
Zona Mahasiswa - Mahasiswa semester akhir, mari kita bicara jujur. Salah satu bagian skripsi yang sering bikin pusing tujuh keliling, tapi krusial banget, adalah Latar Belakang Masalah. Banyak yang cuma nulis asal jadi, padahal di sinilah "nyawa" penelitianmu berada. Kalau latar belakangmu lemah, jangankan penguji, dosen pembimbing pun mungkin akan langsung geleng-geleng kepala.
Baca juga: Ini Dia Step by Step Pengerjaan Skripsi Biar Nggak Tersesat!
Artikel ini akan membongkar tuntas mengapa justifikasi latar belakang itu penting dan bagaimana cara membuatnya agar kamu siap sidang dengan percaya diri.
Latar Belakang Masalah: Jantung Penelitianmu
Bayangkan sebuah film tanpa prolog yang jelas, atau sebuah cerita tanpa pengantar yang menarik. Pasti bingung, kan? Nah, Latar Belakang Masalah (LBM) itu persis seperti prolog dalam skripsimu. Ini adalah bab pertama, kesan pertama, dan fondasi yang menentukan apakah penelitianmu layak dilanjutkan atau tidak.
LBM adalah tempatmu menjustifikasi atau membenarkan mengapa penelitian ini penting dan harus dilakukan. Di sinilah kamu meyakinkan pembaca—terutama dosen pembimbing dan penguji—bahwa ada masalah nyata yang perlu dipecahkan atau fenomena menarik yang perlu diteliti.
Mengapa LBM sangat penting?
- Menarik Perhatian: LBM yang kuat akan membuat pembaca tertarik untuk tahu lebih banyak tentang penelitianmu.
- Menunjukkan Urgensi: Kamu harus bisa menyampaikan mengapa penelitian ini mendesak dan relevan untuk dilakukan saat ini.
- Memperlihatkan Pemahamanmu: Dari LBM, dosen bisa menilai seberapa dalam pemahamanmu tentang topik yang kamu teliti.
- Menjadi Fondasi Bab Selanjutnya: Rumusan masalah, tujuan, hingga kesimpulan semua bermula dari apa yang kamu sampaikan di LBM. Kalau LBM-nya goyah, seluruh bangunan skripsi bisa roboh.
Justifikasi Latar Belakang: Apa Saja "Dagingnya"?
Untuk membuat LBM yang kuat, kamu perlu memasukkan beberapa elemen kunci yang saling terkait. Ini dia "daging" yang harus ada dalam justifikasi latar belakangmu:
1. Pernyataan Umum tentang Topik (Konsep Dasar)
Mulailah dengan gambaran umum tentang topik atau fenomena yang ingin kamu teliti. Jangan terlalu luas, tapi cukup untuk memberikan konteks.
- Tujuan: Memperkenalkan pembaca pada area penelitianmu.
- Contoh: Jika meneliti tentang work-life balance karyawan, mulailah dengan menjelaskan pentingnya keseimbangan kehidupan kerja di era modern yang penuh tekanan.
2. Fenomena atau Isu yang Kamu Amati (Data dan Fakta)
Ini adalah bagian paling penting. Kamu harus menjelaskan apa yang terjadi di lapangan yang membuatmu tertarik untuk meneliti. Jangan hanya beropini, tapi sajikan data, fakta, atau observasi konkret.
- Tujuan: Menunjukkan bahwa masalah atau fenomena itu benar-benar ada dan nyata.
- Contoh:
- "Angka turnover karyawan di perusahaan X meningkat 20?lam setahun terakhir berdasarkan data HRD perusahaan." (Data)
- "Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti, 70% karyawan startup di Malang merasa kesulitan memisahkan waktu kerja dan pribadi." (Observasi/Survei Awal)
- "Beberapa pemberitaan media massa (Sebutkan nama media dan tanggalnya) juga menyoroti tingginya angka burnout di kalangan pekerja lepas di Indonesia." (Fakta dari Media)
- Kesalahan Umum: Hanya mengandalkan opini pribadi atau klaim tanpa bukti. Dosen akan langsung skeptis.
3. Konsekuensi dari Fenomena/Isu (Dampak Negatif/Implikasi)
Setelah menunjukkan adanya masalah, jelaskan dampak atau konsekuensi jika masalah itu terus berlanjut atau tidak diselesaikan. Ini akan memperkuat urgensi penelitianmu.
- Tujuan: Menekankan bahwa masalah ini serius dan butuh perhatian.
- Contoh: "Peningkatan turnover dan burnout karyawan dapat mengakibatkan penurunan produktivitas perusahaan, biaya rekrutmen yang tinggi, serta lingkungan kerja yang tidak kondusif."
