zonamahasiswa.id - Halo, Sobat Zona. Apa kabar? Semoga baik dan sehat selalu ya. Kali ini Sans balik lagi nemenin kalian dengan beragam cerita horor yang ada di kampus di Indonesia.
Seperti sebelumnya, Sans masih betah banget nih mengulas cerita-cerita yang ada di kampus Jakarta. Kalau kemarin Sans sudah mengulas hantu di asrama Universitas Indonesia (UI). Kali Sans akan bawa kalian ke Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta.
Cerita ini datang dari mahasiswa yang berawal ingin nongkrong di kampus tapi justru bertemu dengan sosok kuntilanak menyeramkan. Nah sebelum masuk ke ceritanya, mari kita simak informasi berikut.
Universitas satu ini berdiri pada 5 Desember 1953 di Jakarta. Dahulu kampus ini bernama Perguruan Tinggi Djurnalistik (PTD) dan beralamat di Jl. Raya Lenteng Agung 32 Jakarta Selatan.
Pada 4 Mei 1960, nama universitas tersebut diubah menjadi Perguruan Tinggi Publisistik (PTP). Lalu tertanggal 27 Juli 1985 dikembangkan kembali menjadi Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta.
Bukan hanya cerita tentang keunggulan kampusnya, namun banyak kisah horror yang menyelimuti kampus tersebut. Salah satunya seperti pengalaman mahasiswa yang bertemu sosok kuntilanak menyeramkan penunggu pohon nangka.
Oke nggak perlu panjang lebar, langsung aja Sans mulai ceritanya. Eh tapi sebelum itu, ingat ritual sebelum membaca cerbung yaitu matikan lampu dan aktifkan mode horornya. Selamat membaca!
Kilas balik tahun 2015 silam, Arya saat itu masih duduk di semester 5. Mahasiswa satu ini dikenal supel hingga punya banyak teman.
Nggak heran hampir setiap hari ada aja yang ngajakin jalan atau nongkrong. Sayangnya, waktu Arya sangat minim karena dirinya harus bekerja di daerah Depok.
Suatu ketika, ia diajak oleh salah satu temannya untuk nongkrong di kampus setelah kelas. Hari itu, Arya nggak masuk kelas gegara ada rapat dadakan di kantor.
Akhirnya ia cuma bisa ikut nimbrung setelah pulang kerja. Ia buru-buru menyelesaikan pekerjaannya agar cepat bertemu dengan teman-temannya.
Arya pun datang sekitar pukul 8 malam dengan kondisi kampus sepi. Hanya beberapa mahasiswa yang mengerjakan tugas saja yang tersisa.
Ia menuju tongkrongannya, namun di sana justru tak ada seorang pun. Alhasil, ia menghubungi Alex temannya yang mengajak dirinya nongkrong di kampus.
“Halo Lex, lu di mana? Gua udah di kampus nih, baru nyampe,” kata Arya.
“Lah di Dio nggak ngabarin lu? Gua bilang sama dia kalo nggak jadi nongkrong gara-gara bokap gua nyuruh balik ke Depok sekarang juga,” terang Alex.
“Miskom lagi tuh bocah. Yauda deh gua ngadem di sini aja,” gerutunya.
“Lu nggak balik? Hati-hati ditemenin Mbak Kunti hahaha,” ucapnya dengan mengejek.
“Yaelah seumur-umur gua nggak pernah liat begituan, kagak takut mau ditampakin kayak gimana,” ucap Arya dengan lagaknya.
“Wkwkwk gua tutup dulu, bye,” pamit Alex yang langsung mematikan samungan telepon.
Arya sempat memperhatikan keadaan sekitar dan untungnya masih ada dua mahasiswa yang sedang memadu kasih.
Menghiraukan pemandangan yang membuat siapa saja iri, Arya duduk menyandar ke tembok sembari bermain ponsel. Karena tak mau kesepian, akhirnya ia mendengarkan lagu kesukaannya.
It's been a long day without you, my friend
And I'll tell you all about it when I see you again
We've come a long way from where we began
Oh, I'll tell you all about it when I see you again
When I see you again…
Terlarut dengan lagu favoritnya itu, rasanya lidah Arya terasa kelu. Ia pun mengeluarkan sepuntung rokok dari sakunya.
Rokok itu mengebulkan asap yang membuat Arya sempat membuatnya tersedak. Arya merogoh tasnya dan tak menemukan minuman di sana.
Ia berinisiatif mencari minuman di sekitaran kampus. Biasanya ada satpam kampus yang suka berkeliling sambil bawa air putih.
Meninggalkan motornya, ia berjalan dekat pos satpam. Tapi sayang, ia tak bertemu dengan satpam yang kerap dipanggilnya dengan sebutan Babe.
“Aelah Babe nggak di kandangnya lagi, seret banget tenggorokan gua,” gumamnya.
Ia pun kembali ke tempatnya semula. Namun dari arah belakang, Arya samar-samar mendengar suara langkah kaki yang sedang mengikutinya.
Arya sengaja tak menoleh ke belakang, ia berjalan cepat dengan menggenggam korek yang dijadikan sebagai senjatanya.
Tap tap tap…
Langkah kaki itu semakin dekat, perlahan, dan…
Akkhhh!!!
“Kenapa lu, kesambet?” tanya pria berbaju satpam.
