zonamahasiswa.id - Halo, Sobat Zona. Gimana kabarnya? Semoga baik dan sehat selalu ya. Sans balik lagi nih dengan cerita-cerita horor yang bikin semuanya penasaran. Kali ini Sans akan membawa kalian ke Universitas Islam Bandung (Unisba).
Universitas Islam Bandung atau Unisba merupakan salah satu perguruan tinggi swasta tertua di Indonesia. Perguruan tinggi ini melahirkan para intelektual muslim yang lahir atas gagasan tokoh umat Islam. Dari segi sejarahnya, kabarnya kampud ini dibangun dari bekas tempat bersemayam orang Belanda. Terlepas benar tidaknya kabar tersebut, kampus ini memiliki banyak cerita legendaris tentang penunggunya.
Salah satu yang terkenal adalah noni Belanda yang sering menampakkan diri pada mahasiswa Unisba. Dengan gaun ala Belanda, rambut pirang, dan mata biru membuat sosok satu ini banyak dikenal oleh mahasiswa maupun masyarakat.
Nah, biar Sobat Zona nggak penasaran dengan cerita si cantik noni Belanda penunggu Universitas Islam Bandung (Unisba). Yuk, Sans mulai ceritanya! Sebelum itu jangan lupa untuk matikan lampu dan aktifkan mode horornya supaya lebih seru. Selamat membaca.
Pukul 22.00 malam, suasana kampus kian sepi. Junot masih setia menunggu temannya Gina yang mengikuti rapat organisasi. Meskipun Junot nggak ikut organisasi, tapi ia duduk manis di samping Gina.
Bukan hal baru jika melihat Junot yang selalu menempel dengan Gina, bak kembar siam. Lucunya, mereka berdua pun nggak digosipkan berpacaran melainkan seperti kakak beradik.
Entah kenapa, malam itu terasa sedikit mengusik pikiran Junot. Seperti bakal ada sesuatu yang terjadi pada malam tersebut. Junot pun sebenarnya nggak mengetahui kejadian apa yang bakal terjadi.
Meninggalkan perasaan yang nggak karuan itu, Junot menyimak betul-betuk diskusi antara Gina dengan salah satu anggota organisasi yang terkenal ganteng bernama Rey.
"Kalau menurut gue sih, kalau program itu bener-bener dilaksanakan dengan baik. Percaya deh bakal sukses acara kita," kata Gina.
"Iya sih, tapi Gin masalahnya kita juga kurang dari segi dananya. Mau ngadain pake daun apa bagaimana deh? Ya tau sih kalau bakal sukses, meledak gitu tapi emang kurang tepat menurut gue," sambung Rey.
"Lah soal dana mah gampang Rey, kita bisa ngandelin sponsorship gitu," tegasnya.
Lelah menanggapi sifat Gina yang kaku dan keras, Rey hanya diam dan beralih memandangi gedung yang ada di sana. Sementara Junot memperhatikan gerak-gerik Rey seperti sedang melihat sesuatu.
Karena kepo apa yang dilihat Rey, Junot memutuskan untuk berdiri dan berakting seolah-olah sedang berjalan santai. Sembari mengayunkan tangan, ia melirik pandangan cowok ganteng itu dan ikut memperhatikannya.
"Nih bocah ngeliatin apa sampai segitunya," batin Junot keheranan.
Dari pandangannya, sangat terlihat jika Rey sedang memandangi seseorang di sudut gedung sana. Tapi, saat Junot ikut melirik ke arah sana yang ia temukan hanya kegelapan saja.
Padahal yang dilihat Rey adalah hanya ada bangku kayu kosong dengan penerangan yang sangat minim. Anehnya lagi, Rey melihat bangku itu seolah seperti lihat wanita cantik.
"Rey, lu ngapain? Lu demen sama noh bangku di sana?" tanya Arga, anggota organisasi.
"Yee kagak lah, tadi ada cewek cantik di sana rambutnya pirang kayak bule gitu. Beneran deh demi apa, cantik bat," jelasnya.
"Ngaco lu, gue nggak liat apapun tuh," timpal Junot.
"Mata lu siwer deh, coba periksain dulu," balas Rey.
Nggak menanggapi omongan Rey, Junot justru makin penasaran siapa yang dilihat teman Gina itu. Sementara jam sudah menunjukkan pukul 23.00 malam dan rapat pundibubarkan.
Suasana malam itu sangat sepi, bahkan seperti nggak ada tanda-tanda kehidupan di kampus itu. Padahal Junot sering pulan jam segitu setelah mengerjakan tugas. Tapi kali ini sangat amat berbeda dari biasanya.
Bulu kuduk Junot tiba-tiba merinding, sepintas ia ingat cerita penunggu kampusnya. Meski ia hanya menganggap mitos belaka, namanya penunggu memang selalu ada.
