Pilihan Editor

Merinding! Kisah Mencekam Lantai 3 Gedung FE Universitas Negeri Semarang (UNNES)

Nisrina Salsabila 13 Desember 2021 | 19:02:47

zonamahasiswa.id – Halo, Sobat Zona. Sans balik lagi nemenin kalian dengan cerita horor seru di berbagai universitas di Indonesia.

Setelah berpikir panjang, akhirnya Sans memutuskan untuk tetap stay di Universitas Negeri Semarang (UNNES). Sebab kampus ini punya cerita yang menarik tentang kisah mistis dan mencekam.

Kalau dari cerita sebelumnya, banyak Sobat Zona yang makin penasaran dengan cerita horor di kampus ini. Nah tenang saja, kali ini Sans bakal menceritakan pengalaman mencekam seorang mahasiswa di salah satu gedung UNNES.

Biar nggak makin penasaran langsung saja simak ceritanya berikut ini. Eits.. sebelum itu jangan lupa untuk matikan lampu dan aktifkan mode horornya, supaya lebih seru! Selamat membaca.

Sosok mistis itu tertawa cekikikan dengan suara yang khas seperti Miss K. Seketika bulu kudu Ririn merinding menyaksikan pemandangan sekilas itu.

BRAAAKK..

BRAAKKK..

BRAAKKK..

BRRAKKK..

Semua mahasiswa dan dosen yang berada di ruangan itu terkejut dengan suara keras menghantam meja.

Ternyata...

Kilas balik.

Hari ini Ririn dan Erika sedang mengikuti mata kuliah di Gedung C6 Fakultas Ekonomi. Jam baru menunjukkan pukul 5 sore yang artinya perkuliahan mereka akan segera selesai.

Ririn mendapat info dari ketua kelas bahwa hari ini ada mata kuliah tambahan. Erika yang mendengarnya mendengus kesal.

“Shiitt kuliah maneh!!”, umpatnya.

Teman sebangkunya tersebut hanya menggeleng kepala mendengar umpatan Erika. Namun anehnya, kuliah tambahan itu memakai ruangan di lantai 3.

Padahal sebelumnya tak ada yang berani melangkah ke lantai 3 tersebut. Karena konon lantai itu menjadi saksi bisu kejadian supranatural yang dialami beberapa mahasiswa.

Ada yang mengganjal di hati Ririn ketika menjajaki tangga menuju lantai 3. Perasannya kalang kabut saat hawa di sekitar situ terasa sangat panas.

Sejenak Ririn berhenti di tengah tangga, ia mendengar ada yang memanggilnya dari atas lantai 3. Ia mencari-cari sumber suara itu.

“Heh kowe nyapo Rin?” tanya Erika.

“Eeeh engg.. enggak, perasaan ono sing nyeluk aku deh,” balas Ririn.

“Nggak ada Ririn, kita cuma berdua loh ini”, ucap Erika dengan meyakinkan temannya itu.

Setelah mendengar ucapan Erika, ia pun kembali berjalan menuju kelas di lantai 3.

“Pssst psst psst....”

“Pssst psst psst....”

Lagi dan lagi, Ririn mendengar suara aneh yang memanggilnya. Mirip dengan suara perempuan tapi ia tak yakin sepenuhnya.

Melihat Erika yang tampak tak mendengar suara itu, ia akhirnya melanjutkan langkah menuju lantai 3. Walaupun rasanya sudah seperti ada yang mematai-matai dari kejauhan.

Kegiatan perkuliahan pun berjalan lancar selama dua jam lamanya. Tapi anehnya pandangan Ririn selalu tertuju pada jendela dekat tempat duduknya.

Di sisi lain, Erika terlihat nggak fokus mengikuti perkuliahan. Ia bolak-balik memutar bola matanya menunjukkan rasa bosan.

Sesekali, ia juga terlihat memandang jendela sambil melamun entah pikirannya melayang ke mana.

“Lah ngelamun cah iki, heh!”, kata Ririn sambil menggoyangkan badan Erika.

Erika hanya membalas dengan seulas garis senyum di bibirnya. Ririn hanya menggelengkan kepala dan mewajarkan sikap temannya itu.

Jam menunjukkan pukul 9 malam, perasaan Ririn semakin was-was. Ia mencoba menghiraukan apa yang telah dilihatnya, tetapi justru sia-sia saja.

Ririn malah melihat seseorang yang sedari tadi mondar-mandir di depan ruangan tersebut. Terlebih hawa mencekam yang selalu dirasakannya saat naik ke lantai 3.

Ia masih mencoba berpikir positif bahwa yang dilihatnya memang manusia, bukan sebangsa jin atau setan.

