zonamahasiswa.id - Interaksi antara dosen dengan mahasiswa kerap menjadi sorotan publik. Sama halnya dengan video yang dibagikan oleh @shp_itb di TikTok. 

"Respon mhswa bimbingan gw...speechless," tulisnya dalam keterangan video. 

Baca Juga: Mahasiswa Nemu Skripsi Jadul, Warganet: Jaman Belum Kenal Turnitin

Untuk Perbaikan Gizi Mahasiswanya

Dalam videonya, ia memperlihatkan momen saat mentraktir makan para mahasiswa bimbingannya di restoran Korean Barbeque yang berlokasi di Bandung.

"Jadi sore ini gue ngajakin mahasiswa bimbingan untuk perbaikan gizi, supaya makin semangat skripsinya," ujarnya.

Mereka terlihat sangat menikmati makanan di restoran tersebut. Bahkan masing-masing dari mereka memberikan tanggapan soal makanan yang mereka santap.

"Ozil si anak Minang 'juicy banget pak', Nazda si anak Betawi 'jempol pak'. Rinaldi si anak Batak dari Tangerang 'mantap banget pak'. Rexy si gamers dari Malang sampai kehabisan kata-kata," tulisnya.

Lebih lanjut, netizen pun tertarik dengan interaksi antara dosen dengan mahasiswa bimbingannya. Mereka terlihat iri sekaligus senang melihat keakraban yang terjalin.

"Dosen macam ini yang susah dilupakan sama mahasiswanya, terima kasih pak dosen. Saya bukan mahasiswanya tapi turut senang lihat ini," tulis netizen.

"Kapan lagi dapat dosen seperti ini. Waktu saya kuliah mau revisi harus datang ke rumahnya, hee sehat selalu ya pak," tulis netizen lainnya.

Menariknya, dosen lain pun turut mengomentari video tersebut.

"Ilmu yang diberikan rekna dosen ini saat itu 'mengajarkan memberikan kebahagiaan kepada orang lain' mereka gak selamanya jadi seorang mahasiswa," tuturnya.

Dospem Traktir Mahasiswanya di Restoran: Buat Perbaikan Gizi

Itulah ulasan mengenai dosen pembimbing (dospem) yang mentraktir mahasiswa bimbingannya dan menuai rekasi positif dari warganet.

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti informasi seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan serta aktifkan notifikasinya ya. Sampai jumpa.

Baca Juga: Tarif Candi Borobudur Naik Rp750 Ribu, Dosen Sejarah UGM Sebut Ugal-ugalan