zonamahasiswa.id - Halo, Sobat Zona. Gimana kabarnya? Semoga baik dan sehat selalu ya. Sans balik lagi nih dengan cerita-cerita horor yang bikin semuanya penasaran. Kali ini Sans akan membawa kalian ke Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki Malang).
Perguruan tinggi negeri satu ini sebelumnya mengambil nama salah seorang Walisongo yang dikenal sebagai Sunan Gresik, merupakan tokoh penyebar agama Islam di Jawa. Kampus ini mempunyai banyak kisah menarik tentang dinamika perkuliahan hingga terselip cerita horor yang turut mewarnai kehidupan di UIN Maliki Malang. Salah satunya adalah misteri mahasiswi bunuh diri di Ma'had.
Nah, biar Sobat Zona nggak penasaran dengan misteri mahasiswi bunuh diri di Ma'had UIN Maliki Malang. Yuk, Sans mulai ceritanya! Eh, sebelum itu jangan lupa untuk matikan lampu dan aktifkan mode horornya supaya lebih seru! Selamat membaca.
Seperti biasa, Ahmad baru saja selesai mengikuti jadwal perkuliahan. Tepat pukul 20.00 WIB, ia keluar kelas dengan teman sebangkunya bernama Rio. Malam itu, mereka berdua langsung menuju asrama untuk beristirahat.
Ahmad berjalan santai sambil mengamati setiap sudut gedung kampus, sementara Rio asyik memainkan ponsel pintarnya. Namun, nggak seperti biasanya jalan menuju asrama itu sangat sepi. Jadi hanya mereka berdua saja yang berjalan menyusuri gedung-gedung menuju asrama.
"Mad.. Ahmad," seru Rio yang berjalan di belakang Ahmad.
"Hmm, opo?" sahut Ahmad.
"Tumben dalan e sepi, padahal sek jam nyamene," lanjut Rio.
"Iyo i, medeni iki mek wong loroan awadewe," jawab Ahmad sambil celingukan melihat suasana sekitar.
Rio pun nggak menanggapi ucapan Ahmad. Wajahnya terlihat mulai memucat, sebab ia sedikit takut jika berdua saja dengan Ahmad. Alasannya ya karena temannya itu punya indra keenam alias indigo.
Berjalan berdua dengan Ahmad saja, rasanya bulu kuduk Rio sudah merinding sedari tadi. Namun, ia berlagak santai seperti nggak takut apapun.
10 menit lamanya mereka berdua jalan bersama ditemani dengan kesunyian yang perlahan semakin memudar. Sebab mendekati pelataran Ma'had atau asrama, masih ada beberapa mahasiswa yang berada di luar. Entah sekadar bertemu teman ataupun mengerjakan tugas.
Melihat itu, Rio bisa bernafas lega. Sementara Ahmad masih cuek dengan ponsel genggamnya. Mereka berdua tinggal di asrama yang sama yakni di komplek Ma'had Sunan Ampel Al Aly. Lebih tepatnya di Asrama Ibnu Rusdy lantai tiga.
Kamar Ahmad berada di lantai dua, sedangkan Rio di lantai tiga. Mereka pun harus berpisah setelah sampai di lantai dua. Namun nggak seperti biasa, Rio malah minta diantar sampai ke kamarnya.
"Mad, gelem ngeterno aku sampe ngarep kamar gak?" tanya Rio.
"Lapo seh? Wong yo kari mlaku," balas Ahmad.
"Awamu kan yo ero Mad, lek ndek lantai telu jare ono mahasiswa sing bunuh diri biyen," jelas Rio.
Mendengar jawaban itu, Ahmad diam dan berpikir sebentar. Mereka masih berada di lantai dua, menunggu Ahmad yang masih memikirkan permintaan Rio.
Setelah berpikir, Ahmad pun memutuskan untuk langsung balik ke kamarnya. Alasan dia menolak karena memang sedang tidak enak badan. Selain itu, ia sangat khawatir jika dirinya bertemu sosok makhluk halus nanti di sana.
Rio yang mengerti alasan Ahmad tersebut, akhirnya membiarkan temannya itu kembali ke kamar untuk beristirahat. Perlahan tapi pasti, Rio kembali melanjutkan perjalanannya menuju kamar.
Satu per satu anak tangga dilewatinya. Di sisi lain, keheningan dan kesunyian mulai menyapa dirinya. Berulang kali Rio menoleh ke kanan dan kiri memastikan situasi yang ada di sekitarnya.
Padahal baru pukul 20.30 WIB, suasana di asrama itu sangat sepi seperti nggak ada tanda-tanda kehidupan. Karena takut, akhirnya Rio memasang earphone lalu bernyanyi dengan sedikit kencang.
Dan terjadi lagi
Kisah lama yang terulang kembali
Kau terluka lagi
Dari cinta rumit yang kau jalani
Nggak lama kemudian, Rio sudah berada di depan kamarnya. Ketika ingin membuka pintu kamar, sepintas ia melirik kamar kosong yang ada di pojok sana.
KRIET..
"Hmm.. tumben banget pintu kamar iku dibuka," batin Rio.
