zonamahasiswa.id - Halo, Sobat Zona. Sans balik lagi nemenin kalian dengan cerita horor dari berbagai universitas di Indonesia. Hmm, setelah berpikir panjang Sans memutuskan untuk tetap stay di Universitas Airlangga (Unair). Sebab, kampus ini punya banyak cerita horor yang sangat menarik untuk dikulik.
Kalau dari cerita sebelumnya, banyak Sobat Zona yang makin penasaran dengan cerita horor di kampus ini. Nah tenang aja, kali ini Sans bakal menceritakan tentang hantu usil yang ada di lorong Fakultas Farmasi Unair.
Yuk, langsung saja biar nggak makin penasaran sama ceritanya. Eh, jangan lupa matikan lampu dan aktifkan mode horornya, biar lebih seru! Selamat membaca.
Cerita kali ini datang dari seorang mahasiswa yang kala itu masih menginjak semester awal. Dika, mahasiswa Fakultas Farmasi yang terkenal cukup aktif mengikuti kegiatan kampus.
Seperti biasa, Dika mengikuti kegiatan perkuliahan hingga selesai. Namun, kali ini ada yang berbeda, sebab kuliahnya sangat padat dari pagi hingga nanti malam pukul 20.00 WIB.
"Kesel pol, mariki sek ono kuliah maneh," batin Dika yang tengah bercermin di kamar mandi.
Dika yang sedang membasuh tangannya itu tiba-tiba mendengar pembicaraan dua mahasiswa lain. Mereka bercerita tentang apa yang dialami seorang pekerja saat sendirian di salah satu lorong Fakultas Farmasi.
"Wes ngerti gak, jare ndek lorong iku ono korban maneh," ucap salah satu mahasiswa.
"Hmm? Korban opo?," tanya mahasiswa lain.
"Yo iku lho, digudo penghuni ndek lorong iku," lanjutnya.
"Oalah, ndek kono wes bolak-balik kejadian ngono," tambahnya.
Sepintas Dika berpikir lorong yang dimaksud apakah tempat yang biasa ia lewati saat malam hari? Tapi, dirinya nggak pernah menjumpai hal ganjal seperti itu.
Pikirannya masih melayang walaupun sedikit ragu dengan cerita yang ia dengar barusan. Meskipun begitu, Dika memilih menghiraukan kabar burung itu.
Walaupun kabar ini telah menyebar di berbagai penjuru fakultas. Membuat mahasiswa hingga pekerja di sana sedikit was-was jika melewati lorong itu.
Sesaat meninggalkan toilet, ia bertemu dengan seorang temannya bernama Ilma. Sebelum mengikuti kelas selanjutnya, ia sedikit berbincang dengan temannya itu.
"Il jare arek-arek ono cerito horor nde lorong sing biasane tak lewati, bener ta?" tanya Dika.
"Waduh ketinggalan berita arek iki. Dadi kejadian e iku pas hari Senin winginane. Jare sih pas wong lewat ndek kono, sempet dipateni lampune ambe penjogo lorong iku," terang Ilma.
"Mosok? Kok khayal ngono yo? Lampu mati paling pas iku," ucap Dika seraya mengunyah camilan.
"Ngawur ae arek iki, temanan iku," tambah Ilma sembari berjalan meninggalkan Dika.
Dika mengendikkan bahunya, pertanda nggak percaya dengan cerita hantu-hantu seperti itu. Apalagi semenjak ia menjadi mahasiswa di fakultas itu nggak pernah sekali pun menemukan ke anehan.
Bukan berharap ketemu sama makhluk dedemitan seperti itu, tapi memang Dika enggan percaya kalau nggak ada bukti nyata sama sekali.
"Mosok ono hantu nde dunyo iki," batin Dika.
TING
Suara notif ponsel Dika tiba-tiba berbunyi membuyarkan lamunannya. Tertera pada layar ponselnya bahwa mendadak grup kelas yang akan ia ikuti ramai membicarakan sesuatu.
"Rek ngkok lek moleh bareng yo, wedi kate lewat dewean ndek lorong iku," tulis salah seorang temannya.
Hah?!
Wajah Dika masam melihat percakapan teman sekelasnya yang kebanyakan merasa takut bertemu hantu di lorong itu. Ia pun memasukkan ponselnya, lalu menyusul Ilma yang sudah berjalan jauh di depannya.
