Opini

Apa Salahnya Sih Menjadi Mahasiswa Kupu-Kupu? Toh, Tujuannya Juga Menuntut Ilmu

Tiffany Maulany Putri 17 Desember 2020 | 17:20:31

zonamahasiswa.id – Resahnya jadi mahasiswa kupu-kupu. Yang katanya hanya kuliah-pulang kuliah pulang saja kerjaannya, tanpa berorganisasi. Tanpa ngopi dan nongkrong-nongkrong membahas filsafat, kehidupan, ideologi, pandangan masa depan, atau apalah itu.

Toh, juga tujuannya satu. Sama-sama mau menuntut ilmu. Hanya saja jalannya yang bebeda. Kalau kupu-kupu lewat kelas dan kamar kosan, kalau kura-kura lewat rapat, rapat, dan ngopi di tongkrongan.

Baca Juga: Dosen yang Terlambat Masuk Kelas Dibiarkan, Kenapa Kalau Mahasiswa yang Telat Disuruh Tutup Pintu dari Luar?

Mari Berkenalan dengan Mahasiswa Kupu-Kupu

(foto: https://www.hipwee.com/)

Istilah mahasiswa kupu-kupu tersemat pada diri mahasiswa yang singkatnya memilih tidak mengikuti kegiatan apapun di luar perkuliahan. Kerjaannya hanya mengikuti perkuliahan yang sudah terjadwal sedemikian rupa, setelah semua kelas berakhir langsung pulang ke rumah atau kosan, mengerjakan tugas kuliah begitu malam tiba, dan besoknya melakukan hal yang sama lagi.

Kehidupan si kupu-kupu terbilang biasa-biasa saja. Baik dalam kelas atau kampus maupun di kosan kalau ada yang minta bantuannya, ia dengan senang hati membantu. Ada yang ingin mengajaknya pergi pun ayo-ayo saja. Ada pula yang mengajaknya untuk belajar kelompok bersama. Selama itu bermanfaat bagi dirinya, ia tidak akan menutup diri dari yang lainnya.

Dengan kegiatan yang cenderung biasa-biasa saja itu, kupu-kupu mengaku dirinya memang bukan tipikal mahasiswa yang suka dengan organisasi. Tujuannya kuliah ya memang untuk menuntut ilmu, bukan untuk hal-hal yang lainnya. Wong orang tuanya bayar UKT setiap semester ya untuk anaknya berkuliah, untuk menuntut ilmu yang mencerdaskan anaknya kelak.

Lagipula, dengan tugas perkuliahan yang makin naik semester juga akan semakin menggunung, ia harus memanfaatkan waktu yang ada untuk menyeimbangkan waktu istirahat, mengerjakan tugas, dan kegiatan lainnya. Ia merasa belum perlu mengganggu kehidupan perkuliahannya dengan hal-hal yang dapat mengganggu pengaturan waktu dalam kesehariannya.

Tugas kuliah dan aktifitasnya di kelas pun aman-aman saja. Tidak ada hambatan, nilai selalu bagus. Nilai tugas individu maupun kelompok pun selalu aman. Absen kelas apa lagi. Kalau tidak ada halangan, mereka mengusahakan selalu hadir dan belajar dengan giat memperhatikan dosen yang menerangkan materi.

Baca Juga: Mahasiswa Aktivis Hanya Ingin Narsis Di Hadapan Mahasiswa Baru! Apakah Benar Seperti

Mengenal Mahasiswa Kura-Kura

foto: https://www.kilaspemuda.com/)

Sedikit Mimin beri gambaran tipe mahasiswa kura-kura alias kuliah-rapat kuliah-rapat. Dalam sehari, mereka sudah terbiasa dengan rapat hingga berjam-jam lamanya dengan kegiatan-kegiatan yang terbilang cukup padat. Belum lagi ditambah dengan tugas perkuliahan yang tak kalah banyaknya.

