zonamahasiswa.id - Jika ada orang yang pantas disebut malaikat tak bersayap, maka Pak Parmin adalah salah satu orangnya. Sosok guru SD sederhana ini rela mendatangi muridnya di lereng gunung selama pandemi karena tak adanya akses internet.
Pengorbanan Pak Parmin
Sosok Pak Parmin tak ubahnya guru sekolah paruh baya yang biasa ditemui. Pembawaannya begitu bersahaja dan begitu berdedikasi untuk mengajarkan ilmu kepada muridnya, tercermin dari kisahnya satu ini.
Saat dunia dilumpuhkan oleh pandemi Covid-19, Pak Parmin sebagai seorang guru sekolah dasar (SD) ikut kebingungan. Saat itu, seluruh lembaga pendidikan di Indonesia diwajibkan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajarnya secara online.
Pak Parmin (58) adalah seorang guru SD di Desa Senden, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Dengan topografi daerah yang berbukit bergunung, praktis daerahnya itu jadi salah satu daerah yang minim akses internet.
Kegiatan belajar mengajar (KBM) yang harusnya dijalankan secara online, akhirnya menjadi kendala utama bagi Pak Parmin. Karena susahnya sinyal internet ditambah tak semua siswa memiliki ponsel dan kuota, akhirnya memaksa Pak Parmin untuk turun langsung mendatangi rumah murid-muridnya selama 2 tahun pandemi.
Pak Parmin dengan ikhlas mendatangi rumah-rumah muridnya agar mereka tetap bisa belajar seperti anak-anak di daerah lainnya. Untuk itu, Pak Parmin harus menempuh jarak sejauh 20 km setiap harinya.
Rute yang dilewati Pak Parmin setiap harinya penuh dengan tanjakan, turunan, serta jalan sempit yang terletak di kaki Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, Selo, Boyolali.
Meskipun jarak yang ditempuh begitu jauh dan terjal, namun Pak Parmin beralasan jika rute tersebut juga sejalan dengan arah ketika ia mengantar istrinya berjualan di Pasar Cepogo.
Pak Parmin rela mengajar muridnya secara langsung meski sedang pandemi karena menurutnya pembelajaran tatap muka (PTM) dirasanya lebih bisa mendidik karakter anak jadi lebih menurut daripada mereka yang dididik melalui online.
"Kenapa saya memilih mengajar di sini, karena istri saya jualan di Cepogo. Jadi setiap pagi kan bareng sama saya berangkatnya, lalu pulang nanti saya jemput. Kemudian kalau tatap muka seperti ini kan, saya bisa langsung mengamati pekerjaan anak," ucap Pak Parmin.
Mengajar di 7 Dusun Kaki Gunung
Pak Parmin mengungkapkan jika selama pandemi Covid-19, dirinya tak pernah sekalipun menerima bantuan uang, ponsel ataupun perangkat internet dari pemerintah untuk kepentingan murid-muridnya.
"Saya mengajar sudah selama 7 bulan itu ya tidak mendapatkan anggaran dari sekolah. Dari mana-mana juga tidak dapat, ya itu inisiatif saya sendiri, bensin saya juga beli sendiri," akunya.
Selama pandemi, Pak Parmin harus memberikan pembelajaran tatap muka kepada muridnya di 7 dusun (dukuh) yang tersebar di Kabupaten Boyolali. Ia akan mengalokasikan waktu 30 menit untuk setiap dukuh dan akan berpindah ke dukuh lain menggunakan sepeda motor.
Kegiatan mengajarnya itu akan dimulai sejak pukul 07.30 hingga 12.00 WIB. Faktanya, Pak Parmin hanya mengajar murid kelas 4 saja. Namun ia tak menutup pintu jika murid kelas lain ingin minta diajar juga.
Namanya Pak Parmin, Guru Asal Boyolali yang Kisahnya Menginspirasi
Malaikat Tak Bersayap! Guru SD di Boyolali Rela Datangi Siswa di 7 Dusun Kaki Gunung selama Pandemi Karena Tak Ada Ponsel
Itulah ulasan mengenai kisah inspiratif Pak Parmin, guru SD dari Boyolali yang rela mengajar siswanya yang tersebar di 7 dusun kaki gunung selama pandemi lantaran minimnya akses internet.
Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.
Baca juga: Kepala Sekolah Sebut Siswa yang Bakar Sekolah di Temanggung Hanya Caper Minta Perhatian
Komentar
0