zonamahasiswa.id - Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini menjadi sorotan publik dalam acara Hari Disabilitas Internasional 2021. Ia memaksa penyandang tuna rungu untuk berbicara tanpa menggunakan alat bantu.
Aksi Risma itu terjadi pada 1 Desember 2021 di Gedung Aneka Bhakti Kemensos, yang juga disiarkan langsung melalui channel YouTube Kemensos RI.
Baca Juga: Kisah Guru Difabel, Hanya Punya 1 Murid dan Belajar di Gudang, Luar Biasa Semangatnya
Awal Mula Kejadian
Menanggapi hal tersebut, Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) pun merasa tersinggung atas tindakan Risma.
"Kami merasa tersinggung, bahkan merasa heran karena omongan Ibu Risma itu mencerminkan pelanggaran UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas," tulis Gerkatin dalam keterangan tertulis, Kamis (2/12).
Mereka pun mengingatkan soal pasal penghormatan terhadap penyandang disabilitas tuli. Termasuk pelanggaran hak berekspresi mereka.
"Intinya, ada pasal penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas rungu/tuli, hak berekspresi dan hak memperoleh informasi dan komunikasi," lanjutnya.
Awalnya Risma di atas panggung bersama penyandang disabilitas rungu wicara dan autisme bernama Anfield Wibowo. Anfield gemar melukis, sehingga membawa lukisannya yang baru saja dibuat ke lokasi. Ia lantas memegang mikrofon dan mencoba berbicara.
"Apa? Yang mau disampaikan ke Ibu apa?" tanya Risma ke Anfield.
Anfield tampak memegang kertas dan mencoba berbicara. Seorang juru bicara bahasa isyarat membantu memperjelas apa yang ingin Anfield sampaikan.
"Selamat siang, Ibu dan Bapak, hadirin sekalian di sini. Semoga Ibu Menteri suka dengan lukisan Anfield. Terima kasih," kata Anfield melalui juru bicara bahasa isyarat di Kemensos.
Terus Meminta Tuna Rungu Wicara Berbicara
Setelah itu, Risma mengajak seorang penyandang tuna rungu wicara lain bernama Aldi ke atas panggung.
"Aldi, ini Ibu. Kamu sekarang harus bicara, kamu bisa bicara. Ibu paksa kamu untuk bicara. Ibu nanam... eh melukis, tadi melukis pohon, ini pohon kehidupan. Aldi ini pohon kehidupan. Ibu lukis hanya sedikit tadi dilanjutkan oleh temanmu, Anfield. Nah, Aldi, yang Ibu ingin sampaikan, kamu punya di dalam, apa namanya, pikiranmu, kamu harus sampaikan ke Ibu, apa pikiranmu," ucap Risma.
"Kamu sekarang, Ibu minta bicara, nggak pakai alat. Kamu bisa bicara," imbuh Risma.
Lalu, Aldi tampak mencoba berbicara tapi suaranya lirih. Sementara itu, Risma terus memintanya berbicara tanpa menggunakan alat bantu.
Kemudian, seorang perwakilan Gerkatin bernama Stefanus naik ke panggung. Ia berbicara menggunakan bahasa isyarat yang diterjemahkan langsung oleh juru bicara bahasa isyarat.
"Ibu, mohon maaf, saya mau berbicara dengan ibu sebelumnya," ucap Stefanus.
"Bahwasanya anak tuli itu memang menggunakan alat bantu dengar tapi tidak untuk kemudian dipaksa bicara. Tadi saya sangat kaget ketika ibu memberikan pernyataan. Mohon maaf, Bu, apa saya salah?" imbuhnya.
"Nggak, nggak," jawab Risma.
"Saya ingin menyampaikan bahwasanya bahasa isyarat itu penting bagi kami, bahasa isyarat itu adalah seperti mata bagi kami, mungkin seperti alat bantu dengar. Kalau alat bantu dengar itu bisa mendengarkan suara, tapi kalau suaranya tidak jelas itu tidak akan bisa terdengar juga," kata Stefanus.