Kehidupannya dipenuhi dengan hal-hal yang produktif dan bermanfaat. Bahasan dalam organisasi tak sembarang hanya bergosip, lalu pulang. Para organisatoris memiliki rancangan yang matang bagaimana memperjuangkan hak-hak dan martabat masyarakat. Orang-orang seperti ini sering kita temui saat Indonesia sedang ramai berdemo. Nah, yang biasanya turun ke jalan ya mereka-mereka ini.

Mereka juga yang biasanya berkumpul di warung kopi untuk membahas mengenai banyak hal, tapi biasanya membahas filsafat dan kehidupan, serta betapa haramnya kehidupan mahasiswa jika tidak membarenginya dengan pelajaran di luar kampus (baca: organisasi dan diskusi di warung kopi).

Bahkan, saking seringnya nongkrong sambil ngopi+rokok, sebagian dari mereka merelakan bangku kelas menjadi tempat tidur kedua, karena katanya pelajaran di warung kopi dan organisasi lebih ‘kaya’ ketimbang hanya duduk saja menerima materi dalam kelas. Jadinya sah-sah saja ngopi sampai subuh yang mengakibatkan rasa ngantuk yang tak tertahankan ketika masuk kelas.

Belum lagi kalau ada panggilan mendadak dari organisasi. Kelas pun sering mereka tinggalkan saking sibuknya. Aman pokoknya perkara tugas, yang penting tugas individu dan kelompok dikerjakan oleh anggota yang lain sih biasanya. Absen juga kalau bolong-bolong tidak apa-apa. Masih ada semester depan kok, yang penting organisasi dulu deh, biar lulus nanti CV nya penuh dengan pengalaman organisasi.

Baca Juga: Mahasiswa Yang Pakai Kacamata Bukan Karena Mata Minus Itu Tujuannya Buat Apa Ya?

Masalahnya Adalah: Apa Salahnya dengan Menjadi Kupu-Kupu?

(foto: https://news.okezone.com/)

Bagaimana? Sudah nampak berbeda keduanya? Mari kita uraikan permasalahannya.

Agaknya, mahasiswa kura-kura ini merasa tingkatan kehidupannya sudah setingkat lebih dewa daripada mahasiswa kupu-kupu. Pasalnya, kelakuan mereka kadang menjengkelkan dan bikin risih yang tertuju pada si kupu-kupu. Apa lagi ucapan-ucapan yang langsung men-judge seperti ini.

“Kamu kuliah itu dapet apa? Nggak ada gunanya kalau nggak berorganisasi”

 â€œRugi lho kamu tidak ikut ngopi. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari diskusi di warung kopi”

 â€œIjazah dan IPK mu nanti nggak berguna, susah dapet kerja kalau tidak melatih soft skill dan hard skill. Nanti miskin pengalaman kamu hidupnya”.

Begini ya, memangnya ada apa sih dengan pilihan untuk tidak menyibukkan diri dengan rapat dan segala sesuatunya? Memangnya ada apa dengan pilihan lebih menyayangi paru-paru dengan tidak ikut ngopi ketika diskusi di warung kopi? Apa salahnya jika tidak mau mengembangkan soft skill dan hard skill-nya di organisasi?

Dan juga yang paling penting: apa salahnya jika ia memilih kehidupan menjadi seorang kupu-kupu?

Mungkin para kura-kura ini lupa jika masing-masing pilihan dalam hidup itu memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Bukankah tidak usah mencela dan membiarkan orang lain hidup dengan pilihannya lebih baik daripada harus mengatai orang lain ‘tidak berguna’?

Menjadi mahasiswa kupu-kupu lantas tidak membatasi diri untuk berkembang juga. Memangnya cuma di organisasi saja yang bisa membawa perkembangan bagi mahasiswa? Bisa jadi ia belum menemukan manfaat bagi dirinya sendiri atau mungkin takut kehadirannya di organisasi malah merugikan orang lain. Maka dari itu, ia lebih memilih untuk mengembangkan soft skill maupun hard skill dari kegiatan lainnya.

