Berita

Fakta Santri Gontor Meninggal Tragis di Pondok Nomor 1 di Indonesia

Nisrina Salsabila 08 September 2022 | 14:39:00

zonamahasiswa.id - Kabar meninggalnya santri Pondok Modern Darussalam Gontor 1 Pusat Ponorogo, masih ramai diperbincangkan. Pasalnya, Albar Mahdi (17) meninggal dunia dengan kondisi tragis karena diduga menjadi korban kekerasan.

Atas kejadian ini, Ibunda korban menerangkan putra sulungnya tersebut merupakan siswa kelas 5. Ia menerima kabar duka anaknya secara tiba-tiba dari pengasuh Gontor 1 pada Senin, 22 Agustus 2022 pukul 10.20 WIB. Namun, keluarga korban sempat mempertanyakan surat keterangan kematian anaknya yang menyatakan bahwa Albar meninggal pukul 06.45 WIB.

Baca Juga: Modus 'Biar Cepat Pintar', Guru Ngaji di Bogor Tega Cabuli 5 Anak

Kronologi Kejadian

Melansir Okezone, Kemenag Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur melakukan investigasi kasus meninggalnya Albar Mahdi (AM) yang merupakan santri kelas 5 atau setara dengan kelas 11 SMA. Meninggalnya santri tersebut diduga karena tindak penganiayaan yang terjadi beberapa waktu lalu.

Sementara, jalannya investigasi dilakukan oleh tim seksi pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag Ponorogo. Kedatangan tim tersebut diterima oleh pimpinan pesantren yang terdiri dari Direktur KMI, Ustadz Mashudi Subari, Ketua Yayasan, Ustadz Ismail Abdullah, dan Ketua IKPM, Ustadz Nur Syahid.

Ketua IKPM, Ustadz Nur Syahid menceritakan kronologi tewasnya Albar Mahdi yang berawal dari salah satu kegiatan rutin yakni perkemahan yang diadakan setiap hari Kamis-Jumat (Perkajum).

Kegiatan tersebut digelar pada 18-19 Agustus 2022, yang diikuti santri kelas 5. Ia menyebut almarhum bertindak sebagai Ketua Perkajum sekaligus terkenal dengan santri yang berprestasi.

"Almarhum adalah santri yang berprestasi," tulis dalam surat yang ditandatangani Kepala Kemenag Kabupaten Ponorogo, Moh. Nurul Huda (5/9).

Lebih lanjut, pada 20-21 Agustus 2022, panitia Perkajum diketahui memiliki kegiatan untuk mengembalikan peralatan perkemahan. Namun, pada Senin 22 Agustus 2022 diketahui Albar sempat cekcok dengan dua kakak kelasnya hingga berujung tewasnya santri tersebut.

Pengasuh Gontor Sebut Korban Meninggal Akibat Kelelahan

Pada 23 Agustus 2022, jenazah Albar tiba di Palembang dan diantar oleh pihak Gontor 1 yang diwakili Ustadz Agus. Jenazah santri tersebut telah berada di dalam keranda dan sudah dibalut dengan kain kafan.

Perwakilan pihak Gontor 1 menjelaskan kronologi meninggalnya Albar karena terjatuh akibat kelelahan setelah mengikuti Perkemahan Kamis Jumat (Perkajum). Ketika itu, Ibunda korban Soimah masih percaya dan menerima jika anaknya meninggal karena jatuh.

Namun, perasaan tersebut seketika sirna ketika dirinya dan keluarga mengetahui kondisi jasad Albar saat membuka kain kafan. Ia mengungkap sebelumnya telah mendapat laporan dari wali santri lainnya bahwa kronologi yang diungkap sebenarnya bukan seperti demikian.

"Banyak laporan-laporan dari wali santri lainnya bahwa kronologi tidak demikian. Kami pihak keluarga meminta agar mayat dibuka dan ternyata benar, tak seperti layaknya meninggal karena terjatuh," ucap Soimah.

Lanjutnya, ia sempat kaget saat melihat darah dari jasad anaknya yang terus mengalir. Bahkan kain kafan jenazah anaknya telah diganti dua kali, namun tetap darah tidak berhenti. Lantas, ia dan keluarga menghubungi pihak forensik dan rumah sakit untuk melakukan autopsi.

"Kenapa laporan yang disampaikan berbeda dengan kenyataan yang diterima. Karena tidak sesuai, kami akhirnya menghubungi pihak forensik dan rumah sakit sudah siap melakukan autopsi," ungkapnya.

Atas hal ini, Soimah dan keluarga mendesak perwakilan pihak Gontor 1 untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya. Ustadz Agus pun mengaku jika Albar meninggal karena kekerasan.

"Saya tidak bisa membendung rasa penyesalan telah menitipkan anak saya di sebuah pondok pesantren yang notabene nomor satu di Indonesia," tutur Soimah.