Baca Juga: Viral! Hina Nama Desa, Mahasiswa KKN Unja Diusir oleh Warga Sekitar
Mengaku Tidak Mengurangi Peran Bahasa Isyarat
Setalah itu, Risma memberikan penjelasan. Ia mengaku tidak mengurangi peran dari bahasa isyarat untuk para penyandang disabilitas tunarungu wicara.
"Stefan, Ibu tidak... Ibu tidak mengurangi bahasa isyarat, tapi kamu tahu, Tuhan itu memberikan mulut, memberikan telinga, memberikan mata kepada kita. Yang ingin Ibu ajarkan kepada kalian, terutama anak-anak yang dia menggunakan alat bantu dengar sebetulnya tidak mesti dia bisa, sebetulnya tidak mesti bisu. Jadi karena itu kenapa ibu paksa kalian untuk bicara? Ibu paksa memang, supaya kita bisa memaksimalkan pemberian Tuhan kepada kita, mulut, mata, telinga. Jadi Ibu tidak melarang menggunakan bahasa isyarat tapi kalau kamu bisa bicara maka itu akan lebih baik lagi," kata Risma.
Risma lantas mengaku belajar tentang hal itu dari Angkie Yudistia, yang merupakan penyandang tuna rungu dan saat ini menjadi Staf Khusus Presiden Joko Widodo. Ia menyebut Angkie berlatih berbicara sehingga bisa sejelas sekarang.
"Saya belajar ini dari Mbak Angkie. Mbak Angkie dulu pada waktu berapa tahun lalu waktu Ibu awal jadi wali kota ketemu dengan Mbak Angkie. Saat itu Mbak Angkie bicaranya tidak jelas seperti sekarang, tapi sekarang karena dilatih terus oleh Mbak Angkie, sekarang bicaranya sangat jelas. Mengerti, ya, Stefan?" kata Risma.
Kemudian Stefan merespons penjelasan Risma dengan mengatakan kemampuan bicara anak tuli itu berbeda-beda.
"Jadi kemampuan bicara anak tuli itu bermacam-macam. Jadi ada yang memang tuli sejak kecil seperti Mbak Angkie. Kemampuan bahasa isyaratnya juga beragam-ragam, ada yang bisa berbahasa isyarat, ada yang tidak bisa berbahasa isyarat. Jadi itu yang harus dihargai. Plus bahasa isyarat itu bisa memberikan pemahaman pada orang tuli. Contohnya ada juru bicara bahasa isyarat, orang tuli bisa melihat juru bicara bahasa isyarat dengan jelas ketika situasi acara seperti ini. Itu juga sebuah akses bagi kami," kata Stefan melalui juru bicara bahasa isyarat.
"Aku sangat setuju itu, tapi saya berharap kita harus mencoba. Setuju? Kita harus mencoba," kata Risma kemudian.
"Saya hanya ingin menyampaikan saja. Mohon maaf tadi bukan tidak menghormati Ibu, bukan tidak setuju dengan Ibu, tapi saya hanya ingin menyampaikan pendapat saya saja," ucap Stefan.
Mensos Risma Tuai Kecaman Setelah Paksa Bicara Penyandang Tuna Rungu, Begini Penjelasannya
Itulah ulasan mengenai Mensos Tri Rismaharini yang memaksa penyandang tuna rungu berbicara. Hal ini bukan ia lakukan tanpa alasan. Namun, atas tindakannya tersebut banyak pihak yang mengecam dan mengaku kecewa.
Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti informasi seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan serta aktifkan notifikasinya ya. Sampai jumpa.
Baca Juga: Terharu, Mahasiswa Ini Tetap Ikut Wisuda Sambil Berjuang Melawan Penyakitnya
Komentar
0