zonamahasiswa.id - Halo, Sobat Zona. Sans balik lagi nih dengan membawa cerita horror baru yang bikin kalian semua penasaran. Kali ini Sans masih membawa kalian di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS).
Seperti yang Sobat Zona tahu, UNS merupakan perguruan tinggi negeri yang berdiri pada 11 Maret 1976. Ternyata kampus yang dibangun di atas tanah pemakaman tersebut memiliki berbagai kisah mistis selain Nyah Rewel penunggu Gedung Arga Budaya.
Salah satunya adalah di Fakultas Hukum, UNS yang memiliki banyak kisah-kisah mistis dari para makhluk ghaibnya. Nah, biar Sobat Zona nggak penasaran dengan cerita makhluk ghaib usil Fakultas Hukum Universitas Negeri Sebelas Maret. Yuk, Sans mulai ceritanya! Sebelum itu jangan lupa untuk matikan lampu dan aktifkan mode horornya, agar lebih seru! Selamat membaca.
Tepat di hari Jumat Kliwon, kota tengah diguyur hujan lebat dengan angin kencang dan kilat menyambar-nyambar di langit Surakarta. Beberapa wilayah bahkan harus mengalami pemadaman lampu, salah satunya adalah kos Shinta, mahasiswa Fakultas Hukum, UNS.
Mengetahui kondisi kos-kosannya tengah mengalami pemadaman akibat cuaca buruk, raut wajah Shinta sangatlah kesal, bahkan kekesalannya tampak pada cengkramannya pada ponsel miliknya. Apalagi melalui grup WhatsApp Kos Ciwi-Ciwi Cantek ia tahu bahwa Wifi di sana juga mati.
Padahal saat itu ia baru saja selesai kelas dan ingin segera kembali untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Beberapa kali gadis berkerudung coklat itu menggerutu kesal di samping temannya Biyah.
“Lek Wifi kosanmu mati, yo wis Wifi-an dek kampus wae. Toh, sik isok kok Wifi e. Lho liat HP ku sik nyaut to karo Wifi kampus,†ujar Biyah sambil menunjukkan ponselnya pada sang sahabat.
“Ah, aku mangkel. Padahal aku arep ngerjakno dek kosan karo slimutan,†keluhnya.
Dengan terpaksa akhirnya Shinta mengikuti saran Biyah mengerjakan tugas di kampusnya. Keduanya duduk di meja dan kursi yang ada di luar gedung FH. Mereka pun fokus mengerjakan tugas tanpa banyak bicara.
Di sana hanya ada beberapa orang saja salah satunya adalah Shinta dan Biyah yang menatap layar laptop dengan serius. Meskipun hujan dan dingin keduanya tetap saja fokus dan tak peduli bahwa satu persatu orang di sana pergi meninggalkan gedung. Hingga akhirnya Biyah sadar jika tinggal mereka berdua yang tetap tinggal.
Biyah melihat jam di ponsel yang menunjukkan sebentar lagi adzan maghrib akan berkumandang. Tiba-tiba ia teringat sesuatu yang membuatnya bergidik ngeri.
“Kok udane ra mari-mari yo Shin? Padahal wis te maghrib aku wedi lho,†tanya Biyah mulai panik.
“Ra ngerti aku, Bi. Sik meneng disik yo, aku sik fokus karo tugasku. Deadline e mene lho, gendeng ancen Pak Hadi iki, mosok ngekeki tugas H-1,†gerutu Shinta yang masih fokus dengan layar laptopnya.
Mendengar teguran itu Biyah pun langsung terdiam dan kembali fokus ke laptopnya. Meski masih ada rasa panik, namun ia enyahkan.
Bress…tap…tap…tap…
“Hehehehe,†suara tawa anak kecil tiba-tiba terdengar oleh kedua perempuan itu.
Shinta dan Biyah pun mencari sumber suara anak kecil yang tengah berlari sambil hujan-hujanan. Namun, tak ada siapa-siapa. Gedung sudah sangat sepi dan hanya ada kedua perempuan berhijab itu saja.
“Bi, tadi kayaknya ada suara anak kecil deh. Tapi, kok udah nggak ada ya?†tanya Shinta yang masih mencari sosok anak kecil itu.
“Iya, aku juga denger kok. Tapi cuma ada kita berdua di sini, lho,†ucap Biyah.
Tap…tap…tap…
Suara itu terdengar lagi dan buru-buru keduanya mencari sumber suara. Tapi tetap tak ada siapapun di sana. Shinta merasa heran anak siapa yang berkeliaran di saat hujan seperti ini. Ia masih menelusuri setiap sudut tempat itu dengan cermat.
“Hehehehe,†suara tawa itu kembali terdengar lebih dekat dari sebelumnya.
Perlahan ia menoleh ke sisi kiri dan kanannya, namun nihil. Tapi tiba-tiba…
“Shi-Shin, i-iku a-a-reke,†ucap Biyah sambil menunjuk sosok yang tengah mengintip di balik dinding belakang Shinta.
Shinta pun menengok ke belakang dan didapatinya sosok anak perempuan berambut pendek tengah mengintip keduanya dari balik dinding. Anak itu tampak cantik dan lucu dengan pakaian yang tersemat di badan kecilnya. Namun, mengerikan ketika melihat senyum culas yang terukir di bibir mungilnya.
