zonamahasiswa.id – Halo, Sobat Zona. Happy weekend! Sans balik lagi nih dengan membawa cerita horor baru yang bikin semuanya penasaran. Kali ini Sans masih ada di Jawa Tengah atau lebih tepatnya di Universitas Diponegoro.
Pada tanggal 9 Januari 1960, Universitas Semarang berubah nama menjadi Universitas Diponegoro. Di mana perubahan tersebut merupakan penghargaan atas prestasi dalam pembinaan bidang pendidikan tinggi di Jawa Tengah.
Ternyata universitas yang berlokasi di Semarang ini memiliki cerita lain selain Ruang B101 di FISIP lho seperti misteri tentang hantu genit yang sering muncul di Universitas Diponegoro. Nah, biar Sobat Zona nggak penasaran dengan misteri hantu genit penunggu Universitas Diponegoro, Sans akan mulai ceritanya. Sebelum itu jangan lupa untuk matikan lampu dan aktifkan mode horornya, agar lebih seru! Selamat membaca.
“Hah hah hah.â€
Seorang pemuda tampak tersengal-sengal sambil bersembunyi di balik sebuah pintu salah satu kelas. Ia tampak panik dan ketakutan, bahkan wajahnya yang tampan terlihat pucat pasi, seperti baru bertemu hantu.
Dengan terburu-buru ia merogoh sakunya mencari ponsel yang terselip di sana. Saat ia menemukannya, dicarinya sebuah kontak yang menunjukkan nama Si Kumis. Kemudian ditekannya tombol panggilan namun hanya memanggil tanpa terangkat atau pun terhubung. Berulang kali ia ulang memanggil nomor yang sama namun hasilnya nihil.
“Sial!†umpatnya sambil menoleh ke belakang yang ternyata...
“AAAAAAAAA...â€
Kembali ke waktu sebelum kejadian. Seorang mahasiswa FISIP Universitas Diponegoro bernama Roby masih bergelut dengan laptop di hadapannya hingga tak sadar bahwa waktu telah menunjukkan pukul 20.00 WIB. Pemuda yang terkenal akan keramahannya ini tengah mengerjakan tugasnya di perpustakaan fakultas sendirian.
Sebenarnya Roby tidak sendirian, masih ada penjaga perpustakaan yang tampak terlelap di kursinya. Sementara pemuda itu masih terus berkutat dengan tugas kuliahnya yang belum usai. Hingga ia pun lupa bahwa jam malam berlaku di kampusnya.
Drrrt...drrrt...
Suara ponsel itu berasal dari saku Roby, tampak sebuah nama yang amat ia kenal terpampang jelas di sana. Tampak sang mahasiswa malas mengangkatnya namun tetap ia angkat.
“Halo, wonten nopo nggih?†tanyanya tanpa basa-basi.
“Inggih, bar ngene kulo balik. Ning mriki wonten Pak Abidin kok tenang,†jawabnya pada seseorang di seberang sana.
“Hmm.â€
Telponpun berakhir dan Roby kembali fokus dengan tugasnya. Ia tahu pada jam seperti ini sangat rawan bertemu dengan sosok-sosok yang tak diinginkan. Namun, tampaknya pemuda itu sama sekali tidak peduli dan terus melakukan pekerjaannya.
Sreet... sreet...
Tiba-tiba terdengar suara gesekan buku dari belakang tempat Roby duduk. Lantas ia menoleh dan tak mendapati apapun di sana. Mahasiswa itu yakin bahwa hanya ada dirinya di perpustakaan itu bersama Pak Abidin yang tertidur lelap. Tak mungkin pula penjaga perpustakaan itu terbangun dan membereskan buku-buku yang tengah berserakan saat ini.
Roby pun kembali menatap layar laptopnya dan fokus mengerjakan tugas kuliahnya. Sangking fokusnya pemuda itu tak sadar bahwa ada sosok yang mengawasinya dari balik rak-rak buku. Tatapan penuh kasih dan kagum yang berlebih bak obsesi pada seorang kekasih manatap tajam punggung pemuda tampan itu.
Seolah refleks dari tubuhnya, bulu kuduk mahasiswa itu tiba-tiba berdiri dan membuatnya merasakan tatapan sosok yang entah siapa itu. Ia menelusuri setiap sudut di tempatnya saat ini, hingga tiba-tiba matanya berfokus pada sosok yang berdiri tak jauh dari dirinya.
Seorang perempuan yang sangat ia kenal bahkan selalu ia temui setiap Jumat. Namun, Roby merasa aneh melihat perempuan itu ada di sini sendirian dengan tampilan yang berbeda dari biasanya.
“Sugeng dalu, Bu Isma,†sapanya pada sosok itu.
Dia adalah Bu Isma dosen pembimbing yang selalu ditemuinya setiap Jumat di ruang dosen. Perempuan berambut panjang yang selalu digelung itu, kini tampak berbeda dengan rambut terurai.
Tak sampai disitu, gaya berpakaiannya pun berubah dari semula hanya memakai celana panjang dengan kemeja ala dosen pada umumnya menjadi sosok yang lebih berani. Bu Isma kali ini memakai dress berwarna merah menantang dengan lipstik merah yang menghiasi bibir mungilnya.
“Mmm Ibu ada urusan dengan Pak Abidin ya? Beliau sepertinya masih ada di tempatnya, Bu atau mau saya bangunkan?†tawar Roby.
