Horor

Cerita Mistis Dosen Ghaib di Institut Pertanian Bogor (IPB)

Zahrah Thaybah M 15 April 2022 | 12:15:04

zonamahasiswa.id - Halo, Sobat Zona. Kali ini Sans masih berada di Institut Pertanian Bogor (IPB). Karena kampus ini menarik sekali untuk dikulik lebih dalam. Kampus IPB Baranangsiang didirikan sejak zaman Belanda.

Kalian akan banyak melihat beberapa bangunan yang berarsitektur khas Belanda kuno. Walaupun terkesan unik, namun bagian dalamnya suram, menyeramkan, dan nggak terawat. Sehingga wajar kalau beredar cerita-cerita horor di bangku perkuliahan.

Terutama di gedung kimia. fisik, dan botani yang koridornya mirip rumah sakit semakin membuat suasana semakin horor. Apalagi di gedung ini terdapat ruangan bawah tanah, namun sudah ditutup sejak lama. Ada pula lift kuno yang terbengkalai, mangkanya selalu tertutup. 

Sementara itu, di sana juga muncul satu cerita turun-temurun yang paling terkenal hingga saat ini yaitu 'dosen ghaib'. Tak hanya di Unnes saja, tapi di beberapa kampus seperti IPB juga ada.

Nah, biar Sobat Zona nggak penasaran dengan cerita mistis dosen ghaib di IPB, yuk Sans mulai ceritanya! Sebelum itu jangan lupa untuk matikan lampu dan aktifkan mode horornya supaya lebih seru. Selamat membaca.

"Oi, Van. Baru sampe lo?" panggilan itu menghentikan langkah seorang pemuda yang siang ini mengenakan kemeja flanel warna krem-hitam. 

"Iya. Tumben udah dateng? Biasanya nyuruh TA-in," Ivan mencibir. Cowok di depannya hanya nyengir kuda. Daffa namanya. 

"Elah gitu amat. Lagian ga tiap hari gue TA," Ivan hanya mendengus lalu berjalan keluar dari parkiran. 

Tiap hari Kamis itu nggak tahu kenapa kok vibes-nya bikin emosi, nguras tenanga dan pikiran, terus bawaannya pengen teriak aja ke semua orang yang berpapasan dengannya.

"Wah, silau banget dah Yo gue lihatnya," kata Daffa yang kali ini mengomentari penampilannya. 

"Lebay lo kayak ga pernah liat cogan aja," sahut Rio narsis. Sedangkan, Ivan dan Daffa memeragakan ekspresi mual. 

Kemudian, ketiganya langsung menuju ke kelas untuk mengikuti perkuliahan siang ini. Untung aja Kamis kuliahnya siang. Tapi, jangan senang dulu karena ada tambahan kuliah malam. 

"Balik kelas jam berapa dah kita? Ngantuk banget sumpah. Semalem lembur laporan praktikum bu Yeni. Belum lagi adek gue rese parah kagak berani tidur sendiri" Rio mendumal.

"Masih tar malem. Lo lupa kalo tiap Kamis ada kelas Pak Dirjo jam 8 malem?" Ivan mengingatkan temannya. 

"Ah, sialan!" Daffa dan Rio mengumpat hampir bersamaan. Pupus sudah keinginannya buat makan nasi rawon dekat kontrakan. Membayangkannya saja udah bikin perut keroncongan. 

Karena padatnya perkuliahan hari ini, mereka pun akhirnya memutuskan untuk mengisi perut di kantin kampus. Setelahnya, mereka bertiga shalat dan bergegas kembali ke TPB atau Tingkat Persiapan Bersama. 

Malam ini Ruang TPB nampak mulai sepi, karena hanya beberapa kelas saja yang punya jadwal kuliah malam. Ini nih yang nggak disukai mahasiswa. Udah jam kuliahnya larut, malam Jumat pula. Berdoa aja biar aman. 

"Samperin mereka bertiga yuk!" ajak Daffa ketika ia melihat segerombolan cewek di depan ruang kelas.

"Nggak pada masuk lo?" tanyanya ke Gaby. 

"Masih sepi. Lo duluan deh," bukan Gaby yang menjawab, tapi Mira. 

Sambil mengedikkan bahu, Ivan, Daffa, dan Rio masuk kelas lalu memilih tempat duduk paling belakang. Biasalah posisi paling aman soalnya nggak keliatan kalau ntar tiba-tiba merem. 

Selang beberapa menit kemudia, teman-teman kelasnya mulai masuk dan memadati kursi di ruangan tersebut. 

"Woi nyalain AC-nya panas bat," seru Rio dari bangku pojok belakang.