Siapa tahu diam-diam si kupu-kupu mengikuti kursus bahasa Inggris untuk persiapan beasiswa S2. Atau kegiatannya sambil ia selingi dengan bekerja paruh waktu. Bisa jadi, ia diam-diam mengikuti kelas-kelas pelatihan keterampilan yang lebih berguna untuk masa depannya.

Maka tidak ada salahnya jika seseorang memutuskan ia akan menjadi mahasiswa kuliah-pulang kuliah pulang saja, dengan segala plus minus yang ia dapatkan dengan kegiatannya.

Sama-Sama Bertujuan Menuntut Ilmu

(foto: https://www.daaruttauhiid.org/)

Baik kupu-kupu dan kura-kura ini memiliki satu tujuan dengan serangkaian kekurangan dan kelebihan mereka, yakni sama-sama bertujuan untuk menuntut ilmu. Hanya saja tempat dan caranya yang berbeda, bukan?

Mahasiswa kupu-kupu dengan caranya belajar dari kelas maupun dengan kegiatan bermanfaat lainnya, begitu juga mahasiswa kura-kura dalam organisasi dan diskusi di warung kopi nya.

Mahasiswa kupu-kupu dengan kelebihannya dalam lebih menguasai kelimuan yang ia fokus pelajari baik dari kelas formal maupun yang lainnya, pun dengan mahasiswa kura-kura dengan ilmu yang ia pelajari dari mengikuti organisasi dengan segudang kegiatan tak kenal lelahnya.

Perkara siapa yang lebih, siapa yang kurang, siapa yang untung, maupun siapa yang rugi, Mimin tidak mau banyak mengulasnya. Perlu kita ingat, pilihan orang memang bermacam-macam, tergantung pada prinsip dan kebutuhan masing-masing individu.

Yang Terpenting Adalah: Tidak Merugikan Orang Lain

(foto: https://seamfix.com/)

Semua pilihan pastinya memiliki konsekuensi positif serta negatif. Bila belum bisa menemukan di mana manfaatnya mengikuti organisasi, mengapa harus memaksa bergabung dalam organisasi?

Ketika kemudian ada yang memutuskan menjadi mahasiswa kupu-kupu, kenapa tidak? Toh, itu tidak buruk selama tidak merugikan orang lain dan merasa lebih ada manfaatnya untuk diri sendiri dan orang lain.

Yang terpenting adalah tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain atas pilihan yang diambil. Jangan kemudian menjadi mahasiswa kupu-kupu, tapi ternyata tidak fokus kuliah, sukanya hura-hura dan tidak memikirkan masa depan. Atau menjadi kura-kura, namun tugas kuliah dan segala hal yang berbau kuliah malah terbengkalai.

Itu mah sama saja. Sudah rugi untuk diri sendiri, orang lain juga ikut merasakan dampaknya. Tidak ada yang siapa yang lebih baik dari siapa kalau begitu.

Apa Salahnya Sih Menjadi Mahasiswa Kupu-Kupu? Toh, Tujuannya Juga Menuntut Ilmu

Sobat zonamahasiswa.id, sudahkan kamu bermanfaat untuk dirimu dan orang lain? Sudahkan kamu menuntut ilmu dengan segala kekurangan dan kelebihanmu, baik sebagai kupu-kupu maupun kura-kura?

Mimin rasa kalian sudah memutuskan masing-masing setiap pilihan dengan mempertimbangkan baik buruknya.

Sekian dulu dari Mimin, jangan lupa aktifkan notifikasi postingan website zonamahasiswa.id untuk pembahasan Zona Beropini lainnya!

Baca Juga: Mahasiswa Cerdas Hanya Ada di Warung Kopi, di Kelas Hanya Numpang Tidur Saja

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150