Namun setelah mengetahui bahwa anaknya menjadi korban kekerasan, dirinya memutuskan untuk tidak melakukan autopsi. Dengan alasan agar sang anak segera dikubur, terlebih jenazah sudah lebih dari satu hari perjalanan.

"Keputusan saya untuk tidak melanjutkan ke ranah hukum didasari banyak pertimbangan. Karena itu kami membuat surat terbuka yang intinya ingin bertemu dengan Kyai di Gontor 1," pungkasnya.

Terpisah, Soimah pun mengadukan kejadian yang menimpa sang anak kepada pengacara kondang Hotman Paris (4/9). Tangisnya pun seketika pecah, saat menceritakan kemalangan nasih anaknya.

Tindakan Ponpes Gontor

Melansir Okezone, juru bicara Pondok Modern Darussalam Gontor Noor Syahid menuturkan bila berdasarkan temuan tim pengasuhan santri memang ditemukan adanya dugaan penganiayaan yang menimpa korban.

"Menyikapi hal ini, kami mengambil tindakan tegas dengan menjatuhkan sanksi kepada santri yang diduga terlibat yaitu dengan mengeluarkan yang bersangkutan dari Pondok Modern Darussalam Gontor secara permanen dan langsung mengantarkan mereka kepada orang tua masing-masing," terangnya.

Setelah menyampaikan permintaan maaf dan berbelasungkawa, pihaknya siap untuk mengikuti segala bentuk upaya dalam penegakan hukum terkait peristiwa yang menyebabkan tewasnya salah satu santri.

"Kami keluarga besar Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor denga ini memohon maaf sekaligus berbelasungkawa yang sebesar-besarnya atas wafatnya Almarhum Ananda AM, khususnya kepada orangtua dan keluarga almarhum di Sumatera Selatan," ucapnya (6/9).

"Kami pihak Pondok Modern Darussalam Gontor masih terus berusaha intens menjalin komunikasi dengan keluarga Almarhum Ananda AM untuk mendapatkan solusi-solusi terbaik dan untuk kemaslahatan bersama," sambungnya.

Terdapat Dua Terduga Pelaku

Dua terduga pelaku penganiayaan santri Ponpes Gontor Ponorogo, kabarnya telah dijemput oleh pihak kepolisian. Sebelumnya, tim Polres Ponorogo telah melakukan olah TKP pada Selasa (6/9).

"Iya, dua terduga pelaku dijemput,"kata Kapolres Ponorogo AKBP Catur Cahyono Wibowo (7/9).

Berdasarkan hasil olah TKP, polisi menyita berbagai barang bukti seperti pentungan, air mineral, minyak kayu putih, hingga becak. Barang bukti tersebut telah diamankan pihaknya.

"Barang bukti yang diamankan. Ada pentungan, air mineral, minyak kayu putih, becak. Becak ini untuk membawa korban ke rumah sakit," tuturnya.

Sementara, barang bukti lainnya seperti rekaman CCTV juga akan disita oleh pihak berwajib. Polisi akan melakukan pemetaan kasus mulai dari pondok hingga rumah sakit. 

Catur mengungkap olah TKP dan pra rekonstruksi dilakukan oleh Satreskrim Polres Ponorogo dengan hasil ada 50 adegan yang diperagakan. Poin-poinnya seperti penjemputan dan kegiatan sampai santri tersebut dinyatakan meninggal dunia.

"Poin-poinnya yang paling parah seperti penjemputan dan kegiatan sampai meninggal dunia di IGD sudah kita rangkum," tambahnya.

Ia mengatakan bahwa lokasi olah TKP merupakan tempat pramuka yang berada di dalam pondok. Pihaknya pun masih enggan membeberkan motif kekerasan tersebut. Sedangkan, pihaknya telah memeriksa setidaknya 12 saksi yang terdiri dari santri, pengurus pondok, hingga staf IGD.

Terpisah, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas buka suara atas kasus tewasnya Albar. Ia menegaskan apabila terbukti terjadi pelanggaran secara sistematis, maka izin operasional pesantren bisa dicabut.

"Yang bisa kita lakukan adalah jika itu terbukti secara sistematis pesantren melakukan kekerasan, pelecehan, dan seterusnya, kita cabut izin operasionalnya. Karena izin operasional pesantren itu ada di Kementerian Agama," tegasnya.

Fakta Santri Gontor Meninggal Tragis di Pondok Nomor 1 di Indonesia

Itulah ulasan mengenai sejumlah fakta mengenai kasus meninggalnya santri Ponpes Gontor secara tragis hingga dugaan menjadi korban kekerasan yang sampai saat ini masih terus diusut. 

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.

Baca Juga: Pelajar Tendang Teman Sekelas sampai Meninggal, Diduga Masalah Asmara

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150