Tepat pukul 18.00 WIB kelas terakhir akan segera berlangsung. Sementara Dika masih berada di luar untuk menghisap rokok. Diam-diam ia mengamati setiap sudut kampusnya yang terlihat sedikit sepi.
Ketika adzan magrib telah berkumandang, Dika masih tetap disana dengan lamunannya yang entah memikirkan apa.
KRING
"Astagaa sopo maneh sing telpon, ngageti ae," gumamnya dengan menggerutu.
"Halo... Siapa nih?" tanya Dika.
"Halo?! Kok nggak ono suarane ngene," ucapnya seraya mengecek nomor yang sedang menelpon dirinya.
Dika sedikit tertegun, karena dilayar ponselnya cuma ada nomor tanpa nama yang meneleponnya.
"Halo! Sopo iki!" kata Dika dengan nada sedikit meninggi.
Ia pun heran dengan panggilan telepon itu. Karena nggak ada jawaban sama sekali, ia memutuskan sambungan telepon.
Saat itu, Dika nggak berpikir panjang lebar siapa yang menelponnya. Ia hanya menganggap cuma orang iseng saja yang nyasar telepon ke nomornya.
Jam sudah menunjukkan pukul 18.00 lewat, Dika memang sengaja sedikit terlambat masuk kelas. Dirinya nggak menyukai mata kuliah tersebut, Dika pun dengan santainya menaiki setiap tangga dengan memainkan ponsel dalam genggamannya.
Ia berhenti ditengah tangga, ponselnya kembali bergetar ada telepon masuk. Anehnya, nomor tanpa nama itu kembali mengusik ketentraman Dika.
"Hadeh sopo seh iki, iseng banget," gerutunya.
Ia pun sempat ingin mengangkat kembali telepon itu, tapi hp Dika keburu mati karena baterainya habis. Lantas, Dika melanjutkan langkahnya untuk menuju kelas.
Saat melangkahkan kaki di lorong yang katanya berhantu itu, Dika sedikit melirik sekitarnya. Ia memperhatikan setiap detail yang ada disana. Nyatanya, nggak ada satu pun yang mencurigakan.
"Lah ndi jare ndek kene ono hantu, nggak ono ngono hmm," batinnya.
Memang sekilas nggak ada apa-apa, tapi Dika merasa hawa di tempat itu sangat nggak enak. Rasanya seperti agak singup dan sangat sepi. Padahal biasanya jam segitu, masih banyak mahasiswa yang berlalu lalang kesana kemari.
Ia pun sedikit was-was dan takut dengan suasana sepi disekitarnya. Dika memutuskan untuk berjalan lebih cepat.
Deg deg..
Suara jantungnya mulai nggak karuan karena ingat dengan cerita horor yang telah menyebar seantero kampus.
"Asem merinding ngene aku," gumamnya.
Karena dirinya nggak mau berlama-lama di lorong itu, akhirnya ia berlari menuju kelas.
Hosh hosh..
"Kenapa kamu, kayak dikejar setan aja?" tanya seorang temannya.
"Hah enggak kok," ujarnya diiringi seulas senyum.
Dika duduk mengatur nafasnya yang masih terengah-engah. Dia duduk disamping Ilma dan menceritakan bahwa dirinya merinding ketika berjalan sendirian di lorong itu.
Ilma hanya meringis kecil mendengar temannya yang ternyata takut dengan hal-hal berbau mistis. Sementara itu, Dika menghiraukan hal tersebut dan menyimak penjelasan dosen.
Pukul 20.00 WIB, perkuliahan berakhir. Dika segera pulang bersama dengan mahasiswa lainnya. Malam ini, banyak mahasiswa yang keluar kelas berbarengan karena takut akan hantu misterius itu. Apalagi santer kabar, hantu lorong itu terkenal usil.
"Rek ndang moleh rek, selak diparani hantu," kata Ilma sambil tertawa mengejek.
Mendengar hal itu, Dika mendengus kesal dan segera menuju kosannya. Sesampainya di kosan, ia baru ingat kalau charger ponselnya tertinggal di meja tempat duduknya.
Dika bingung harus kembali ke kampus atau tidak. Sementara, ia ingat kalau materi tugas untuk besok ada di hpnya yang saat ini sudah mati kehabisan baterai.
