zonamahasiswa.id - Halo, Sobat Zona. Gimana nih kabarnya? Semoga baik dan sehat selalu ya. Rasanya udah lama banget nih, Sans nggak ngulas tentang cerita-cerita horror yang ada di kampus di Indonesia.
Hayo ngaku deh siapa yang kangen dan nungguin cerita mistis dari Sans? Nah, kali ini Sans bakal membawa kalian ke salah satu kampus yang terkenal di Bali. Apalagi kalau bukan Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). Sebelum masuk ke ceritanya, Sans mau membagikan sedikit informasi tentang kampus ini.
Perguruan tinggi negeri ini berlokasi di Kota Singaraja, Bali. Didirikan pada 11 Mei 2006 dengan motto yang diunggulkan yakni ‘Dharmaning sajjana umerdhyaken widyaguna (kewajiban orang bijaksana adalah mengembangkan ilmu pengetahuan dan pekerti)’. Sebagai salah satu kampus pendidikan terbaik di Bali, Undiksha ternyata memiliki beberapa lokasi kampus yang tersebar di dua kabupaten.
Namun, penyelenggaraan layanan pendidikan dilakukan terpusat di Kampus Tengah Undiksha yang berlokasi di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali.
Kalau berbicara soal Bali, memang tempat satu ini tak terlepas dari cerita-cerita mistisnya. Kekentalan budaya dalam masyarakatnya, membuat Bali terkenal dengan kisah horornya yang melegenda.
Bukan hanya di tempat-tempat sakral, namun juga di kampus di mana tempat mahasiswa menimba ilmu. Banyak ditemui pula kejadian tak kasat mata yang ditemui oleh mahasiswa maupun dosen.
Salah satunya yang terkenal yaitu cerita pengalaman mahasiswa yang berburu hantu bersama dosennya. Menemui banyak hantu yang akhirnya menceritakan kisahnya, ada yang menjadi korban pembantaian hingga melihat banyak penampakan mengerikan lainnya.
Oke biar nggak makin penasaran dengan cerita pengalaman mahasiswa tersebut. Yuk langsung saja Sans mulai ceritanya. Eitss sebelum itu, masih inget kan ritual baca cerbung harus matikan lampu dan aktifkan mode horornya. Selamat membaca!
Cerita ini dimulai dari mahasiswa bernama Arya pada tahun 2015 lalu. Ketika itu, Arya masih duduk di semester 5. Seperti mahasiswa lain, Arya saat itu sedang aktif mengikuti berbagai kegiatan kampus. Maklum, buat ngisi waktu luang biar nggak ngerasa jomblo gitu ehem.
Lanjut, salah satu kegiatan yang diikuti Arya adalah program kreativitas mahasiswa (PKM). Hasil dari ikut PKM ini, Arya punya banyak kenalan dari fakultas lain.
Nah, kalau si Arya sendiri sih berasal dari Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). Kalau teman-temannya yang lain ada yang dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Dari beberapa orang yang dikenalnya, hanya satu orang paling Arya kenal dari mereka yakni kating yang sedang mengikuti kegiatan PKM tersebut.
Suatu ketika, si kating ini namanya Bagus ngajak kumpul sama temen-temennya dari FMIPA itu. Saat dihubungi, Arya pun mengiyakan untuk datang berkumpul dengan mereka.
“Nanti ada acara nggak? Mau kumpul bareng sama anak-anak yang lain nggak ntar malem?” tanya Bagus dalam sambungan telepon.
“Ngapain?” jawab Arya.
“Ya kumpul doang biar akrab gitu,” kata Bagus.
“Hmm boleh deh, lagi gabut juga nih,” tuturnya.
Setelah bersiap, Arya menghampiri Bagus dan teman-temannya di kampus. Namun, di sana ia tertarik dengan seorang wanita yang tampak tak asing baginya.
Ternyata dosen perempuan yang pernah ia temui saat mengikuti kegiatan PKM. Namanya Bu Lina, dosen muda yang katanya punya kelebihan.
Dalam kata lain, Bu Lina ini bisa melihat ‘mereka’ yang tak kasat mata. Ngeri banget kan..