Isi otak Rio terus bertanya-tanya kenapa kamar itu terbuka. Padahal, sejak Rio menempati asrama ini pintu kamar tersebut nggak pernah terbuka sama sekali.
Masih di depan pintu kamarnya, Rio berdiri mematung sambil memandang kamar kosong yang berada di pojok sana. Ia ingin melihat kamar itu, tapi langkahnya terasa berat. Rio merasa takut tapi ia sangat penasaran dengan kamar tersebut.
Akhirnya, perlahan ia melangkah menuju tempat itu yang berjarak cuma lima kamar saja. Degup jantungnya terdengar dua kali lebih cepat dari biasanya, tapi Rio tetap melangkah menelusuri lorong kamar asrama.
"Haduh kok sepi ngene seh ndek kene," ucapnya dengan nada sedikit ketakutan.
Tinggal satu kamar lagi, Rio akan sampai ke kamar kosong yang misterius itu. Ia kembali menoleh dan menengok samping kiri dan kanannya untuk memastikan keadaan. Setelah dirasa nggak ada apa-apa, ia mantap melangkahkan kakinya menuju kamar dan membuka lebar pintu itu.
CEKLEK
Masih berada di ambang pintu, Rio merasa sedikit lega karena ternyata yang ia takutkan hanya halusinasi belaka. Matanya mulai menelusuri setiap sudut ruangan kamar kosong itu dan tiba-tiba..
Rio mematung menyaksikan penampakan yang ada di depannya. Wajahnya sangat pucat, ia sangat ketakutan dan langkah kakinya terasa berat sehingga sulit untuk berjalan.
Deg Deg Deg
Suara degup jantung Rio semakin nggak karuan, keringatnya bercucuran menetes di pelipis. Ia melotot melihat seorang mahasiswi dengan posisi tergantung tepat berada di depannya.
Mahasiswi tersebut tergantung dengan tali tampar yang melingkari lehernya, persis seperti orang gantung diri. Rio yang masih terkejut dengan apa yang dilihatnya, bergegas untuk minta tolong.
Tapi niatnya harus diurungkan, karena kaget melihat kaki mahasiswi tersebut bergerak perlahan. Rio pikir mahasiswi itu baru saja bunuh diri dan masih bisa tertolong, namun ternyata...
Dag Dig Dug
"Astagfirullah opo iku," batin Rio yang masih saja berdiri mematung di sana.
Rasanya ingin berlari sejauh mungkin, namun kakinya terasa sangat lemas. Rio hanya mengamati mahasiswi itu dengan raut wajah yang sangat pucat.
Perlahan mahasiswi tersebut menoleh ke arah Rio dengan wajah yang putih pucat, bahkan sorot matanya kosong seperti mayat hidup.
SREET..
"Tolong mas, saya kesepian," ucap mahasiswi itu dengan lirih.
AAAKKKHHHHH
Rio teriak dan berlari sekencang mungkin.
TOLLLOONGGGG!!!
Mendengar teriakan itu, mahasiswa yang lain berhamburan keluar kamar dan menghampiri Rio yang terduduk lemas dengan nafas memburu.
"Opo o awakmu?" tanya salah seorang temannya.
"Iii-ikuu ono arek bunuh diri ndek kono," tunjuk Rio dengan ketakutan.
Mahasiswa yang lain pun celingukan dan saling melempar pandang ke kamar kosong itu. Mereka heran dengan Rio yang katanya melihat seorang mahasiswi gantung diri di sana. Padahal yang mereka lihat kamar itu tertutup, bahkan terkunci rapat.
"Kamar iku ancen kosong dan kekunci terus, nggak mungkin pintune iso kebuka," terang seorang mahasiswa lainnya.
"Deloken iku lho pintu kamar e kekunci rapet," tambahnya.
Rio yang membelakangi pintu kamar kosong itu, menoleh perlahan dan terdiam melihat pintu kamar kosong yang dimasukinya tadi tertutup rapat.
Ia masih syok dengan penampakan yang dilihatnya. Melihat Rio yang masih terlihat sangat pucat, temannya yang lain pun memapah menuju kamar.
Setelah menenangkan diri, salah seorang temannya yang lain pun menceritakan misteri kamar kosong di lantai tersebut. Ternyata, beredar rumor di kamar itu ada seorang mahasiswi yang melakukan bunuh diri karena sakit hati.
Hantu mahasiswi itulah yang dilihat Rio di kamar kosong tersebut. Semenjak kejadian itu, Rio nggak pernah pulang lebih dari jam 8 malam dan juga nggak berani menengok ke kamar kosong yang berada di pojokan.
Misteri Mahasiswi Bunuh Diri di Ma'had UIN Maliki Malang
Hmm, bagaimana menurut Sobat Zona? Ada yang pernah mengalami atau melihat penampakan hantu mahasiswi gantung diri seperti Rio? Yuk, sharing sama Sans tentang berbagai cerita horor lainnya yang mungkin ada di kampus kalian. Boleh nih tulis di kolom komentar ya. Sampai jumpa.
Baca Juga: Kisah Nyata Penampakan Hantu Setengah Badan di Universitas Brawijaya (UB)
Komentar
0