zonamahasiswa.id - Kabar pemecatan Prof. Dr. dr. Budi Santoso, Sp.OG (K) sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) nyatanya menyita perhatian publik.
Baca juga: Dukung Mahasiswa Bayar Kuliah Pakai Pinjol Jika Kesulitan Ekonomi, Menko PMK: Kenapa Tidak?
Pemecatan ini berdampak pada munculnya aksi solidaritas dokter hingga petisi atas terancamnya kebebasan berpendapat yang dilakukan Prof Budi Santoso.
Diketahui, sebab pemecatan dilakukan usai Prof Bus menolak dokter asing ke Indonesia yang merupakan bagian rencana Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Solidaritas Dokter hingga Dosen FK Unair Ancam Mogok Kerja Demo Civitas Akademik FK Unair. (Berita Satu) Insiden pemecatan ini menimbulkan animo geram akibat ketidakadilan yang didapatkan.
Para guru besar, dokter, civitas akademik, hingga mahasiswa FK Unair menggelar aksi demo atas kasus pemberhentian Prof Budi Santoso dari Dekan FK Unair
Pencopotan Profesor Budi Santoso sebagai Dekan
Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr dr Budi Santoso SpOG FER menjadi sorotan usai diberhentikan dari jabatannya.
Pemberhentian itu disebut-sebut karena Prof Bus, panggilan akrab Budi, menolak program pemerintah yang akan mendatangkan dokter asing ke Indonesia. Berikut ini fakta-fakta pemberhentian dekan FK Unair.
Tolak dokter asing
Sebelum dipecat, Budi pada Kamis (27/6) menyampaikan pendapatnya soal rencana Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mendatangkan dokter asing ke Indonesia. Menurut pemerintah, hal ini demi mengatasi krisis dokter dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di tanah air.
Budi tegas menolak rencana pemerintah itu. Menurut dia, 92 fakultas kedokteran di Indonesia mampu meluluskan dokter berkualitas yang tidak kalah dengan dokter-dokter asing.
"Secara pribadi dan institusi, kami dari fakultas kedokteran tidak setuju," kata Budi Santoso di Kampus Unair A, Kamis.
"Saya pikir semua dokter di Indonesia tidak rela kalau dokter asing bekerja di sini, karena kita mampu untuk memenuhi dan kita mampu menjadi dokter tuan rumah sendiri," imbuhnya.
Tak lama setelah ia menyatakan hal tersebut, Budi dipanggil pimpinan kampus hingga akhirnya dipecat sebagai Dekan FK Unair. Ia mengkonfirmasi pemberhentiannya pada Rabu (3/7).
Budi mengungkapkan dirinya sempat dipanggil Rektor Unair pada Senin (1/7) untuk dimintai keterangan. Dia pun menduga alasan pemberhentiannya karena sikapnya yang menolak rencana pemerintah mendatangkan dokter asing. Budi mengaku tak bisa berbuat banyak dan menerima keputusan Unair.
Penjelasan Unair
Unair membenarkan telah mencopot Budi Santoso dari jabatan Dekan FK. Namun, tak dijelaskan apa alasan universitas memberhentikan Budi.
Kepala Pusat Komunikasi dan Informasi Publik Unair, Martha Kurnia, hanya mengatakan keputusan itu merupakan kebijakan internal.
"Alasan atau pertimbangan pimpinan Unair terkait pemberhentian ini adalah merupakan kebijakan internal untuk menerapkan tata kelola yang lebih baik guna penguatan kelembagaan khususnya di lingkungan FK Unair," kata Martha dalam keterangan yang diterima, Rabu.
Ia menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Budi Santoso atas semua pengabdian dan jasanya selama memangku jabatan tersebut.
"Semoga Unair, khususnya FK Unair terus menjadi Fakultas Kedokteran yang mampu memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara Indonesia," ucapnya.
Menkes bingung
Menkes Budi Gunadi Sadikin membantah isu yang menyebutkan ada intervensi pemerintah dalam pemecatan Budi Santoso sebagai Dekan FK Unair. Budi mengaku dirinya tidak pernah menghubungi pejabat tinggi Unair terkait pemecatan Budi Santoso itu.
"Saya tidak ada kontak apapun dengan Unair terkait masalah ini. Heran saya kok dikaitkan dengan Kemenkes," kata Budi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (4/7).
