zonamahasiswa.id - Kata waria mungkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Dari banyaknya komunitas waria di Indonesia ini, ternyata terselip satu kisah seorang waria yang berbeda dari waria lainnya.
Kisahnya yang tak biasa ini diangkat oleh akun YouTube Detik Asa hingga banyak netizen bersimpati dan mengomentari kisah hidup waria maskulin satu ini.
Berangkat dari Keluarga Berpendidikan
Sosok pria berbadan maskulin ini tak seperti pria pada umumnya yang ada di sekitar kita. Pria maskulin ini akrab disapa Fani. Nama aslinya adalah Mujiono.
Fani bukan pria maskulin seperti tampilan fisik luarnya. Fani adalah seorang waria yang kini bertempat tinggal di kampung waria sejak muda. Kisah perjalanan hidup Fani ini dikulik oleh akun YouTube Detik Asa.
Seorang dokter yang menjadi host acara tersebut menghampiri Fani yang sedang duduk melamun. Fani begitu ramah ketika diajak mengobrol seputar kehidupan pribadinya.
Ia menceritakan kepada host jika dirinya enam bersaudara, sedangkan Fani sendiri merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Ia merupakan warga asal Palembang, namun kini merantau ke Pulau Jawa.
Melihat penampilannya yang maskulin dan sama sekali tidak feminin, Fani dengan tegas menjawab siapa jati dirinya ketika ditanya. "Saya waria. Karena begini ya, di dalam tubuh waria ini, ada yang penampilannya feminin, ada yang tidak. Tergantung dari mana sudut pandang keluarganya, yang peribahasanya saat kecilnya monoton (lebih) ke perempuan atau tidak. Nah kalau aku ini yang tidak," terangnya.
Fani pun juga menceritakan masa kecilnya yang dikatakannya begitu bahagia. Ia pun tidak pernah sekalipun disebut sebagai seorang 'bencong'. Fani menjelaskan jika masa kecilnya itu dididik dengan keras oleh sang bapak.
Didikan yang keras itu tak lepas dari profesi sang bapak yang tak lain adalah seorang tentara angkatan darat atau ABRI. Sang ibu sendiri bukan hanya seorang ibu rumah tangga, namun hingga kini masih dinas sebagai seorang bidan di salah satu rumah sakit di Kota Palembang.
Dan yang semakin mengejutkan, Fani ternyata bukanlah orang dengan latar belakang pendidikan yang rendah. Meskipun kini hidup di kampung waria, Fani sendiri merupakan seorang sarjana ekonomi.
Ia pun juga bersekolah di salah satu SMK dengan jurusan akuntansi ekonomi. Hal ini semakin membuktikan jika Fani adalah orang yang berpemikiran luas nan cerdas.
Fani pun sempat menceritakan masa kecilnya saat masih bersekolah. Diakuinya jika dirinya dulu cukup nakal bahkan sering mengolok-olok teman-temannya sendiri.
Dengan otak yang cerdas, tak jarang teman-teman SMP Fani meminta bantuannya dalam urusan pelajaran. Sebagai gantinya, Fani meminta dibelikan jajan hingga diantar jemput pulang pergi sekolah.
Latar Belakang dan Kisah Keluarga
Fani pun dengan jujur menceritakan kisah masa lalu bagaimana kehidupannya selama masih tinggal bersama dengan orang tuanya. Ia selalu dididik untuk pulang sekolah langsung ke rumah dan membereskan seisi rumah.
Tak hanya itu, ialah yang diberikan tanggung jawab untuk mengasuh adik-adiknya yang masih kecil di rumah. Kedua kakaknya saat itu selalu pulang sore, sedangkan bapak dan ibunya jarang berada di rumah karena kewajiban berdinas.
Dengan tanggung jawab itu, Fani akhirnya cakap dan terbiasa menggantikan posisi seorang ibu di rumah. Hingga akhirnya pasca lulus SMK, Fani memutuskan untuk merantau ke Jakarta karena bertekad tak ingin merepotkan orang tua.
Sesampainya di Jakarta, Fani akhirnya bertemu dengan seorang pria yang akhirnya menjadi bapak angkatnya selama di Jakarta. Ia pun dibiayai kuliah selama 6 tahun hingga akhirnya lulus kuliah dan resmi menyandang gelar sarjana.
Fani pun menceritakan bagaimana awal mula Fani bertemu dengan bapak angkatnya. "Kamu ini pintar, kamu tinggal di mana?," tanya bapak angkatnya. Melihat Fani yang saat itu mengamen di Jakarta, bapak angkat ini akhirnya mengajaknya pulang ke rumahnya dan membiayai pendidikan tingginya hingga lulus.
Perjalanannya untuk diterima sebagai seorang waria pun tidaklah mudah. Pihak keluarga dan orang lain sempat menentang keputusannya itu hingga Fani sempat mengalah dan menuruti semuanya. Namun diakuinya jika ia sangat kesakitan karena membohongi diri.
Kini, Fani tak hanya bekerja sebagai seorang pengamen. Ia mengaku jika dirinya juga berprofesi sebagai seorang perias pengantin bersama rekan-rekan waria lainnya.
Meskipun latar belakang keluarganya berpendidikan dan cukup terhormat, namun Fani mengaku tak ingin pulang ke kampung halaman. Hal ini dilakukannya demi menjaga perasaan adik-adiknya di hadapan warga sekitar.
Berikut ini video momen wawancara Fani, seorang waria berbadan maskulin: Fani, Waria Berbadan Maskulin Lulusan S1 Ekonomi.
Ini Kisah Fani, Waria Berbadan Maskulin: Ibu Saya Bidan, Bapak TNI AD dan Saya Lulusan S1 Ekonomi
Itulah ulasan mengenai kisah Fani, seorang waria yang berbadan maskulin dengan latar belakang keluarga berpendidikan tinggi namun lebih memilih jadi seorang pengamen.
Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.
Komentar
0