zonamahasiswa.id - Halo, Sobat Zona. Gimana kabarnya hari ini? Semoga baik dan sehat selalu ya. Sans balik lagi nih dengan cerita-cerita horor yang bikin kalian penasaran. Kalian ini Sans akan membawa kalian ke STIKOM Surabaya.
Perguruan tinggi yang terletak di Surabaya ini, dulunya bernama Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya. Untuk saat ini, kampus tersebut telah berganti nama menjadi Universitas Dinamika. Kampus ini mempunyai banyak kisah menarik tentang dinamika perkuliahan hingga terselip cerita mistis yang turut mewarnai kehidupan mahasiswanya. Salah satunya adalah hantu nenek tua berwajah hancur yang cukup terkenal di kampus tersebut.
Nah, biar Sobat Zona nggak penasaran dengan cerita penampakan hantu nenek tua berwajah hancur di STIKOM Surabaya. Yuk, Sans mulai ceritanya. Eh, sebelum itu jangan lupa untuk matikan lampu dan aktifkan mode horornya supaya lebih seru! Selamat membaca.
Selama kuliah di kampus ini, Egi nggak pernah menemukan kejadian aneh ataupun hal-hal mistis sekalipun. Sampai dirinya menginjak semester 5, kejadian mistis mulai terjadi satu per satu dalam kehidupannya.
Kala itu, hari pertama Egi menginjakkan kakinya setelah liburan semester. Senyum Egi mengembang setelah sekian lama nggak ketemu sohibnya Andi.
"Woy! tambah ganteng ae rek," canda Egi.
Andi hanya melirik temannya itu, lalu lanjut berjalan seraya memegang ponselnya. Sementara Egi berdecak kesal lantaran guyonannya nggak direspon sama temannya itu.
Hari pertama Egi dipenuhi dengan kesibukan perkuliahan. Apalagi, ia harus mengikuti tiga kelas sekaligus dalam sehari penuh.
"Gend*ng, sek hari pertama kuliah wes sak mene akeh e," gerutunya.
Pukul 11.00 WIB, kelas pertama Egi mulai dilaksanakan. Awalnya, ia maupun Andi antusias mengikuti perkuliahan tersebut. Namun, menuju kelas selanjutnya, kedua dan ketiga semangat mereka mulai menurun.
Setelah mengikuti kelas pertama yang membosankan, Egi pergi ke kantin mengisi perutnya yang sudah keroncongan mulai tadi pagi. Di sana, ia bertemu dengan teman lintas jurusannya.
Mereka asyik membicarakan urband legend di kampus tersebut. Banyak rumor beredar tentang beberapa tempat yang katanya ada penunggunya.
Ada yang menyebut hantu pengintip, pocong parkiran, hingga hantu mandi. Tapi yang paling terkenal yaitu hantu nenek tua yang selalu berkeliaran di salah satu ruangan kampus tersebut.
Egi memang pernah mendengar cerita tentang penunggu nenek tua yang katanya ada di lab komputer. Yah, sudah cerita lama sih tentang asisten dosen alias asdos yang melihat penampakan menyeramkan itu.
Mengingat cerita itu membuat bulu kuduk Egi merinding seketika. Apalagi, kelas ketiganya nanti ia akan berada di ruangan tersebut.
"Engkok pokok kudu moleh cepet, mari kuliah ndek kono," batinnya seraya menyantap semangkok bakso.
TING
Layar ponselnya menyala pertanda ada pesan masuk dan ternyata itu grup kelasnya. Mereka ramai membicarakan dosen siapa yang akan mengisi mata kuliah nanti malam.
"Rek, kiro-kiro mata kuliah iki dosen e sopo ya?" tulis salah seorang temannya.
"Yowes deloken ngkok ilo, kok iso repot-repot mikir," jawab yang lainnya.
Membaca sekilas percakapan itu, membuat Egi makin bosan berada di kampus. Belum lagi, rumor dosen yang mengisi mata kuliah nanti adalah dosen yang nggak disukainya.
Huft!
Tangannya menyangga dagu sembari melayangkan pandangan yang entah tertuju ke mana. Ternyata, sorot mata Egi tertuju pada sebuah ruangan yang ada di ujung sana.
Ruangan tersebut adalah lab komputer yang katanya ada hantu nenek tua itu. Terlepas benar tidaknya, pikiran Egi sedikit terusik dengan cerita tersebut. Apalagi, ia sedikit sensitif dengan hal-hal yang berbau mistis.