Tanpa berpikir panjang, akhirnya ia kembali menyalakan motornya menuju kampus. Di sana, Dika bertemu dengan satpam dan bertanya apakah ruangan kelas yang baru saja dipakai sudah terkunci atau belum.
"Pak permisi, saya mau ambil charger ketinggalan di kelas. Apa sudah dikunci ya ruangannya?" tanya Dika pada seorang satpam.
"Oh belum mas, ambil aja. Hati-hati kalau ke atas sendirian," kata pak satpam.
Dika pun berlari menuju ruangan tadi, ia sempat melewati lorong berhantu tapi nggak menemukan kejanggalan apapun.
Srek..
Suara Dika yang sudah menggeser pintu ruangan. Dalam ruangan yang gelap, ia berjalan pelan menuju meja yang dipakainya.
"Alhamdulilah sek ndek charger-ku," katanya.
Tak lama kemudian, Dika pun keluar dari ruangan tersebut dan pulang kembali menuju kosan. Namun lagi-lagi, sepintas ia ingat tentang cerita horor itu.
Bulu kuduknya merinding kembali, saat ini Dika sedang berada di lorong berhantu itu. Ia pun bolak balik mengecek dari arah manapun, mengawasi apakah ada tanda-tanda keberadaan makhluk halus di sana.
TING
Suara lift mengagetkan Dika, ia menunggu siapa yang akan keluar dari lift tersebut. Tapi ternyata nihil, lantas ia pun sedikit mempercepat langkahnya menuju tangga.
TAK!
Tiba-tiba saja di lorong tersebut mati lampu. Dika kaget dan segera merogoh ponselnya. Sayangnya, ponselnya itu masih mati kehabisan baterai. Ia bingung dengan sendirinya.
"Ada orang di sini? Tolong dong," teriaknya.
Di ujung lorong sana, Dika melihat perempuan yang berdiri menghadap ke arahnya. Ia pikir perempuan itu salah seorang mahasiswa sepertinya.
"Mbak, bawa hp nggak? Nyalain senter dong, hpku mati," kata Dika.
Perempuan tersebut nggak menjawab, Dika memutuskan untuk berjalan ke arahnya. Tiba-tiba saja...
GUBRAK
"ADUUHH!!" teriak Dika yang meringis kesakitan.
"Astaga sopo seh sing sengojo njegal sikilku!" gerutunya.
Dika menunduk memperhatikan kakinya, meskipun dalam situasi gelap ia nggak menemukan kaki yang menjenggal dirinya.
Nggak mau berpikir aneh-aneh, Dika membiarkan hal tersebut dan segera menuju perempuan yang berdiri di ujung lorong.
Saat berjalan ke arah perempuan tersebut, lampu di lorong itu kembali menyala. Anehnya, perempuan yang tadi berdiri di sana tiba-tiba hilang entah kemana.
Raut wajah Dika memucat hingga merinding nggak karuan. Lantas ia pun lari terbirit-birit dengan badan gemetaran. Sesaat setelah menjauh terdengar suara cekikikan seorang wanita.
AKKKHHHHH...
Dika menjerit ketakutan dan berlari menuju parkiran. Lalu sesampainya di sana, ia langsung tancap gas menuju kosan. Bahkan Dika menghiraukan pak Satpam yang memanggil dirinya.
Keesokan harinya, Dika menceritakan semua kejadian aneh yang dialaminya pada Ilma. Temannya itu mengangguk membenarkan bahwa yang ditemui Dika adalah sosok hantu usil penunggu lorong tersebut. Semenjak kejadian itu, Dika nggak pernah pulang sendirian saat mengikuti kelas di ruangan dekat lorong berhantu itu.
Kisah Angker Hantu Usil di Lorong Fakultas Farmasi Unair
Hmm, entah ada yang percaya atau tidak dengan kisah ini. Bagaimana menurut Sobat Zona, pernah mengalami kejadian seperti Dika? Kalau ada, boleh nih sharing sama Sans tentang cerita horor yang ada di kampus kalian. Yuk, tulis di kolom komentar. Sampai jumpa.
Baca Juga: Ngeri! Tangisan Hantu Wanita di Universitas Airlangga (Unair)
Komentar
0