Namun, tampak sang dosen pembimbing menggeleng dan malah duduk di hadapannya sambil tersenyum. Tampak Bu Isma memberikan senyum yang berbeda dari sebelumnya, tapi tak Roby hiraukan. Ia pun membalas tersenyum pada dosennya itu.
Beberapa saat mereka hanya terdiam saja, pemuda itupun kembali fokus dengan tugasnya. Sangking fokusnya ia tak sadar bahwa sang dosen menatapnya dengan berbeda bahkan sambil memangku dagunya di atas punggung tangan yang tertupuk.
Beberapa saat kemudian Roby mulai merasa risih dengan tatapan dari dosennya itu. Hingga akhirnya merekapun saling bertatapan kembali anehnya Bu Ismi malah semakin tersenyum lebar bahkan sempat memberi kedipan nakal pada Roby.
Mahasiswa itupun bergidik ngeri melihat perilaku aneh sang dosen. Pasalnya siapapun mahasiswa di FISIP tahu bagaimana watak Bu Isma yang tegas bahkan killer ini.
“Mmm apa ada yang salah dengan wajah saya, Bu?†tanyanya.
“Nggak kok,†jawab Bu Isma sambl menggelengkan kepalanya.
Roby mendengar ada nada manja saat dosennya itu menjawab pertanyaannya. Hal ini membuat dirinya merasa sangat aneh. Karena tak sanggup lagi berada di sana pemuda itupun membereskan barangnya dan berpanitan pada sang dosen. Namun, sesuatu tiba-tiba terjadi.
GEDEBUM
Sebuah rak buku tiba-tiba terjatuh dengan buku-bukunya yang berserakan kemana-mana. Anehnya hanya satu yang terjatuh sementara rak lainnya masih tetap berdiri kokoh. Bahkan Pak Abidin pun tak mendengarnya.
Roby yang melihatnya pun bergidik ngeri, karena sang dosen yang tepat di depan rak itu baik-baik saja. Anehnya lagi perempuan berpakaian merah itu masih ada dalam posisi yang sama duduk manis sambil memangku dagunya.
Sementara Roby yang tadi sudah menjauhi dosennya itu menatap sang dosen dengan khawatir namun ada rasa takut yang tiba-tiba merayap dalam perasaannya. Jantungnya mulai berdebar ketika sang dosen meliriknya, tatapan yang berbeda dan senyum mengerikan ditunjukkan oleh perempuan cantik itu.
“I-i-ibu mb-mboten no-nopo-nopo?†tanyanya sambil mengulurkan tangan ingin memegang bahu Bu Isma.
“Ya,†jawab Bu Isma sambil tetap melirik ke belakang menatap mahasiswanya itu.
Roby memperhatikan baik-baik dosennya itu, sepertinya ia tahu jika di hadapannya ini bukanlah sang dosen. Kulit pucat itu semakin lama tampak semakin pucat pasi bahkan warna mata Bu Isma bila diperhatikan baik-baik menjadi putih seluruhnya.
Senyuman yang tampak manis dan genit itu berubah menjadi senyum mengerikan sambil menunjukkan gigi taringnya. Senyuman itu semakin lebar dan Roby bisa melihat seluruh gigi taring besar dan tajam itu.
“A-a-a i-i a-a,†gumamnya.
“A-a-a su-dah ta-hu ru-pa-nya?â€
Tanpa basa-basi Roby berlari menuju pintu perpusatakaan menjauhi sosok yang menatapnya dengan mengerikan itu. Namun, namanya hantu pastinya dapat hilang dan muncul kapan saja dan di mana saja. Seperti halnya sosok jejadian itu yang muncul di mana saja dan ke mana saja Roby melangkah.
Bahkan saat ini ia ada di depan pintu sambil tersenyum mengerikan menatap Roby yang berlari ke arahnya. Sementara itu, mahasiswa FISIP itu berhenti dan menatap takut sosok yang menyerupai dosennya itu.
“A-apa ma-maumu?†tanyanya gagap.
Sementara sosok itu menatap sang mahasiswa dengan pandangan sayu dan menunjukkan gigi-gigi lebarnya. Tak berselang lama hantu penunggu itu pun berkata apa yang ia inginkan sambil tersenyum mengerikan.
“Ka-ka-mu.â€
Ya, sosok itu ternyata menginginkan Roby. Dia pengagum pemuda tampan itu yang selama ini selalu mengawasi dari jauh. Tak di sangka pula oleh mahasiswa FISIP yang terkenal ramah itu dapat menarik perhatian makhluk lain selain manusia.
Mengerikannya lagi sosok berpakaian serba merah itu selalu ada di manapun Roby berada. Bahkan sejak pertemuan mereka di perpustakaan malam itu, sang hantu sering muncul saat sang pemuda sendirian atau memberi kode padanya dengan cara menjatuhkan buku atau menggeser gelas-gelas.
Misteri Hantu Genit Penunggu Universitas Diponegoro
Hmm, Sobat Zona pernah bernasib sama dengan Roby itu belum? Sharing sama Sans, yuk! Oh, iya kira-kira kampus mana lagi nih yang harus Sans kunjungi untuk menceritakan kisah-kisah horor selanjutnya? Tulis di kolom komentar ya.
Baca juga: Cerita Mencekam Ruang B101 FISIP Universitas Diponegoro
Komentar
0