Ya meskipun nggak bisa melihat seratus persen, tapi ia bisa merasakan kehadiran sosok-sosok supranatural yang ada di sekitarnya.
"Haduuh kok nggak enak ngene perasaanku," gumamnya.
TING
Ponsel Egi kembali mendapat pesan grup dari teman sekelasnya. Ketua kelas memberitahukan bahwa kelas terakhir akan dilaksanakan pukul 19.00 nanti.
Setelah ia membaca pesan singkat itu, dia semakin was-was dengan pikiran yang bermacam-macam. Tapi, Egi berusaha untuk nggak memikirkan hal yang belum kejadian. Ya jangan sampai terjadi lah ya pokoknya!
Usai mengisi perut, Egi menuju kelas selanjutnya yang tempatnya nggak jauh beda dengan lab berhantu itu. Mungkin jaraknya hanya sekitar tiga ruangan saja.
Sekilas ia melirik ke ruangan itu, seperti ada sesuatu yang menariknya ke sana tapi ia nggak bisa melihat apapun.
"Astaga, sek awan ngene wes ono setan ae," batin Egi.
Egi yang berdiri diam di depan pintu ruangan, tiba-tiba dikagetkan dengan suara Andi yang entah muncul dari mana.
"Lapo ndek kene, ayo melbu kelas," kata Andi seraya menepuk bahu Egi.
"Anj"r kaget aku. Hmm, iyo," balas Egi.
Menghiraukan tentang misteri hantu nenek tua yang ada di ruangan tersebut. Egi kembali fokus mengikuti perkuliahannya. Ia memperhatikan setiap omongan dosen hingga kelas berakhir.
Sekitar pukul 18.30, Egi sudah keluar kelas dan akan menuju ruangan selanjutnya. Meskipun masih tersisa waktu kurang lebih setengah jam sebelum kelas, Egi ingin memastikan bahwa di tempat itu aman dan nggak ada hantu apapun.
Dengan santai, ia berjalan sendirian menuju ruangan tersebut. Temannya yang lain memilih untuk sholat dan makan terlebih dahulu sebelum mengikuti kelas selanjutnya.
Sementara itu, langkah Egi makin mendekat ke ruangan yang katanya berhantu. Ruangan itu masih tertutup, belum ada satu pun mahasiswa yang masuk ke sana.
Tepat di depan pintu ruangan, hawa misterius mulai terasa. Egi bisa merasakan energi aneh dari penunggu yang ada di sana.
"Hmm, kayak e bener ndek kene ono penunggune," batin Egi.
Tangannya sedikit ragu ketika akan membuka pintu ruangan itu. Namun perlahan, ia mengulurkan tangannya untuk membuka pintu.
KRIET..
Suara pintu yang terdengar sedikit menakutkan berhasil membuat kaget Egi. Dilihatnya, dalam ruangan itu masih gelap gulita nggak ada satu pun mahasiswa di sana.
"Wes jam piro iki, kok arek-arek nggak ono sing melbu kelas hmm," ucapnya seraya merogoh ponsel yang ada di kantongnya.
"Hadeh hp mati maneh, nggak gowo charger. Apes -apes," gerutu Egi.
Setelah mengecek ponselnya yang mati itu, Egi pun memasukkan kembali ke dalam tasnya. Karena merasa bosan, ia menyanyi sepenggal lagu andalannya.
Aku rindu setengah mati kepadamu
Sungguh 'ku ingin kau tahu
Aku rindu setengah mati~
SREK!
Ia kaget dengan suara kursi yang tiba-tiba bergeser. Lantas, dirinya pun segera bangkit dari tempat duduk dan mengecek keadaan sekitarnya.
Nihil, itu jawaban yang terlintas dibenak Egi. Yang ada hanya beberapa komputer dan kursi yang masih tertata rapi seperti awal ia masuk ke ruangan ini.
Egi memainkan jari-jarinya sembari melirik kondisi ruangan tersebut. Di ruangan yang sangat sepi itu, Egi memutuskan untuk menyanyi dengan suara lantang agar dirinya nggak takut jika penunggu di sana mengganggunya.
Entah angin dari mana, tiba-tiba hembusan angin menerpa Egi. Padahal, sebelumnya nggak ada angin sama sekali. Egi yang merasa semakin aneh dengan keadaan di sana, rasanya ingin segera meninggalkan ruangan itu.