“Yaelah Be, gua cariin kemane ternyata lagi ngeronda,” kata Arya yang sudah keringat dingin karena dikagetkan.
“Lagian lu sendiri di mari, Babe nggak liat tuh gerombolan lu,” ucap Babe.
“Udah pulang Be, katanya ada urusan dadakan di Depok,” jelasnya.
“Oiya Be minta minum dong, seret banget nih tenggorokan,” timpalnya.
“Lu jangan kemaleman di sini, Babe mau tidur cepet male mini,” tutur Babe.
Arya hanya membalas omongan Babe dengan anggukan kepala. Babe pun melanjutkan tugasnya untuk berpatroli di sekitar kampus.
Sementara Arya kembali ke tempat semula. Ia menghisap rokoknya yang hampir habis. Pikirannya seakan melayang ketika merenungi kerjaan dan tugas yang menumpuk.
Drrt.. drrt..
“Shit!” umpatnya dengan gelagapan.
Ia kaget dengan notif ponselnya yang menandakan ada pesan masuk. Itu dari Dea pacarnya. Arya hanya membaca sekilas kemudian melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 10 malam di ponselnya.
Arya ingat dengan perkataan Babe yang katanya ingin tidur cepat. AKhirnya ia pun memutuskan untuk pulang.
Ia merogoh kunci motor dari saku celananya dan mulai mengendarakan motornya itu ke arah gebang. Sesampainya di sana, ia malah dikejutkan dengan gerbang yang ternya terkunci dari luar.
“Lah si Babe kebiasaan nyimpen kunci di mane coba,” gerutunya dengan kesal.
Arya memutar motornya menuju pos satpam. Ia tak melihat Babe di sana, karena nggak mau sendirian di pos satpam dekat gedung yang katanya berhantu. Arya pun kembali ke arah gerbang dan menunggu di sana.
Namun tak berselang lama setelah dirinya menunggu, ia melihat seseorang memanggilnya dari kejauhan.
Arya…
Suara itu sangat akrab di telinga Arya hingga ia menyimpulkan “apa jangan-jangan Dea?” Batinnya saat itu dan mencoba mencari sumber suara tersebut.
Entah muncul dari mana, ia melihat siluet wanita berambut panjang di sekitaran gedung dekat pohon nangka. Arya memakirkan motornya di bawah pohon tersebut, lalu mencoba mendekati perempuan yag dilihatnya.
Anehnya perempuan itu tiba-tiba tak terlihat kembali. Ia berpikir mungkin perempuan tersebut jalan ke arah lain. Lalu mungkin saja itu pacar Arya yang bernama Dea.
Setelah mencari dan mengitari tempat di sekitar pohon nangka itu, ia tak menemukan siapa pun. Batinnya bergejolak terheran-heran dengan kehadiran seorang perempuan yang menghilang secara tiba-tiba.
Tak mau ketakutan di sana, ia pun menghidupkan kembali motornya dan melaju ke arah gerbang menunggu Babe.
Bremm..
Arya..
Ya Arya..
Suara itu kembali terdengar, kini suaranya sangat dekat seperti berbisik di telinganya. Bulu kuduk Arya seketika berdiri dengan hembusan angin yang kian dingin.
Ia kembali mencari arah suara perempuan tersebut. Arya ingat dengan cerita horror yang menyelimuti pohon nangka di kampus tersebut.
Ia pun mendongak ke atas dan..
“Aku di sini,” kata sosok itu dengan melambaikan tangan.
Seketika Arya terdiam membeku menyaksikan sosok kuntilanak nangkring di atas pohon nangka dengan rambutnya yang sangat panjang.
Dengan gemetar, ia berusaha menghiraukan panggilan sosok itu dengan menyalakan kembali motornya yang sempat dimatikan. Ia melaju dengan kecapatan penuh dan..
BRAKK!!
Arya menabrak tong sampah, ia berlari meninggalkan motornya karena mendengar suara tawa kuntilanak yang menggelegar di telinganya.
Hosh hosh..
“Lu kenapa lagi? Abis dikejar setan?” tanya Babe yang menganggetkan Arya.
“Be gua pingin pulang, ada kuntilanak di sono,” tuturnya dengan gemetaran.
“Hush udah ke pos satpam dulu aja,” kata Babe.
Satpam itu membawa Arya menuju pos satpam dengan mengendarai motornya. Di sana ia menenangkan mahasiswa itu yang masih syok dengan penampakan yang dilihatnya.
Akhirnya Babe menceritakan kejadian-kejadian horror yang dialaminya. Salah satunya, ia juga pernah bertemu dengan sosok kuntilanak yang suka menggoda dengan memanggil orang.
Setelah kejadian mengerikan itu, Arya enggan ke kampus sendirian saat malam hari. Mending ia absen nongkrong daripada harus bertemu dengan sosok kuntilanak tersebut.
Kuntilanak Penunggu Pohon Nangka di Kampus IISIP Jakarta
Entah ada yang percaya atau tidak dengan pengalaman mahasiswa yang melihat penampakan kuntilanak penunggu pohon nangka di kampus tersebut. Barangkali ada yang pernah mengalami kejadian serupa? Kalau ada, jangan lupa untuk menulisnya di kolom komentar ya. Sampai jumpa.
Komentar
0