Tak hanya itu, Budi juga menegaskan FK Unair bukan di bawah naungan Kemenkes, tetapi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
"Tidak ada wewenang saya di sini," imbuhnya.
Senada, Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril membantah kementeriannya berkaitan dengan pemberhentian Budi Santoso.
Syahril juga meluruskan informasi soal mendatangkan 6.000 dokter asing. Ia menyebut informasi itu merupakan kabar burung.
Dia menjelaskan dokter WNA yang didatangkan Kemenkes saat ini merupakan tim dari Arab Saudi yang bertugas di RS Adam Malik, Medan, Sumatera Utara. Mereka melakukan operasi jantung kompleks untuk menyelamatkan nyawa 30 anak warga Sumatera Utara secara gratis.
Menurut dia, ini tindakan operasi jantung untuk anak yang pertama kali dilakukan di Pulau Sumatera. Karena itu, Syahril menyayangkan protes yang disampaikan sejumlah dokter Indonesia terkait kedatangan tim dokter dari Arab Saudi itu.
"Kami menyesalkan beberapa rekan sejawat, terutama di kota besar di Jawa, yang memprotes kehadiran tim dokter dari Arab Saudi tersebut, padahal mereka hadir untuk menyelamatkan nyawa manusia, nyawa anak-anak kita," kata Syahril.
"Bukan untuk mengambil lahan para dokter-dokter tersebut kedepannya," tambah dia.
Civitas academica gelar aksi
Gedung FK Kampus A Unair kebanjiran karangan bunga berisi dukungan untuk Budi Santoso. Pada Kamis (4/7), setidaknya ada lebih dari 30 rangkaian bunga yang terpasang di depan gedung FK Unair.
Tak hanya itu, ratusan civitas academica FK Unair menggelar aksi solidaritas menyikapi pemecatan Budi Santoso di hari yang sama.
Aksi itu dihadiri oleh para guru besar, sejawat dokter, pengajar, alumni, hingga mahasiswa aktif FK Unair. Mantan Rektor Unair 2001-2006 dr Puruhito turut hadir dalam aksi tersebut.
"Di sini saya berdiri sebagai warga FK Unair, selain juga sebagai mantan rektor. Saya hari ini sangat berduka cita mendengar apa yang telah diputuskan Rektor Unair terhadap dekan kita Profesor Bus (Budi Santoso)," kata Puruhito saat orasi.
Puruhito berpendapat tindakan pimpinan Unair memecat Budi tidak sesuai dengan prosedur, salah satunya dalam Pasal 53 PP Nomor 30 Tahun 2014 tentang Statuta Unair.
Pasal itu menjelaskan dekan atau wakil dekan di Unair bisa diberhentikan karena berakhir masa jabatannya, meninggal dunia, mengundurkan diri, atau sakit yang menyebabkan tidak mampu bekerja secara permanen.
Lalu, dekan atau wakil dekan juga bisa dicopot bila sedang studi lanjut, dan/atau dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap.
Ancam mogok mengajar
Guru besar hingga dosen di FK Unair Surabaya mengancam akan mogok belajar dan mengajar di kampus buntut pencopotan Budi Santoso.
Profesor bedah saraf Unair dr Abdul Hafid Bajamal mengatakan keputusan Rektor Unair M. Nasih yang mencopot Budi Santoso sebagai dekan FK Unair ini tidak berdasar. Sebab, Budi Santoso tak sedang sakit atau tersangkut kasus hukum, hingga membuatnya bisa diberhentikan.
"Saya tanya kepada saudara-saudara, apakah Prof BUS melakukan tindakan asusila? Apakah Prof BUS melanggar hukum? Apakah Prof BUS teroris? Apakah Prof BUS melakukan korupsi? Cukup buat kita," kata Jamal.
Jamal pun mengkritik pimpinan Unair yang menjadikan FK bagai katak dalam tempurung. Dengan adanya kasus ini, ia ingin sejawat di FK Unair berani berbicara menyampaikan pendapat dan tegas bersikap.
Civitas Akademika FK Unair Lakukan Aksi Penolakan Pencopotan Profesor Budi Santoso sebagai Dekan
Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.
Baca juga: Mahasiswi ITB Ini Perlu Satu Semester Buat Bikin Animasi dari Tanah Liat, Hasilnya Keren Banget!
Komentar
0