Oke, dalam perkumpulan itu ternyata mereka memang sering mengadakan aktivitas berburu hantu atau hal horror di malam hari alias uka-uka.
Salah satu temannya Bagus, namanya Citra juga seorang indigo yang bisa ngelihat begituan. Nah, saat itu mereka sedang merencanakan perburuan hantu malam nanti.
Bulu kuduk Arya sedikit merinding ketika angin malam mulai berhembus melewati lehernya. Pembicaraan mereka semakin intens membericarakan tempat mana saja yang akan dijelajahi.
Sebenarnya, Arya takut tapi penasaran bagaimana rasanya berburu hantu. Akhirnya ia pun memutuskan untuk ikut dengan mereka.
“Kamu ikut berburu hantu nggak?” tanya Dimas teman Bagus.
“Gimana ya, takut sih,” katanya.
“Heleh, takut apaan ya orang hantu doang,” jawab Bagus.
Setelah memikirkan dengan matang, ia pergi berburu hantu yang di mulai dari aula kampus. Saat itu jam menunjukkan pukul 11 malam.
Ada sekitar 6 orang yang ikut dalam perburuan ini. Rasanya malam itu terasa sangat mengerikan bagi Arya, padahal saat siang hari tak terasa begitu.
Mereka pun bergegas memasuki aula dengan mulai menyoroti bagian aula menggunakan senter. Meski mengerikan, tapi tak apa-apa saat itu.
“Nggak ada apa-apa di sini kayaknya,” kata Bu Lina.
“Tapi hawanya ngeri banget bu, merinding nih saya,” balas Arya.
Bu Lina hanya tersenyum tipis dengan ucapan Arya yang memang saat itu dia sedang ketakutan. Ketika jam menunjukan pukul 1 dini hari, dosen muda tersebut mulai dirasuki makhluk halus.
Ia mulai menari-nari dengan gemulai di tengah aula. Kami hanya menyaksikan Bu Lina yang menari semakin brutal tak karuan.
“Ini gimana nih Bu Lina?” tanya Arya.
“Duduk jangan panik. Semuanya duduk, nunduk aja sambil baca doa sesuai kepercayaan masing-masing,” ujar Bagus.
Mereka duduk dan menunduk sesuai instruksi Bagus. Dosen itu pun terus menari sembari mengitari mereka berlima. Setelah cukup lama ia melenggak-lenggokkan badannya, Bu Lina akhirnya terjatuh dan perlahan mulai sadar.
Perburuan di aula malam itu dinilai membuahkan hasil karena mereka menemui sosok wanita yang menari khas tarian Bali. Setelah itu, berlanjut ke perburuan di fakultas Arya yaitu FBS. Sebelumnya, Citra sempat mengatakan pada mereka jika dirinya pernah bermimpi didatangi sosok yang meminta tolong kepadanya.
Sekitar pukul 2 dini hari, mereka berada di FBS. Saat memasuki lantai dasar, belum ada gangguan yang terjadi.
Namun, ketika mereka mulai menginjakkan kaki ke lantai 2, tiba-tiba suara air keran dari kamar mandi menyala dengan sendirinya.
Sontak hal tersebut membuat siapa saja yang mendengarnya bergidik ngeri ketakutan. Apalagi Citra mulai melihat hal-hal ganjil, seperti sosok pria yang sedang duduk termenung di lorong fakultas.
“Eh liat ada orang nggak sih?” ucap Citra.
“Mana Cit?” balas Arya yang ketakutan.
“Itu tuh duduk sendirian, nunduk di situ,” kata Citra dengan melihatnya dengan seksama.
“Bukan manusia,” sambung Bu Lina.
Rasa takut Arya seperti memuncak. Ia terus-menerus mengamati kursi ruang tunggu yang ada di lorong fakultas itu.
Namun, tak mau terlena dengan keadaan dia melanjutkan perburuannya dengan teman lainnya. Saat berjalan, Citra bercerita kalau di pohon kamboja di fakultas itu banyak kepala yang tergantung di ranting pohon.
