Berita

Cegah Kecurangan Pelajar! Turnitin Kini Merilis Teknologi AI untuk Deteksi Tulisan Hasil ChatGPT

Alif Laili Munazila 10 April 2023 | 12:18:47

Zona Mahasiswa - ChatGPT sedang berada di puncak popularitasnya di seluruh dunia terutama di dunia pendidikan karena kemampuannya yang luar biasa dalam  menjawab pertanyaan apapun yang diajukan. Tapi kini, keberadaan ChatGPT terancam dengan adanya teknologi AI baru dari Turnitin yang tujuannya untuk mencegah kecurangan di kalangan pelajar.

Baca juga: Judul Skripsi Mahasiswa ini Anti Mainstream “Threesome dalam Poligami”, Akhirnya Lulus Predikat Cumlaude

Rilis Teknologi AI Baru

ChatGPT meraih popularitas puncaknya di seluruh dunia karena kemampuannya dalam menjawab berbagai pertanyaan. ChatGPT sendiri merupakan sebuah kecerdasan buatan yang dikembangkan untuk bisa menjawab segala pertanyaan dalam bentuk format percakapan.

Ketikkan pertanyaan apapun yang ingin kamu tanyakan, maka ChatGPT bisa memberikanmu jawaban dalam waktu singkat. Praktis, kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI) satu ini lantas jadi primadona terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa.

Namun karena kemudahannya dalam mengerjakan tugas yang diajukan pelajar atau mahasiswa, akhirnya ChatGPT sering disalahgunakan oleh para pelajar dalam mengerjakan tugas mereka. Akhirnya, anak-anak jadi malas dalam mengerjakan tugas dan lebih memilih langsung menanyakannya di ChatGPT.

Atas dampak negatif yang ditimbulkan ChatGPT ini, Turnitin sebagai penyedia layanan integritas akademik akhirnya membuat teknologi AI baru sebagai tandingan ChatGPT. Tujuan mereka, teknologi itu bisa untuk mendeteksi tulisan yang dihasilkan dari ChatGPT yang ditemukan di tugas para pelajar.

Teknologi AI baru Turnitin ini akan mampu mengidentifikasikan tulisan yang dihasilkan dari perangkat berbasis AI, salah satunya seperti ChatGPT ini. Pihak Turnitin bahkan mengklaim jika teknologi AI baru mereka ini mampu mendeteksi keaslian sebuah karya hingga 98 persen, sehingga sangat membantu kalangan akademik terutama guru untuk menganalisis keaslian karya pelajar.

Adalah Chris Caren, CEO Turnitin yang membenarkan kabar mengenai teknologi baru buatan perusahaannya itu. Chris mengungkapkan jika para tenaga pengajar resah dengan adanya ChatGPT dan prioritas utama mereka adalah mampu mendeteksi tulisan hasil AI ini.

"Mereka harus dapat mendeteksi AI dengan kepastian yang sangat tinggi untuk menilai keaslian karya siswa dan menentukan cara terbaik untuk langkah penanganannya," tutur Chris.

Diketahui, Turnitin mulai menggarap proyek teknologi AI rival ChatGPT ini sejak dua tahun sebelum ChatGPT resmi rilis. Awalnya, mereka menggarap teknologi untuk mendeteksi GPT-3, sebuah teknologi dasar yang jadi cikal bakal banyak aplikasi penulisan berbasis kecerdasan buatan.

Perusahaan Turnitin sendiri mengungkapkan jika kini para tenaga pengajar tak perlu susah-susah untuk menggunakan fitur baru ini. Bahkan kini, Turnitin mencatat sudah ada 10.700 lembaga pendidikan dengan lebih dari 2,1 juta pengajar yang akan memiliki akses menggunakan teknologi AI baru untuk mencegah kecurangan pelajar ini.

Teknologi baru Turnitin ini sendiri memiliki cara kerjanya tersendiri. Detektor kecerdasan buatan milik Turnitin ini akan menganalisis dan mengevaluasi berapa banyak kalimat dalam tulisan milik pelajar, yang mana tulian tersebut bisa saja dihasilkan oleh kecerdasan buatan seperti ChatGPT.

