar menggelegar di kuping mereka.
HIHIHIIHIHIHIHIHIHIHII
"ASTAGFIRULLLAHH!!!!" teriak Yusuf yang langsung mengajak Amel berlari.
Deg deg..
Degup jantung mereka terdengar nggak karuan, mereka berlari ke tempat panitia lainnya berkumpul. Bahkan temannya yang lain pun sampai heran melihat Yusuf dan Amel berlari ketakutan.
Yusuf pun menceritakan kejadian barusan dengan nafas memburu. Dia masih merasa bahwa suara tawa wanita tersebut masih terngiang di kepala mereka.
Sementara Riski yang duduk berdua dengan Vivi, berdiri menghampiri Yusuf dan panitia lainnya. Riski sejenak melupakan Vivi yang masih termenung di dekat pohon beringin.
Setidaknya ada delapan orang yang bergerombol menceritakan kisah Yusuf itu. Tiba-tiba dari tengah perpustakaan itu terdengar suara lagi...
GEDEBUG
"VIVIII!!!" teriak Riski yang berlari menuju pacarnya.
Dengan sigap Yusuf menggendong Vivi yang terjatuh pingsan dekat pohon itu. Panitia yang lainnya pun ikut berlari untuk melihat kondisi Vivi.
"Rek, opo Vivi kesurupan yo? Soale arek e meneng ae, terus tatapan e medeni banget," ucap Yusuf.
"Ojo ngawur lek ngomong!" ucap Riski dengan nada tegas.
Riski yang masih panik dengan pacarnya tiba-tiba pingsan, sama sekali nggak menghiraukan teman-temannya yang beranggapan seperti Yusuf.
Lantas dia pun mengantar Vivi setelah ia tersadar dari pingsannya. Panitia yang lain pun memutuskan untuk menghentikan diskusi mereka dan melanjutkan keesokan harinya.
Amel yang was-was setelah kejadian mistis yang dialaminya, menjadi sangat ketakutan hingga terbawa sampai dia pulang. Begitu pun dengan Faris dan Yusuf yang masih saja membahas tentang tawa seorang wanita mirip kuntilanak itu.
Keesokan harinya, mulai pukul 13.00 WIB mereka sudah mulai berbenah dan menyiapkan pentas kesenian. Berbagai persiapan sudah disiapkan dengan baik.
Anehnya Vivi masih sama seperti kemarin, dia diam membisu dan sorot matanya kosong seperti mayat hidup. Riski yang selalu berada di dekatnya berusaha mengajak pacarnya itu berbicara, namun gagal.
Mendekati puncak acara, panitia UKM tersebut mulai siap di posisi masing-masing. Apalagi pertunjukan jaranan yang sudah mulai menyalakan kemenyan sebagai ritual awal.
Bunyi lagu khas jaranan sudah mulai dinyalakan, satu per satu penari mulai memasuki arena yang dekat dari perpustakaan itu. Setelah berlangsung sekitar 15 menit lamanya, salah satu penari mulai kesurupan dengan merangkak ke tanah dan matanya melihat ke pohon besar dekat perpustakaan.
Yusuf dan Faris yang menyaksikan hal itu seketika merinding, apalagi penari lainnya juga mulai berteriak nggak jelas sambil menari dengan gagah seperti laki-laki.
"He Ris kok tambah akeh sing kesurupan," kata Yusuf yang mulai ketakutan.
Faris mengangguk mengiyakan omongan temannya itu. Sementara saat ini ada banyak orang yang kesurupan, entah itu merangkak, terlentang di aspal, hingga memakan benda tajam seperti paku.
Dari kejauhan Vivi yang tadi diam terlihat menari mengikuti alunan musik jaranan. Padahal dia sama sekali nggak pernah belajar tari jaranan.
"Vi kamu ngapain?" tanya Riski dengan mencegah tangan Vivi yang terus saja melenggak-lenggokan tubuhnya.
Mata Vivi pun sekilas melirik Riski dengan tatapan tajam, lalu pacarnya itu sejenak diam melepaskan tangannya. Vivi menari dengan gerakan acak seperti orang kesurupan.
Bahkan tiba-tiba...
"AAKKHHH!!! Kabeh ngalih tekan kene, gak usah rene maneh!" teriak Vivi yang masih menari menuju pohon besar di tengah perpustakaan.
"Vivi kesurupan woy, ndang nyeluk wong pinter opo ustad ngono," ucap Amel dengan panik.
Riski mengajak Farid menemui seorang dosen yang terkenal dengan keagamaannya. Sementara Yusuf dan Amel masih memegangi tangan Vivi yang berontak dan meneriakkan kata-kata yang sama.
Vivi pun menari mengitari pohon beringin itu, tangan kirinya menari mengikuti alunan musik sementara tangan kanannya menunjuk ke salah satu bagian atas pohon.
"Vi sadar nyebut vi," ucap Amel dengan ketakutan saat melihat raut wajah Vivi yang selalu mendongak ke atas ke arah pohon.
Nggak lama kemudian, Riski dan Farid datang bersama dosen namun tiba-tiba Vivi berteriak dan mengusir mereka.
"NGALIH KABEH!! IKI WILAYAHKU," teriaknya.
Vivi menatap tajam dosen itu sembari tangannya menggaruk tanah dan mulai memakan pecahan beling yang ada di sekitarnya. Riski dengan sigap merebut benda tajam tersebut, sementara sang dosen memegangi pucuk kepala Vivi.
Dosen itu melantunkan sejumlah ayat suci yang diselingi dengan teriakan Vivi yang semakin kencang. Dia berulang kali berteriak mengusir mereka dari tempat itu.
Mahasiswi itu terlihat menggeliat setiap pembacaan ayat-ayat suci tersebut. Sesekali dia membenturkan kepalanya ke tanah dan tertawa kegirangan.
Suasana pertunjukan kesenian itu semakin nggak kondusif, karena selang beberapa menit sudah ada penari maupun mahasiswa yang kesurupan. Hingga adzan magrib terdengar, mereka yang kesurupan malah makin menjadi.
Panitia pun kelabakan sampai mereka memanggil beberapa orang yang mengerti agama untuk menangani mahasiswa maupun penari yang kesurupan.
Sementara Vivi sudah tergeletak setelah beberapa ayat suci dibacakan untuknya. Panitia yang lain pun banyak yang mengurus mereka yang kesurupan. Satu per satu dari mereka mulai tersadar setelah dibacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Semenjak kejadian itu, banyak yang menganggap daerah sekitar perpustakaan sebagai tempat berkumpulnya makhluk halus. Bahkan ada yang menyebut sebagai tempat kerajaan jin.
Kisah Seram Hantu Perpustakaan Universitas Negeri Malang (UM)
Entah ada yg percaya atau nggak dengan kisah tersebut. Bagaimana menurut Sobat Zona? Pernahkah kalian mengalami kejadian seperti Riski dan teman-temannya? Kalau ada, yuk sharing sama Sans tentang cerita horor di kampus kalian. Bisa tulis di kolom komentar ya. Sampai jumpa.
Baca Juga: Di Balik Kisah Mencekam Gedung B UIN Maliki Malang
Komentar
0