zonamahasiswa.id - Karakter seseorang dapat dibentuk dari masa kecil yang mereka jalani. Kehidupan yang tidak mudah justru membuat Rendi Ahmad Rustandi menjadi sosok yang kuat dan cerdas.
Baca juga: Pengumuman! Nadiem Makarim Pastikan Rencana Kenaikan UKT Tahun Ini Dibatalkan
Sejak kecil, Rendi terbiasa menjalani hidup dengan penuh perjuangan. Ia tumbuh di keluarga sederhana dengan Ayah yang bekerja sebagai penjual gorengan.
Setiap hari, Ayah Rendi berjualan di persimpangan jalan kawasan Ciamis, Jawa Barat. Tak ada yang menyangka bahwa putranya tumbuh menjadi pemuda cerdas yang berkarir hingga ke Negeri Sakura.
Kisah ini dibagikan oleh Imam Santoso, salah satu dosen di Institut Teknologi Bandung. Ia menceritakan tentang Rendi yang pernah menjadi muridnya.
"Kisah anak penjual gorengan dan es keliling di Ciamis yang sekarang bekerja di salah satu lembaga penelitian terbesar Jepang dan jadi mahasiswa di sana. Sukses terus ya @rendiahmad22 di sana," tulis Imam dalam unggahannya di akun Instagram @santosoim. HaiBunda sudah mendapat izin untuk menulis kisahnya.
Imam bercerita, Rendi yang merupakan anak penjual gorengan kini di salah satu lembaga riset terbesar di Jepang. Rendi pernah menjadi salah satu mahasiswa di tempat Imam mengajar.
"Aku punya mahasiswa bernama Rendi. Ibunya pedagang gorengan di persimpangan jalan dekat SMK di Panjalu, Ciamis. Bapaknya dulu kerja sebagai buruh harian lepas di Gedebage, Bandung," cerita Imam dalam video yang diunggah.
Sejak duduk di bangku SD, Rendi hidup berpindah-pindah bersama keluarganya. Mereka kerap diusir dari kontrakan karena tak mampu membayar iuran.
"Pernah pas duduk bareng bapaknya, tiba-tiba bapaknya bilang 'Ndi, maafin bapak ya, kamu bapak ajak hidup susah,' dengerin itu dia jadi sedih, sakit banget, karena itu bukan kesalahan bapaknya," kata Imam.
Masa kecil Rendi tak seindah dari anak-anak seumurannya. Ketika teman-teman Rendi asyik menghabiskan waktu dengan bermain dan belajar, Rendi sibuk membantu sang Bunda mencari tambahan uang.
"Pas SD, dia sering bantu ibunya jualan es pakai termos ke kelas-kelas dan gorengan ke ibu-ibu di tempat ramai kayak tempat ibu-ibu yang lagi senam," ungkap Imam.
Hidup kekurangan membuat Rendi harus menghemat pengeluarannya. Saat duduk di bangku SMP, Rendi harus menempuh perjalanan panjang dengan berjalan kaki demi menghemat ongkos.
"Pas SMP sering jalan kaki lumayan jauh karena nggak punya motor, kalau naik ojek lumayan ngabisin uang," ucapnya.
Kendati demikian, Rendi tak pernah mengabaikan kewajibannya sebagai siswa. Ia mampu membagi kesibukannya, Bunda.
Selain membantu sang Bunda berjualan, Rendi juga mengisi waktu dengan belajar. Rendi sangat giat menimba ilmu sehingga membuatnya langganan jadi juara kelas.
"Meski hidup susah, dari SD sampai SMA selalu ranking 1 dan juara umum," Imam mengatakan.
Tahun demi tahun berlalu, tiba saatnya Rendi melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia berusaha mendapatkan beasiswa agar bisa kuliah.
Lantas, bagaimana nasib Rendi dalam mencari kuliah hingga akhirnya berhasil kerja di luar negeri? Baca di halaman berikutnya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Saksikan juga video tentang kisah viral anak sopir taksi online yang kuliah di AS:
Jerih payah Rendi berhasil mengantarkannya ke perguruan tinggi. Ia diterima di jurusan Teknik Metalurgi Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan beasiswa Bidikmisi.
Rendi memanfaatkan kesempatan emas itu dengan baik. Ia semakin giat belajar di bangku kuliah. Bahkan, Rendi berhasil meraih pencapaian besar saat kuliah.
Rendi menyelesaikan pendidikan S1 dengan predikat cumlaude. Tak hanya itu, ia juga menghasilkan skripsi yang luar biasa.
"Skripsi S1-nya masuk di jurnal Q-1 Impact Factor 18.5," kata Imam.
Prestasi Rendi membuatnya berhasil melangkah ke luar negeri. Ia bekerja di salah satu lembaga penelitian terbesar Jepang.
Pekerjaan itu juga membuat Rendi bisa keliling dunia, Bunda. Bahkan, Rendi berhasil membahagiakan kedua orang tuanya dengan mengajak mereka ke Tanah Suci.
Meski sudah sukses, Rendi tak tinggal diam. Ia melanjutkan pendidikan di salah satu universitas bergengsi di Jepang.
Rendi kini menimba ilmu di bidang Risk and Resilience Engineering Degree Program in Systems and Information Engineering, University of Tsukuba.
Melihat kisahnya dibagikan oleh sang dosen, Rendi menyampaikan rasa terima kasihnya lewat kolom komentar. Ia juga memberikan semangat kepada orang-orang yang sedang berjuang meraih mimpi mereka.
"Terimakasih banyak Mas Imam udah share ceritaku. Mungkin banyak beswan Bidikmisi yang lain yg cerita hidupnya lebih berat, namun semoga cerita hidupku ini bisa menginspirasi adik-adik dari daerah manapun untuk selalu semangat dalam menggapai mimpinya," tutur Rendi.
"Sekarang pun masih jauh dari kata sukses dan masih berjuang di Jepang. Tapi alhamdulillah selalu bersyukur atas apa yang sudah Allah berikan," imbuhnya.
Kisah Anak Penjual Gorengan di Ciamis, Dulu Susah dan Diusir dari Kontrakan, Kini Sukses di Jepang
Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.
Baca juga: Di Tengah Polemik UKT Mahal, Kampus Ini Malah Perbolehkan Bayar UKT Gunakan Hasil Bumi
Komentar
0