4. Kesenjangan Penelitian (Research Gap) dan Urgensi
Ini adalah faktor penentu yang seringkali jadi alasan judul ditolak kalau tidak ada. Kamu harus menunjukkan apa yang sudah diteliti orang lain, dan apa yang belum/kurang diteliti sehingga penelitianmu menjadi relevan.
- Tujuan: Menjustifikasi kebaruan (novelty) dan kontribusi penelitianmu. Mengapa penelitianmu tidak hanya mengulang yang sudah ada.
- Strategi:
- Sebutkan Penelitian Terdahulu yang Relevan: "Penelitian oleh [Peneliti A, tahun] menunjukkan pengaruh X terhadap Y, namun penelitian tersebut dilakukan di konteks negara maju."
- Identifikasi Celahnya: "Meskipun demikian, belum ada penelitian yang secara spesifik mengkaji pengaruh X terhadap Y pada konteks [lokasi/subjek/variabel unik] di Indonesia."
- Tunjukkan Urgensi: "Oleh karena itu, penelitian ini menjadi mendesak untuk memahami fenomena tersebut dalam konteks lokal yang berbeda, sehingga memberikan pemahaman yang lebih komprehensif."
- Kesalahan Umum: Hanya merangkum penelitian orang lain tanpa menunjukkan gap atau kontribusi penelitianmu sendiri.
5. Argumen Penutup (Fokus Penelitian)
Akhiri LBM dengan pernyataan yang menegaskan kembali pentingnya penelitianmu dan mengarahkan pada rumusan masalah. Di sinilah kamu bisa secara eksplisit menyebutkan fokus penelitianmu.
- Tujuan: Memberi penekanan akhir mengapa penelitian ini penting dan apa yang akan kamu teliti.
- Contoh: "Berdasarkan permasalahan dan kesenjangan penelitian di atas, maka peneliti tertarik untuk menganalisis [Variabel X] dan [Variabel Y] pada [Objek/Subjek Penelitian] di [Lokasi Penelitian] untuk memahami lebih dalam fenomena [Fenomena Utama]."
Kesalahan Fatal dalam Justifikasi Latar Belakang yang Bikin Sidang Terhambat
Meskipun sudah tahu elemen-elemennya, banyak mahasiswa masih melakukan kesalahan yang sama. Jangan sampai kamu termasuk salah satunya!
1. Latar Belakang Berisi "Copy-Paste" dari Internet atau Skripsi Lain
- Masalah: Tidak ada orisinalitas, tidak menunjukkan pemahaman pribadi, dan berisiko plagiarisme. Dosen pembimbing pasti tahu jika kamu hanya menyalin.
- Solusi: Baca banyak sumber, lalu tulis kembali dengan bahasamu sendiri. Sintesiskan informasi, jangan hanya tempel.
2. Terlalu Banyak Opini Tanpa Bukti Konkret
- Masalah: LBM bukan kolom opini. Setiap klaim harus didukung data, fakta, atau kutipan dari sumber kredibel.
- Solusi: Cari statistik, laporan survei, berita valid, atau hasil observasi awal untuk mendukung setiap pernyataan tentang adanya masalah.
3. Tidak Ada "Benang Merah" Antar Paragraf
- Masalah: LBM terasa seperti kumpulan paragraf yang berdiri sendiri, tidak ada alur cerita yang mengalir dari umum ke spesifik.
- Solusi: Gunakan kalimat transisi antar paragraf. Pastikan setiap paragraf membangun argumen dari paragraf sebelumnya dan mengerucut ke masalah penelitianmu.
4. Latar Belakang Sudah Berisi Landasan Teori Lengkap
- Masalah: Pembahasan teori punya bab tersendiri (Bab 2). LBM adalah tentang masalah dan urgensi.
- Solusi: Sebutkan teori hanya jika diperlukan untuk memperjelas konteks masalah. Jangan definisikan panjang lebar atau bahas tokoh-tokoh teori di LBM. Pindahkan ke Bab 2.
5. Justifikasi Research Gap yang Lemah atau Tidak Ada
- Masalah: Ini adalah kesalahan paling fatal! Jika kamu tidak bisa menunjukkan gap penelitian, berarti penelitianmu tidak memiliki kontribusi baru. Dosen akan langsung menanyakan, "Jadi apa bedanya penelitianmu dengan yang lain?"
- Solusi: Lakukan tinjauan pustaka awal yang mendalam. Temukan celah dari penelitian sebelumnya: apakah lokasi berbeda, subjek berbeda, metode berbeda, atau ada variabel baru yang ingin kamu uji.