Karena merasa sedikit takut, Junot menghampiri Gina yang masih membereskan barang-barangnya. Lantas ia menceritakan tentang Rey yang kegirangan melihat sisi kegelapan gedung sana.
"Gin, tadi gue liat si Rey kayak senyum gitu anj*r ke gedung sana yang gelap tuh," bisik Junot.
"Hah? Ada cewek kali di sana, makanya dia kegirangan gitu," jelas Gina.
"Suer Gin, gue nggak liat apa-apa di situ. Cuma bangku kosong doang, heran gue dia liat apaan," terangnya.
"Lu salah kali, bentukan ganteng kek gitu mah nggak mungkin aneh-aneh," sambung Gina.
Junot hanya diam memikirkan omongan Gina. Menurutnya, omongan Gina yang ngasal ceplos itu masuk akan juga.
Kemudian, ia pun memutuskan nggak memikirkan tentang apa yangdilihat Rey. Junot dan Gina berjalan berdampingan menuju parkiran mengambil motor.
Sementara mahasiswa lain yang tadi ikut organisasi, sudah berpamitan duluan dan hanya tinggal Junot serta Gina ditemani dengan dinginnya malam.
Dikeheningan itu, mereka berdua hanya diam. Gina memakai headset, sedangkan Junot masih melihat ke arah sudut gedung tadi. Perlahan, makin dekat mereka dengan tempat bangku kosong itu.
Lalu..
Sret
"ASTAGFIRULLAHH kaget gue!" teriak Junot.
"Apaan woii, ngangetin lu astaga," gerutu Gina.
"Ii-itu tadi ada yang lewat di situ tuh," katanya.
Dengan wajah yang masam, Gina berjalan selangkah lebih cepat dari Junot dan memastikannya.
Deg!
Meong.. meong..
"Hahahahaa, tuh liat kucing doang Jun," canda Gina.
Wajah Junot yang terlanjur putih memucat hanya diam nggak berkutik. Ia memandangi kucing itu dan berjongkok dengan ekspresi lesu.
Sedangkan Gina hanya tertawa melihat temannya itu. Junot yang jengkel melihat Gina, berdiri dan meninggalkan Gina. Nggak lama kemudian, ia menoleh ke arah Gina dan mengejeknya.
Ia berjalan dengan mundur ke belakang dan...
Brukk
"Iseng banget! Siapa sih yang nabrak gue?" tanya Junot dengan kesal.
"Jun... Jangan kaget ya," bisik Gina dengan pelan.
Setelah Junot yang memucat, kini giliran temannya yang nggak kalah pucat. Gina bergetar hebat dengan mulutnya yang menganga, ia begitu pucat seperti habis melihat hantu.
"Heh, lu kenapa? Bantuin gue berdiri kek," rengek Junot.
Gina masih tetap dengan posisinya, Junot yang heran dengan ekspresi temannya itu perlahan menoleh ke belakang. Perasaannya sangat nggak karuan, bulu kuduknya pun mulai berdiri lagi.
Set..
LARI!!!
Teriakan Junot langsung direspon dengan Gina yang berlari terbirit-birit. Junot yang dibelakangnya menyusul Gina, namun dia sempat menoleh kembali dan..
AAKKKHHHHH
Junot jatuh, rasanya ia nggak kuat berdiri. Ia menatap seseorang yang menabraknya, ternyata sosok penunggu yang selama ini dibicarakan mahasiswa Unisba.
Sosok noni Belanda yang cantik rupawan, bermata biru berambut pirang. Persis seperti yang dibilang Rey tadi, cewek berambut pirang.
Ia hampir pingsan ketika sosok itu tersenyum lebar ke arahnya. Beruntungnya, Gina menyadari bahwa temannya itu masih tertinggal di belakangnya.
"Jun buruan lari!" ajak Gina segera menarik lengan Junot.
Junot hanya menurut dan berlari beriringan dengan temannya. Tapi tanpa disadari, noni Belanda itu terus menatap mereka dari kejauhan. Ia tersenyum jahil mirip menyeramkan.
Nggak lama kemudian, sosok itu menghilang. Sejak itu, pengalaman nggak terlupakan dari Junot dan Gina menyebar luas di kalangan mahasiswa. Bahkan ternyata cerita legendaris tentang noni Belanda itu telah banyak diketahui orang awam.
Si Cantik Noni Belanda Penunggu Unisba
Hmm, entah ada yang percaya atau nggak dengan cerita di atas. Bagaimana menurut Sobat Zona, ada yang punya kisah sama seperti Junot? Kalau ada, yuk sharing sama Sans. Oh iya menurut Sobat Zona, kampus mana lagi nih yang harus Sans kunjungi untuk menceritakan kisah horor selanjutnya? Tulis di kolom komentar ya.
Baca Juga: Ngeri! Suara Gong di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra UPI
Komentar
0