Berita

Ayah Sakit Stroke, Seorang Bocah SD Terpaksa Berjualan Es Gabus Demi Hidupi Keluarga

Alif Laili Munazila 14 Januari 2023 | 09:48:06

Zona Mahasiswa - Jika sewajarnya kehidupan anak-anak disibukkan dengan kegiatan bersekolah dan bermain, maka hal itu tak berlaku bagi Bintang. Bintang adalah seorang bocah SD yang terpaksa bekerja berjualan es gabus demi hidupi keluarganya pasca sang ayah jatuh sakit.

Baca juga: Kisah Mahasiswi UNY dari Keluarga Miskin yang Perjuangkan Keringanan UKT Hingga Meninggal Dunia

Kedewasaan Bintang dalam Menghadapi Kerasnya Kehidupan

Tri Bintang Pratama Wijaya, begitu nama lengkap bocah yang akrab disapa Bintang ini. Bintang adalah seorang bocah laki-laki biasa yang umumnya kita lihat, masih bersekolah dan suka bermain. Namun, kehidupan aslinya tak seindah yang dibayangkan.

Bintang memang masih duduk di kelas 5 SD, namun ia telah menjadi tulang punggung keluarganya. Sudah setahun ini Bintang bekerja berjualan es gabus selepas pulang sekolah.

Tentu saja ia masih tetap menjalankan kewajiban sekolahnya. Ia baru akan berjualan es gabus selepas pulang sekolah yakni dimulai pukul 12.00 hingga 16.00 WIB. Lokasi favoritnya untuk berjualan ada di Jalan Kedung Cowek, Surabaya atau jalan menuju ke Jembatan Suramadu.

Bintang bekerja demi keluarga bukan tanpa sebab. Sang ayah yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga, jatuh sakit stroke dan tak bisa lagi menghidupi keluarga. Sejak saat itu, sang ibu harus menjaga dan merawat sang ayah.

Dengan hilangnya tulang punggung keluarga, praktis keluarga Bintang tak memiliki pemasukan sama sekali. Keteguhan hatinya membuat Bintang rela bekerja meskipun sang ibu melarangnya.

"Sudah satu tahun ini jualan, saat ayah sudah sakit stroke dan tidak bisa bekerja. Ibu juga harus merawat ayah," ucap Bintang pada Kamis (12/1) lalu.

Pada awalnya, sang ibu terang-terangan menolak inisiatif Bintang untuk bekerja tersebut. Sang ibu tak mengizinkan Bintang lantaran usinya yang masih kanak-kanak.

Namun atas keteguhan hatinya, Bintang akhirnya mampu meyakinkan sang ibu agar bisa berjualan es gabus. Sang ibu mengizinkan dengan syarat jam kerja Bintang tak boleh hingga larut malam.

"Aslinya nggak diperbolehkan, tapi saya maksa sendiri. Akhirnya dibolehkan, tapi nggak boleh sampai malam," terang Bintang.

Setiap harinya, Bintang akan dijatah 100 buah es gabus oleh juragannya di Tanah Merah. Setiap hari dirinya berusaha menghabiskan seluruh dagangannya. Harga perbuah es gabus dari sang juragan yaitu Rp 1.000. Sehingga jika ia bisa menjual habis 100 es gabusnya, maka ia harus setor uang Rp 100.000 kepada juragannya.

Bintang akan menjual es gabusnya seharga Rp 2.000 per buahnya. "Saya jualnya Rp 2.000. Kadang nggak habis, kadang sisa 40," ucap Bintang.

Ia menjelaskan jika tak setiap hari dagangannya ini laku habis. Namun jika tak semuanya habis, sang juragan tidak pernah memarahinya.

Sang juragan tak hanya memberikannya dagangan namun juga meminjaminya fasilitas untuk berjualan. Bintang dipinjami tempas es gabus, payung, hingga sepeda untuk operasionalnya berjualan.

Dalam seharinya, Bintang bisa membawa pulang uang kepada ibunya senilai Rp 50.000 - Rp 100.000. Ia memberikan sebagian besar penghasilannya tersebut kepada ibunya.

Uang tersebut lantas digunakan sang ibu untuk membayar kos tempat tinggal mereka di Jalan Kedinding Tengah No 16, keperluan belanja, hingga membayar uang sekolahnya. Bintang sendiri selalu menyisakan uang senilai Rp 2.000 yang selalu ia tabung.

Namun sayang, pergantian akhir tahun lalu menjadi momen terberat bagi Bintang dan sang ibu. Sang ayah, meninggal dunia tepat pada tanggal 31 Desember 2022. Harapan keluarganya akhirnya pergi selamanya.

Sejak sang ayah meninggal, Bintang praktis menjadi tulang punggung keluarga secara resmi. Anak terakhir dari 3 bersaudara itu membulatkan tekadnya untuk tetap berjualan es gabus sepulang sekolah.

Sang ibu kembali melarang niat keras Bintang. Namun Bintang begitu teguh dan menyadari susahnya kondisi finansial keluarganya.

"Buat bantu ibu juga di rumah. Nggak dipaksa kerja juga. Kemauan sendiri," ucap Bintang.

Bintang Sempat Putus Sekolah Karena Pandemi

Pahitnya kehidupan Bintang nyatanya tak berhenti sampai di situ. Siswa kelas 5 SD Benteng Surabaya itu ternyata pernah putus sekolah selama 2 tahun. Hal itu dikarenakan pandemi COVID-19 yang menyerang dunia dan menyebabkan kegiatan pembelajaran harus terhenti.

Keluarga Bintang saja sudah kesusahan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Ketika pandemi menyerang, kegiatan pembelajaran dialihkan ke mode daring. Bintang yang tak memiliki ponsel, akhirnya terpaksa putus sekolah selama 2 tahun.

Karena ia putus sekolah selama 2 tahun, Bintang seharusnya sudah duduk di bangku SMP saat ini. Ia baru bisa melanjutkan sekolah baru-baru ini ketika pemerintah telah mengumumkan kebijakan offline pasca pandemi mulai bisa terkontrol.

"Harusnya SMP tapi masuknya telat. Dulu kelas 5 nggak ada HP waktu pas corona, jadinya putus sekolah. Sekolah lagi pas udah offline," ucap Bintang polos pada Selasa (10/1) lalu.

Ayah Sakit Stroke, Seorang Bocah SD Terpaksa Berjualan Es Gabus Demi Hidupi Keluarga

Itulah ulasan mengenai kisah Bintang, seorang bocah SD yang terpaksa bekerja berjualan es gabus demi menghidupi keluarganya setelah sang ayah jatuh sakit keras.

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.

Baca juga: Perjuangan Adia, Bersekolah Sambil Jual Sayur Keliling Demi Mengejar Cita-Cita

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150