6. Tidak Sinkron dengan Rumusan Masalah dan Judul
- Masalah: Latar belakang membahas masalah A, tapi rumusan masalah dan judulnya tentang B.
- Solusi: Pastikan ada koherensi yang kuat antara LBM, rumusan masalah, tujuan, dan judul. LBM harus menuntun pembaca menuju rumusan masalahmu.
7. Penggunaan Bahasa yang Bertele-tele atau Sulit Dipahami
- Masalah: Meskipun skripsi adalah karya ilmiah, bukan berarti harus menggunakan bahasa yang rumit dan berbelit-belit. Justru ini menunjukkan ketidakmampuanmu mengkomunikasikan ide secara efektif.
- Solusi: Gunakan bahasa yang jelas, lugas, dan baku. Hindari kalimat terlalu panjang. Pastikan setiap kata punya makna.
8. Kurangnya Referensi Kredibel atau Referensi yang Usang
- Masalah: Penggunaan referensi dari blog, Wikipedia, atau artikel berita tanpa sumber jelas akan meragukan validitas argumenmu. Menggunakan referensi yang sudah sangat lawas juga bisa membuat penelitianmu terkesan ketinggalan zaman.
- Solusi: Prioritaskan jurnal ilmiah bereputasi (nasional dan internasional), buku teks terbaru, laporan resmi, dan publikasi dari institusi akademik. Usahakan referensi dari 5-10 tahun terakhir untuk isu-isu yang cepat berkembang.
Strategi Jitu Membuat Justifikasi Latar Belakang yang Memukau Penguji
- Mulai dengan Kerangka: Sebelum menulis narasi panjang, buat outline atau poin-poin utama untuk setiap bagian LBM. Ini akan membantumu menjaga fokus.
- Kumpulkan Data Awal: Jangan tunda! Cari data statistik, hasil survei, atau observasi awal yang relevan dengan topikmu. Data ini akan menjadi "senjata" terkuatmu.
- Banyak Membaca, Lebih Banyak Menulis Ulang: Baca penelitian terdahulu yang relevan. Pahami isinya, lalu tuliskan kembali dengan bahasamu sendiri, sambil mencari gap atau celah yang bisa kamu isi.
- Gunakan Metode Piramida Terbalik: Mulai dari yang umum (konteks), mengerucut ke fenomena spesifik (data & fakta), lalu ke dampak, research gap, dan terakhir fokus penelitian.
- Perkuat dengan Kutipan dan Data: Setiap kali kamu membuat klaim tentang masalah, dukung dengan sumber yang kredibel. Jangan takut mengutip, tapi jangan pula terlalu banyak mengutip sampai LBM-mu didominasi kutipan.
- Review dan Revisi Berulang Kali: Jangan puas dengan draf pertama. Baca ulang, perbaiki tata bahasa, periksa alur, dan pastikan setiap argumen punya bukti. Mintalah teman atau senior untuk membantu proofread.
- Konsultasi dengan Dosen Pembimbing: Bawa draf LBM-mu ke DPL sesegera mungkin. Mereka akan memberikan masukan yang sangat berharga. Jadilah pendengar yang baik dan revisi sesuai arahan.
- Pahami Flow dari Judul, LBM, hingga Rumusan Masalah: Pastikan semuanya sinkron. Judulmu harus terwakili dalam LBM, dan LBM harus mengantarkan pembaca dengan mulus ke rumusan masalah.
Jangan Sidang Dulu Sebelum Ngerti Justifikasi Latar Belakang
Justifikasi latar belakang adalah kunci untuk meyakinkan dosen pembimbing dan penguji bahwa penelitianmu relevan, penting, dan memiliki kontribusi. Jangan anggap remeh bagian ini! Dengan memahami elemen-elemen pentingnya, menghindari kesalahan fatal, dan menerapkan strategi jitu, kamu bisa membuat Latar Belakang Masalah yang kokoh dan tidak terbantahkan.
Ketika tiba waktunya sidang, kamu akan bisa menjelaskan mengapa penelitianmu penting dengan percaya diri dan tanpa keraguan. Ingat, LBM yang kuat adalah tanda bahwa kamu sudah siap menjadi seorang sarjana yang cakap dalam melakukan penelitian.
Selamat berjuang, mahasiswa semester akhir! Jangan sidang dulu sebelum kamu benar-benar menguasai justifikasi latar belakangmu!
Baca juga: Mahasiswa Wajib Ngerti! Ini Hal-hal yang Perlu Kamu Siapkan Sebelum Berangkat KKN
Komentar
0