zonamahasiswa.id - Bullying dan perpeloncoan kembali terjadi di Universitas Sriwijaya (Unsri). Hal ini diceritakan oleh korban melalui media sosial, ia pun mengungkap sederet faktanya.
Dalam unggahannya, ia menyebut aksi bullying dan perpeloncoan tersebut terjadi saat dirinya duduk di bangku kuliah tahun ke dua. Mengutip Suara, korban membenarkan aksi tersebut yang mengatasnamakan ikatan daerah atau mahasiswa Batak.
Baca Juga: Fakta Anak Ridwan Kamil Hilang di Aare: Mahasiswa ITB hingga Ingin Tempuh S2 di Swiss
Kisah Korban Bullying di Unsri
Korban mengungkap bahwa mahasiswa Batak kerap melakukan perpeloncoan dan bullying di lingkungan kosannya. Hal ini pun sudah terjadi sejak lama, namun para korban tidak berani mengungkap aksi tersebut.
Lebih lanjut, praktik perundungan itu dilakukan oleh perkumpulan mahasiswa asal Sumatera Utara dan bukan organisasi dari kampus.
"Mulanya mereka (perkumpulan mahasiswa Batak) mencari biodata mahasiswa baru yang memiliki marga yang dinyatakan lulus di Unsri. Kemudian mereka mencari sosial medianya untuk berkomunikasi," tutur korban.
Ia menjelaskan mahasiswa baru akan ditawari jasa penjemputan hingga dicarikan tempat kos yang dekat dengan kampus. Namun, tawaran menggiurkan tersebut ternyata hanya tipuan semata.
"Tentunya penawaran sangat menarik. Mulai dari penjemputan di Palembang hingga ke kos, dicarikan di dekat Unsri dengan harga murah dan siap membantu administrasi mahasiswa baru tersebut. Seketika semuanya menggiurkan, mungkin bagi kita mahasiswa baru akan merasa tersanjung dan mau bergabung," katanya.
"Mahasiswa baru yang sudah bergabung akan terus dikumpulkan hingga subuh yang disertai pukulan dan perundungan. Selain dampak fisik dan mental, hal tersebut juga berdampak pada akademik mereka yang tidak masuk kuliah karena ketiduran akibat kegiatan tersebut," lanjutnya.
Korban menceritakan bahwa setelah bergabung di perkumpulan mahasiswa Batak Hukum, ia dihujani dengan tamparan selama lebih dari setengah jam. Mengenai ini, dirinya sudah mengadukan kepada senior namun nihil tak ada yang berani mengutarakan ke publik.
"Saya mencoba membuat organisasi mahasiswa Batak di Unsri agar dapat legal di internal kampus seperti kedaerahan lainnya yang sudah lengkap dengan AD/ART, GBHO, dan panji-panji organisasi lainnya. Nyatanya kami mendapat penolakan dari golongan mereka karena mereka takut," ucapnya.
Berdasarkan hal ini, korban berharap agar cerita ini tersebar luas dan para mahasiswa baru nantinya akan bisa menghindari aksi perundungan tersebut.
"Saya harap cerita ini cepat tersebut agar mahasiswa baru angkatan 2022 atau angkatan 2020 dan 2021 yang belum pernah ke kampus bisa menghindarinya. Perlu diketahui bahwa mahasiswa Batak bukan hanya berasal dari perkumpulan itu saja," sambungnya.
"Masih banyak mahasiswa Batak lain yang tak tergabung namun berperan aktif dalam membanggakan nama baik Unsri. Cerita ini untuk menyadarkan mahasiswa, mahasiswa baru, maupun calon mahasiswa suku Batak agar tidak bergabung dengan perkumpulan seperti itu," tutupnya.
Lantas, korban berharap agar pihak berwenang segera mengusut kasus tersebut. Sebelumnya, korban membeberkan pernah melaporkan kasus itu kepada pihak kampus namun sifatnya hanya preventif atau pencegahan.
Terakhir, pada Suara ia menuturkan semenjak menceritakan perihal perundungan dan perpeloncoan ini di media sosial, dirinya mendapat ancaman dari akun fake maupun orang yang diketahuinya.
Cerita Mahasiswa, Korban Praktik Bullying dan Perpeloncoan di Unsri Masih Kerap Terjadi
Itulah ulasan mengenai kisah mahasiswa yang menjadi korban praktik bullying dan perpeloncoan di lingkungan Universitas Sriwijaya (Unsri).
Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.
Baca Juga: 2 Hakim Terjerat Narkoba, Simpan Barang Bukti di Pengadilan
Komentar
0