Teknologi baru pendeteksi ChatGPT ini akhirnya viral di media sosial dan banyak dikomentari oleh publik. Beberapa ada yang mengkhawatirkan mengenai teknologi baru tandingan ChatGPT ini yang mungkin bisa salah deteksi meskipun pelajar sudah menuliskan sendiri tugasnya.

Dampak Buruk ChatGPT

Meskipun ChatGPT mendapatkan popularitas di seluruh kalangan terutama di kalangan pelajar, penggunaan teknologi AI ini tetap harus dibatasi demi kebaikan bersama. Para pelajar dikhawatirkan akan melakukan tindak curang dalam mengerjakan tugasnya karena terbiasa menggunakan ChatGPT.

Ketua Dewan Guru Besar Universitas Indonesia (DGB UI), Prof. Harkristuti Harkrisnowo mengungkapkan jika tujuan penciptaan AI sebenarnya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Hal ini dikarenakan AI memiliki kekuatan transformasi yang luar biasa jika diaplikasikan di berbagai aspek kehidupan manusia.

Tapi Harkristuti mengungkapkan jika suatu gebrakan inovasi pasti membawa potensi-potensi hal negatif di dalamnya, seperti halnya ChatGPT. "Namun seperti halnya hal-hal baru di dunia ini, selain membawa kebaruan dan keuntungan, ternyata AI juga membuka jendela bagi hal-hal yang berpotensi disruptif," tutur Harkristuti.

Dalam bidang pendidikan sendiri, para pelajar dan mahasiswa dapat bertanya soal ujian apapun dari bidang keilmuan apapun. Tak berhenti sampai di situ, ChatGPT juga mampu menyusun karya tulis ilmiah lainnya seperti esai, skripsi dan sebagainya hanya dengan memasukkan kata kunci sederhana.

Tapi ternyata, hadirnya ChatGPT ini memunculkan fenomena paralel atau yang biasa disebut dengan dua sisi mata uang. Ada sisi positif dan ada pula sisi negatifnya.

Terlepas dari sisi positifnya yang mampu memberikan pembelajaran yang luar biasa di dunia pendidikan, ChatGPT memiliki sisi negatif yang akan mengakibatkan beberapa dampak buruk.

Beberapa dampak buruk yang bisa saja terjadi adalah etika para pelajar yang semakin menurun bahkan hingga terbelenggunya sisi kemanusiaan karena sudah tak lagi menggunakan kemampuan berpikirnya dalam menghasilkan karya tulis.

Meskipun ChatGPT memiliki kemampuan untuk menghasilkan karya tulis yang berkualitas, namun ChatGPT masih saja memiliki potensi kesalahan karena dikerjakan oleh mesin.

Beberapa potensi yang nanti akan berdampak buruk hasil dari penggunaan ChatGPT itu dihasilkan dari akurasi hasil pengerjaannya yang tidak 100 persen. Sebab, data-data yang diambil oleh ChatGPT semuanya berasal dari internet dan bisa saja kurang lengkap.

Bahkan dampak terparahnya, ChatGPT berisiko menumpulkan pemikiran kritis kalangan mahasiswa. Hal ini dikarenakan hal yang paling bisa dikembangkan oleh mahasiswa adalah pemikiran kritisnya. Tapi hal itu akan mustahil dilakukan jika penggunaan ChatGPT tidak dibatasi.

Cegah Kecurangan Pelajar! Turnitin Kini Merilis Teknologi AI untuk Deteksi Tulisan Hasil ChatGPT

Itulah ulasan mengenai Turnitin yang kini merilis sebuah teknologi kecerdasan buatan baru untuk mendeteksi tulisan hasil kerjaan dari ChatGPT yang semakin merajalela, hal ini ditujukan untuk memberantas tindak kecurangan di kalangan pelajar.

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.

Baca juga: Begini Jadinya Kalau Pemuda-pemuda Diberi Amanah Mengelola Masjid, Auto Jadi Pusat Peradaban

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150