Senyum itu semakin lebar dan mengerikan ketika Shinta dan Biyah tampak ketakutan melihatnya. Bahkan anak itu tertawa cekikikan sambil menunjuk- nunjuk keduanya, seolah mereka sangatlah lucu.
“Bi-bi ka-kabur, Bi!†bisik Shinta yang dijawab anggukan pelan dari temannya itu.
Perlahan keduanya membereskan barang-barang mereka hingga suara cekikikan itu berhenti. Perlahan Biyah menatap kea rah tempak anak itu. Ternyata ia sudah menghilang dari sana.
“Huh, dia udah ilang sekarang. Alhamdulillah,†ucapnya.
“Kikikiki, a-te nang-ndi Mbak,†bisikan terdengar dari belakang Biyah.
Tubuh Biyah menjadi kaku seketika itu. Ia melihat Shinta yang juga tampak pucat seperti dirinya. Perlahan ia melirik ke samping dan…
“BOO!â€
Kedua perempuan itu langsung menjerit ketakuan dan lari menjauhi si anak perempuan itu. Sementara, anak itu tetap di tempatnya dan tertawa terbahak-bahak melihat dua mahasiswi yang lari darinya.
Shinta dan Biyah terus berlari hingga bersembunyi di bilik kamar mandi. Napas keduanya terengah-engah setelah berlari dari sosok kecil menakutkan itu.
“Haduh, gila ini mah hah hah hah. Bisa-bisanya kita ketemu yang kayak gitu hah hah hah,†ucap Shinta ngos-ngosan.
“Kowe enak ra dicideki. Lha aku malah cidek nemen hah hah hah,†jawab Biyah.
Keduanya masih mencoba mengatur nafas dan menstabilkan jantung yan sedari tadi berdetak sangat kencang. Keduanya merasa sudah aman saat bersembunyi di bilik kamar mandi itu. Tapi, mereka tidak sadar jika ada sosok yang tengah mengawasi mereka.
Sesosok makhluk bertubuh besar dan kekar dengan warna kulit hitam kemerahannya tengah menatap dua perempuan yang tengah bersembunyi di balik kamar mandi. Dari langit-langit kamar mandi ia mengawasi seluruh gerak-gerik keduanya. Bahkan mereka tak sadar bahwa tengah diawasi olehnya.
Tok…tok…tok…
BLAM
Suara ketukan yang diikuti dengan bantingan pintu menjadi tanda bahwa sosok besar dengan rambut lebat di sekujur tubuhnya itu ada di sana. Kedua perempuan yang awalnya merasa lega itu kembali ketakutan.
Pasalnya tak ada angin tapi pintu kamar mandi tiba-tiba tertutup keras. Bahkan ada suara ketukan yang entah dari mana asalnya. Mereka kemudian menatapke atas langit-langit bilik tempat persembunyian keduanya.
“Shin, aku wedii,†ucap Biyah.
“Podoo, aku pisan wedi kok,†jawab Shinta.
Keduanya tampak sangat ketakutan bahkan saling berpelukan untuk menenangkan diri masing-masing. Tak di sangka dari belakang sosok yang sedari tadi mengawasi mereka mulai menampakkan diri.
Srek…srekk...
Suara gesekan terdengar dari belakang punggung mereka. Shinta dan Biyah perlahan memutar badan dan melihat sosok besar menakutkan tengah turun dari langit-langit kamar mandi.
“Ge-gen-gende-RUWO!!†teriak keduanya bersamaan.
Mereka langsung berlari menuju pintu namun tak dapat terbuka. Shinta dan Biyah berusaha untuk membuka pintu yang entah bagaimana bisa terkunci tiba-tiba. Sementara sosok Genderuwo itu masih menjalankan aksinya.
Ia merambat mendekati kedua mahasiswi yang sangat ketakutan itu. Bahkan ia tatap mereka dengan pandangan culas dan senyum mengerikan. Sampai akhirnya tepat di belakang keduanya, genderuwo itu mendekatkan wajahnya diantara bahu Shinta dan Biyah.
Keduanya bergetar ketakutan dan menahan tangis, bahkan sekali-kali mereka meminta ampun pada sosok yang tengah mensejajarkan wajahnya menatap pintu kamar mandi itu. Tak ada suara sedikitpun dari makhluk ghaib itu.
“Ampun, ampuni kami,†seru keduanya terus-menerus.
Ceklek
Pintu itu kemudian terbuka dan keduanya berhasil lari pergi meninggalkan Genderuwo itu sendirian. Sesekali mereka melihat ke tempat itu lagi, sosok itu masih di sana menatap mereka dengan mata merahnya. Tak bergerak dan terus mengawasi Shinta dan Biyah.
Sejak hari itu keduanya tak pernah mau mengerjakan tugas kuliah hingga maghrib tiba. Kisah itu kemudian mereka ceritakan kepada orang-orang di Fakultas Hukum UNS dan menjadi cerita para makhluk ghaib yang jahil di tempat itu.
Cerita Makhluk Ghaib Usil di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Hmm, Sobat Zona pernah bernasib sama dengan Shinta dan Biyah belum? Sharing sama Sans, yuk! Oh, iya kira-kira kampus mana lagi nih yang harus Sans kunjungi untumenceritakan kisah-kisah horor selanjutnya? Tulis di kolom komentar ya.
Baca Juga: Kisah Nyah Rewel Penunggu Arga Budaya UNS
Komentar
0