Tapi, ia ingat bahwa dirinya masih ada kelas di ruangan tersebut. Jam sudah menunjukkan pukul 19.30 lewat, nggak ada tanda-tanda mahasiswa lain pun yang memasuki ruangan itu.
"Waduh! Arek-arek kok durung teko yo, wes jam nyamene padahal," gumamnya.
Egi kembali melirik suasana sekitarnya, seperti ada orang yang melototinya di belakangnya. Ia ingin menoleh memastikan siapa yang berdiri tepat di sana, tapi Egi takut.
Deg!
Hawa dingin mulai menyergap bagian belakang tubuh Egi. Detak jantungnya mulai nggak karuan, rasanya ingin menjerit namun seperti ada yang tertahan di tenggorokan.
Dalam batin Egi, ia mengucap ayat-ayat suci yang diketahuinya. Perlahan ia memberanikan diri menoleh ke belakang.
"Satu dua tiga, bismillah," gumamnya.
SRET..
Lagi, nggak ada siapapun di sana hanya ia seorang. Egi merasa sedikit lega, ia pun ingin duduk seraya menunggu teman-temannya yang lain.
Tiba-tiba saja..
GEDEBUG!
"Aduh! Sopo maneh sing deleh kursi ndek kene, nyandungi uwong ae," gerutunya.
Egi yang tersandung kembali bangun, lalu melirik di depan sana seperti ada seseorang yang berdiri.
"Rek bantu aku ngadek please," pinta Egi yang masih terduduk di lantai.
Ia masih bergulat dengan tali sepatunya. Karena penasaran, Egi segera mendongak ke atas melihat siapa yang berdiri di sana dan nggak mau menolong dirinya.
Ternyata...
AAAKHHHHH ASTAGFIRULLAH!!
Egi teriak ketakutan, dengan kaki terseok-seok ia segera lari meninggalkan ruangan. Tapi ia mendengar suara lirih seorang nenek-nenek.
Entah apa yang diucapkan nenek itu, yang jelas suara itu membuat Egi kembali menoleh ke arah seseorang yang berdiri di sana.
Sekujur tubuh Egi gemetar melihat sosok urban legend di kampus ini. Nenek tua dengan wajah hancur hampir seperti tak punya wajah itu, ada di depan mata Egi. Kakinya terasa kaku hingga sulit digerakkan, ia melihat nenek yang memakai pakaian serba putih itu tersenyum ke arahnya.
Senyum khas nenek-nenek yang melebar hingga ke kuping. Bahkan satu matanya hampir copot. Egi yang masih melihat sosok hantu nenek itu nggak bisa berkutik lagi. Ia ingin teriak namun nggak bisa.
Perlahan hantu nenek itu mendekati dirinya, hingga akhirnya...
EGI!
AAKKKHHHHH!!!!
Seru Andi dari pintu masuk, Egi yang melihat temannya berada di ambang pintu langsung berlari dan menyeret temannya keluar dari ruangan tersebut.
Saat meninggalkan ruangan itu, Egi dicecar sejumlah pertanyaan dari Andi. Ia heran kenapa temannya menyeret dirinya secara tiba-tiba. Namun, Egi nggak menjawab dan makin melanjutkan langkah kakinya menuju parkiran.
Wajah Egi yang sangat pucat membuat Andi sangat khawatir. Tanpa bertanya lagi, Andi menuruti Egi untuk pulang ke kos.
Beberapa menit kemudian, setelah mereka berdua sampai di kos, Egi pun menceritakan apa yang baru saja dialaminya. Sementara Andi hanya mengangguk mendengarkan cerita temannya itu.
Nggak disangka, ternyata Andi dan mahasiswa lain pun juga mengalami kejadian serupa. Semenjak itu, baik Egi maupun Andi enggan berada di ruangan tersebut saat sendirian. Bahkan cerita ini pun juga menyebar di kalangan mahasiswa lain dan banyak pula dari mereka yang mempercayainya.
Penampakan Hantu Nenek Tua Berwajah Hancur di STIKOM Surabaya
Hmm, entah ada yang percaya atau nggak dengan cerita di atas. Bagaimana menurut Sobat Zona, pernah mengalami kejadian serupa seperti Egi? Kalau ada, boleh nih sharing sama Sans tentang cerita horor yang ada di kampus kalian. Yuk, tulis di kolom komentar. Sampai jumpa.
Baca Juga: Kisah Angker Hantu Usil di Lorong Fakultas Farmasi Unair
Komentar
0