Tiba-tiba suasana kelas menjadi sepi ketika dosen memberikan kuis. Namun nggak lama kemudian, Ririn mendengar suara langkah kaki yang sangat besar.

DUUUMM DUMMM DUMMM

Perlahan tapi pasti, langkah itu semakin mendekat.

DUUMM DUUMM DUMM

Ririn panik pikirannya kacau. Ia mencoba menggoyangkan tubuh Erika tapi nggak ada respon sama sekali.

Dengan suara langkah yang makin mendekat, lalu tiba-tiba...

AAAKKKHHHHHH!!!

Ririn menjerit dengan hebatnya, mahasiswa yang lain pun terheran dengan sikapnya itu.

Lalu sang dosen membentak, “Ririn! Kenapa kamu? Kalau mau teriak di luar bukan di jam mata kuliah saya!”

Ia hanya mengiyakan dosen tersebut. Alasan Ririn berteriak karena sosok menyeramkan itu memalingkan wajahnya ke jendela dekat tempat duduk yang ditempatinya.

Sosok mistis itu tertawa cekikikan dengan suara yang khas seperti Miss K. Seketika bulu kudu Ririn merinding menyaksikan pemandangan sekilas itu.

BRAAAKK..

BRAAKKK..

BRAAKKK..

Semua mahasiswa dan dosen yang berada di ruangan itu terkejut dengan suara keras menghantam meja.

Ternyata...

“ERIKAAAA! Berhenti! Kamu ngapain menggebrak meja hah!” bentak dosen.

Sementara Erika tak henti-hentinya menghantam meja dengan tangan mungilnya itu. Ririn yang menyaksikan hal tersebut mencoba menghentikan Erika.

“Errr.. Eriikaaa heh Err.. wis to Er” sembari memegangi salah satu tangan Erika.

Namun ia tetap melanjutkannya, hingga suara dentuman meja itu semakin lama semakin merusak pendengaran.

BRUUKK.. BRAAKK. BRUUKK. BRAKK...

Suasana kelas menjadi nggak kondusif karena seluruh mahasiswa panik dan banyak teman sekelasnya mencoba untuk membantu menenangkan Erika. Tapi, naasnya nggak ada satu pun yang menandingi kekuatan mahasiswa mungil itu.

Hingga akhirnya...

Deg

Ririn melihat sorot mata Erika yang nggak seperti biasanya. Matanya melotot dan mulutnya seperti komat-kamit nggak jelas ngomong apa.

“Err Erikaa Err”

Erika menoleh, melotot, dan tersenyum sangat lebar. Hingga siapa pun yang melihat pasti akan ketakutan.

Suara tawa cekikikan Erika melengking di setiap sudut ruangan. Mahasiswa lainnya berhamburan keluar kelas meminta pertolongan.

“Woooiii kesurupan ikuu, Erika kesurupan!! Cepet metu tekan kene!” Teriak salah seorang mahasiswa lainnya yang berlarian ke sana kemari.

Sementara dosennya terdiam melihat tingkah laku Erika yang semakin nggak wajar. Mahasiswinya itu semakin liar, bahkan sampai membenturkan kepalanya ke tembok.

BRUUKK BRUKK BRUUKK BRUKK BRUKK

Ririn dan dua orang lainnya berusaha menghalangi kepala Erika dengan sekuat tenaga. Sekitar 5 menit lamanya Erika membenturkan kepalanya.

Tiba-tiba ia berhenti...

Kepalanya menunduk ke bawah tapi mulutnya masih mengatakan hal-hal yang nggak jelas. Salah seseorang yang lain mencoba menyadarkan Erika.

“Ndang metu! Ora usah ganggu kancaku, panggenmu ra nang kene,”

BWAHAHAHHAHAHAA

Tawa Erika seketika berubah menjadi berat. Lagi-lagi ia mengucapkan kalimat acak yang sulit dipahami.

Ia melotot memandangi temannya itu. Sesekali ia menggerakkan tangannya seperti sedang menari.

BLAARR..

BRUUKK

AKKKHHHH

“Metu kabeh tekan kene!”

Bukan Erika, melainkan Dwi teman sekelasnya yang tiba-tiba terjatuh dari lantai. Tersisa enam orang dalam ruangan itu termasuk dosen.

Dwi mengamuk layaknya orang kesurupan. Ia menangis, tertawa sembari merangkak di atas meja.

Suasana makin kacau, dua orang termasuk Ririn memegangi tangan Erika yang masih saja berusaha membenturkan kepalanya. Sementara sisanya berusaha menyadarkan Dwi.

