Berita

Kisah Mahasiswa Akui Idap Spinal Muscular Atrophy hingga Putuskan Cuti Kuliah

Nisrina Salsabila 07 September 2022 | 11:48:05

zonamahasiswa.id - Viral di media sosial TikTok, sebuah curhatan dari seorang mahasiswa yang menceritakan kondisinya saat ini. Diketahui, mahasiswa tersebut mengenyam pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Dalam video itu, ia mengaku mengidap Spiral Muscular Atrophy (SMA) yang menyebabkan kesehatan dirinya menurun.

Baca Juga: Terobsesi Hidup Sehat, Mahasiswa Kedokteran Justru Derita Anoreksia

Cerita Mahasiswa Mengidap Spinal Muscular Atrophy

Melansir akun TikTok @affettuoso mengungkap dirinya merupakan seroang mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta yang baru saja duduk dibangku semester lima. Dalam videonya, ia memberikan keterangan terkena Spinal Muscular Atrophy.

"Kuliah di UAD udah mau semester 5, eh kena Spinal Muscular Atrophy gila banget takdir gue," tuturnya.

Lantas, ia mengatakan memutuskan mengambil cuti kuliah untuk fokus menjalani terapi. Lebih lanjut, dirinya menjelaskan jika ada perubahan yang baik lagi ia akan melanjutkan perkuliahannya di UAD. Namun kalau tidak, ia akan melanjutkan pendidikannya di Universitas Terbuka (UT).

"Aku mutusin cuti kuliah dulu buat fokus terapi. Kalau ada perubahan baik, aku lanjut di UAD tapi kalau gak aku lanjut UT. Bismillah aku gak nyerah guys," terangnya.

Video yang diunggah mahasiswa tersebut kemudian viral dan mendapat banyak dukurangan dari warganet. Namun, mereka juga mempertanyakan penyakit yang diidap mahasiswa tersebut yaitu Spinak Muscular Atrophy.

Jika menyadur Bisnis.com melalui lama ugm.ac.id, Spinal Muscular Atrophy merupakan penyakit otot yang ditandai oleh melemahnya otot. Biasanya, penyakit ini bisa muncul sejak bayi baru lahir atau baru muncul saat usia telah dewasa.

Mengenai ini, dokter spesialis anak sekaligus dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Dian Kesumapramudya Nurputra menyebut penyakit tersebut diakibatkan oleh adanya defisiensi atau kekurangan protein SMN (Survival of Motor Neuron) atau bisa disebut protein yang sangat penting untuk fungsi saraf yang mengontrol otot.

"Kejadiannya cukup banyak, di Indonesia itu pada 1 di antara 6.000 bayi yang lahir hidup hingga 1 dari 10.000 bayi itu menderita SMA, walaupun gejalanya muncul saat bayi lahir atau nanti pada saat dewas," jelas Dian melalui webinar yang diselenggarakan Keluarga Alumni Gadjah Mada (KAGAMA) pada Sabtu (20/8).

Sementara, gejala yang ditimbulkan biasanya berupa masalah gerakan seperti kesulitan duduk, merangkak, atau berjalan. Kemudian tangan dan kaki melemah, lalu otot berkedut atau gemetar. 

Gejala lainnya berupa masalah tulang dan persendian, seperti tulang belakang yang tidak bisa melengkung (Skoliosis), susah menelan, hingga kesulitan bernafas. Sedangkan penyebab penyakit ini umumnya disebabkan oleh mutasi genetik. Biasanya pun, penyakit ini muncul karena faktor keturunan.

Penyakit tersebut bisa muncul karena kekurangan protein Survival of Motor Neuron (SMN). Sebagai informasi, neouron motorik merupakan sel saraf di sumsum tulang belakang yang bertanggung jawab untuk mengirimkan sinyal ke otot. 

Spinal Muscular Atrophy (SMA) dapat terjadi karena adanya mutasi gen bernama SMN1. Lantas, kekurangan protein pada Survival of Motor Neuron (SMN) dapat menyebabkan kematian motor neuron. Tanpa adanya motor neuron, maka ada terdeteksi ada koneksi yang hilang antara otak dengan otot gerak.

Dalam artian, ada kerusakan pada sel saraf pada otak dan sumsum tulang belakang. Akibatnya, otak berhenti mengirimkan sinyal yang mengontrol gerak otot.

Tipe Spinal Muscular Atrophy

1. Tipe 0

Tipe ini merupakan yang paling jarang dan paling berat. SMA tipe 0 diketahui berkembang saat janin. Lantas, janin atau bayi dengan SMA tipe ini biasanya tidak banyak bergerak selama dalam kandungan dan lahir dalam masalah sendi, otot lemah, dan berkaitan dengan pernapasan. Biasanya bayi tidak bisa bertahan hidup dikarenakan kesulitan bernapas.

2. Tipe 1

Tipe ini juga termasuk dalam kategori berat, karena ada permasalahan dengan kaki dan lengan lemah serta kesulitan menelan. Biasanya anak dengan SMA tipe 1 tidak bisa sampai usia dua tahu karena masalah pernapasan.

3. Tipe 3

Pada SMA tipe ini, gejala mulai muncul pada usia 2 hingga 17 tahun. Spinal Muscular Atrophy tipe 3 merupakan yang paling ringan. Di mana kondisi anak masih bisa berdiri atau berjalan tapi mengalami masalah ketika berlari, naik tangga atau bangun dari kursi. Ketika tumbuh dewasa pun, dia akan memerlukan kursi roda untuk mobilitas.

4. Tipe 4

Spinal Muscular Atrophy (SMA) tipe 4 ini mulai muncul saat usia dewasa. Gejala yang meliputi pun berupa kelemahan otot, kedutan, atau mengalami masalah pernapasan. Penyakit ini pun biasanya akan mempengaruhi lengan atas dan kaki. Gejalan yang muncul akan tetap ada sepanjang hayat, namun dengan latihan dan terapi secara teratur dapat membantu pasien untuk bergerak dan hidup dengan normal.

Kisah Mahasiswa Akui Idap Spinal Muscular Atrophy hingga Putuskan Cuti Kuliah

Itulah ulasan mengenai seorang mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang menceritakan dirinya mengidap penyakit Spinal Muscular Atrophy hingga menyebabkan dirinya memutuskan untuk cuti dalam perkuliahan.

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.

Baca Juga: Gegara Skripsi, Mahasiswa Ini Dipasung Akibat Alami Anxiety Disorder

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150