Ada pula beberapa makhluk halus yang berdiri terbalik di sana. Ngeri!!! Lanjut, setelah menelusuri 3 lantai di fakultas Arya, akhirnya mereka beristirahat sejenak di dekat pohon kamboja yang sebelumnya diceritakan Citra.
“Istirahat dulu yuk, duduk di situ aja,” ajak Citra.
Tiba-tiba…
Hiks.. hiks.. hiks
Terdengar suara tangis Bu Lina yang saat itu sedang menunduk. Sesekali ia pun tertawa cekikan seperti kuntilanak. Saat ditanya, sosok itu memperkenalkan diri sebagai Dewi. Sosok itu menceritakan bahwa dia merupakan korban pembantaian di kampus tersebut.
Jika menelisik ulang, dulu terdapat rumah mewah yang dihuni sebuah keluarga. Namun nahas, rumah itu dirampok dan seluruh anggota keluarga dibunuh dengan keji.
Melalui tubuh Bu Lina, sosok itu mengatakan dulu ia digantung di sebuah koridor dengan mengenakan gaun merah yang bercampur darah. Ngerinya, si dosen malah mendekat ke arah Arya yang makin memucat. DEG!
“Kakak, kok nggak mau main lagi sama Dewi. Kakak lupa ya sama Dewi,” tanya sosok itu dengan nada yang sedikit manja namun terdengar sedih.
“Dewi mau apa,” tanya Arya dengan nada ketakutan.
“Tolong kakak bawakan selendang merah dan letakan di lorong lantai 3,” pintanya.
Arya mengiyakan permintaan sosok tersebut. Lama kelamaan, ia mulai keluar dari tubuh Bu Lina. Singkat cerita, mereka yang tengah duduk menikmati suasana dini hari dikejutkan kembali dengan sosok lain berbahasa Bali halus dalam tubuh dosen itu.
Ia kembali mendekati Arya dan memeluknya, sosok itu mengatakan mengapa mahasiwa tersebut lupa dengan dirinya.
MERINDING!
Satu kata itulah yang bisa menggambarkan suasana saat itu. Arya membaca doa yang ia hafal, namun sosok itu justru melotot kepadanya.
“To-tolong jangan ganggu saya,” tutur Arya dengan gemetar.
Sosok itu terus menerus memeluknya sembari menangis dan mengatakan Arya lupa dengannya. Meski terdengar aneh, namun Arya ikut menangis saat itu.
“Kenapa jadi ikut nangis,” tanya Bagus.
Arya yang menangis sesenggukan tak hanya menggeleng membalas omongan Bagus. Sampai jam 4 dini hari, akhirnya sosok itu lepas dari tubuh sang dosen. Setelah perburuan mengerikan tersebut, Arya pulang ke rumah dan bertekad tak ingin lagi ikut kegiatan semacam itu.
Namun, ia menepati janjinya dengan membelikan selendang bewarna merah untuk sosok yang ditemuinya semalam. Ia mengikat selendang tersebut di salah satu lorong yang berada di lantai 3, sesuai permintaan sosok tersebut.
Keesokan harinya, saat Arya akan mengikuti kelas di lantai 3 ia mendapati selendang merah yang ditaruhnya menghilang begitu saja. Pikirannya seperti berhenti begitu saja, ia termenung dalam lamunannya. Tiba-tiba..
“Terima kasih,” terdengar suara bisikan di telinga Arya.
Ia tersadar dari lamunannya dan melihat di sekitar tak ada siapapun di sana. Arya seorang diri. Meski tau bahwa itu sosok Dewi yang mengatakannya, Arya tetap berteriak sembari melarikan diri.
AAKKHHH….
Sejak saat itu, Arya tak lagi mengikuti kegiatan uka-uka dan menjauhkan diri dari circle anak FMIPA yang hobi berburu hantu di kampus.
Ngeri! Pengalaman Horor Mahasiswa Berburu Hantu di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha)
Entah ada yang percaya atau nggak dengan cerita pengalaman Arya. Bagaimana nih menurut Sobat Zona, pernah mengalami hal serupa? Kalau ada, yuk tulis di kolom komentar. Sampai jumpa.
Baca Juga: Mengerikan! Cerita Penampakan Hantu Anak Kecil di Unri
Komentar
1