“ALLAHU AKBAR! ALLAHU AKBAR!”

Mereka melafalkan ayat-ayat suci untuk mengusir dua makhluk yang sedang merasuki diri Erika dan Dwi.

“Metu metu metu kabeh metu. Iki panggenku metu!” teriak Dwi.

Bwahahahahaaa. Erika memiringkan kepalanya melototi Ririn.

Srek srek srek...

Ia berjalan dengan menyeret kaki kanannya, mendekat ke arah jendela di samping tempat duduk Ririn.

Sementara Dwi masih saja mengucap kalimat yang sama, menyuruh semua yang ada di ruangan tersebut keluar.

Tersisa empat orang termasuk dosen yang masih melantunkan ayat-ayat suci untuk menyadarkan keduanya.

Nggak lama setelah itu..

Kriiett..

Semuanya menoleh ke arah pintu dan nggak ada siapa pun di sana. Tapi pintu itu sedikit terbuka.

“AAAKKHHH iii iituuu tadi ituu di pintu” tangan Ririn bergetar menunjuk ke arah pintu itu.

“Riin ora ana opo-opo, ojo ngono!” kata ketua kelas.

Ririn menjerit dengan hebatnya ketika sosok tersebut membisikkan sesuatu ditelinganya disertai dengan suara cekikikan khas.

Deg.. deg.. deg..

“Hah..hah...,” nafas Ririn semakin nggak beraturan, ia memandangi semua yang ada di ruangan itu. Tangannya menggenggam tangan satunya dengan sangat kuat.

Ia merasa pundaknya sangat berat seperti ada yang berusaha ingin mengambil alih tubuhnya. Ririn tahu jika memang makhluk yang dilihatnya tadi ingin masuk ke tubuhnya, tapi ia menahan dengan sekuat tenaga.

“Nggakk nggaakk, tolong tolongg,” ia merintih kesakitan sembari memegangi tubuhnya bagian belakang.

Tangannya mengepal, ia menunduk melafalkan doa-doa yang dipelajarinya. Satu per satu benturan ia lewati selama beberapa menit dengan bantuan dosen yang turut memegangi dirinya.

Setengah jam kemudian, seorang dosen yang dikenal sangat religius berlari menuju ruangan itu. Ketika ia sampai, Erika dan Dwi mengerang hebat.

“AAKKKHHH metu kowe!!” ucap Dwi dengan tangannya menunjuk ke dosen tersebut.

Dosen itu menyuruh mahasiswa yang tersisa memegangi dua mahasiswi tersebut. Ia memegangi dahi Erika dengan berkomat-kamit melafalkan doa.

Sementara Erika kembali meringis kesakitan setelah beberapa doa dilantunkan. Begitu pula dengan Dwi yang berada di sebelah Erika.

“Metu ojo ganggu mahasiswaku, metu! Alammu dudu ning kene,” ucap dosen tersebut yang tengah berusaha menyadarkan keduanya.

Usai pembacaan ayat kursi, kedua mahasiswi tersebut pingsan dan mereka pun dipindahkan ke ruangan lain.

Namun tiba-tiba..

Saat Ririn beranjak meninggalkan ruangan, sosok itu kembali muncul tersenyum lebar ke arahnya.

Jarak antara Ririn dengan makhluk tersebut lumayan jauh namun ia mendengar sosok itu berbisik sangat dekat di telinganya.

“Bsst bsst bsst, kowe iso ndelok aku” dengan samar Ririn mendengarnya disertai suara cekikikan menggelegar.

BLAARRR

Ia pun membanting pintu, berlari terbirit-birit ketakutan. Sesekali ia menengok memastikan sosok itu. Ternyata sosok itu masih saja berdiri tersenyum lebar dengan muka retak ke arah Ririn yang berlari.

Sejak kejadian itu, gedung C6 lantai 3 jarang digunakan terlebih saat malam hari. Bahkan pihak kampus mewanti-wanti agar mahasiswa yang berada di gedung tersebut tidak melamun. Sebab, penghuni lantai tersebut sangat menyukai mahasiswa atau siapa saja yang melamun sendirian.

Merinding! Kisah Mencekam Lantai 3 Gedung FE Universitas Negeri Semarang (UNNES)

Hmm bagaimana Sobat Zona, pernahkah bernasib seperti Ririn dan teman-temannya tadi? Yuk sharing sama Sans tentang berbagai cerita horor lainnya yang mungkin ada di kampus kalian. Boleh tulis di kolom komentar ya. Sampai jumpa.

Baca Juga: Ngeri! Kisas Horor Dosen Ghaib Universitas Negeri Semarang (UNNES)

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150