"Gila lo. Dingin begini nyalain AC," kata Gaby.

"Yaampun, ayang Gaby marah-marah mulu sih. Abang Rio kepanasan nih habis olahraga tadi sebelum kesini.

"Pala lo olahraga? Cemen amat sih lu. Orang parkiran ke kelas aja kagak ada tuh seluas samudera," jawabnya sewot. Gadis itu pun akhirnya mengibaskan rabut sambil kembali menatap ke depan.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 08.15 malam, akan tetapi nggak ada tanda-tanda dosen akan masuk. 

Tep..tep..tep. Tep..tep..tep

Cklekk..krieettt..blam

Suara langkah kaki dan orang membuka pintu kelas pun terdengar.

"Eh..psst.pssstt," Daffa menyuruh teman-temannya untuk diam, karena dosen mata kuliah sudah masuk. Suasana kelas yang tadinya cukup gaduh, mendadak hening. 

"Tumben Pak Dirjo telat?" tanya Rio. Sementara itu, Ivan hanya mengedikkan bahu tanda tak tahu. 

Seluruh pasang mata mengarahkan pandangannya ke sosok lelaki paruh baya di depan sana. Nggak tua-tua amat sih, mungkin sekitar umur 55-an. Pawakannya cukup tegap tapi agak buncit. 

"Selamat malam saudara-saudara. Pertemuan ini saya menggantikan Pak Dirjo yang berhalangan hadir, karena mengantarkan istrinya ke rumah sakit. Jadi untuk mata kuliah Termodinamika yang beliau ampu, akan saya gantikan," jelas dosen tersebut sambil menyiapkan monitor.

"Baik pak," sahut para masiswa menanggapi dosen yang diketahui bernama Pak Soeroso. 

“Oke. Saya harap semua bisa mengikuti perkuliahan saya dengan baik. Terlebih mahasiswa yang duduk di bangku paling belakang,” katanya dengan tatapan mata yang membuat bulu kuduk merinding.

Sontak semua teman-teman di kelas menoleh ke arah Ivan, Daffa, dan Rio.

Glek. Ketiganya menelan ludah susah payah.

Udara yang tadinya dingin pun semakin dingin. Namun, bukan dingin seperti terkena AC. Tapi, ini...berbeda. Terlalu sulit untuk menggambarkannya.

Lalu, perkuliahan pun berlangsung dengan semestinya. Tenang, tanpa gangguan. Pak Soeroso pun menjelaskan materi perkuliahan, walaupun suaranya lirih.

“Dingin banget anjir,” kata Daffa sambil mengusap-usap lengannya.

“Iya. Hujan deh kayaknya. Perasaan kalo ujan nggak gini-gini amat,” sahut Ivan yang menggosok-gosok telapak tangannya supaya hangat.

DEG

Setelah mengatakan itu, Pak Soeroso melirik Ivan dari sudut matanya. Terkesan biasa saja sebenarnya, namun tajam dan sarat akan makna lain. Sontak ia pun bergidik ngeri dan mencoba fokus dengan penjelasan beliau.

Beberapa menit kemudian, Rio nyeletuk yang kontan membuat teman-teman di dekatnya mengernyitkan dahi.

“Gue ga pernah liat Pak Soeroso ya. Di fakultas juga nggak pernah papasan tuh? Apa dari kampus lain?” tanyanya.

“Ah, mungkin lo-nya aja yang emang ga pernah papasan. Mungkin jam terbangnya lebih tinggi jadi sibuk,” sahut Daffa.

“Masa sih? Orang gue hampir tiap hari ngampus. Keknya dari luar sini deh,” jawabnya berusaha meyakinkan diri.

Semakin lama, udara terasa menusuk tulang mungkin benar apa kata Ivan dan Daffa, kalau di luar sedang hujan. Sementara jam juga sudah menunjukkan pukul 9 malam.

Walaupun sangat mengantuk, tapi mahasiswa di kelas tersebut sama sekali tak menunjukkan ekspresi lelah, menguap, dan lainnya. Aneh.

Akhirnya, perkuliahan pun selesai 15 menit kemudian. Mereka berhambur keluar sambil membahas materi yang disampaikan oleh Pak Soeroso.

“Astaga, baru juga mulai udah ngasih tugas aja sih,” keluh Daffa.

“Tau ah. Kapan gua bisa tenang bentar?” Rio semakin mendramatisir keadaan.

“Kalian ngomongin saya?” suara itu tiba-tiba mengejutkan Ivan, Rio, dan Daffa.

“ASTAGHFIRULLAH,” ujar mereka bersamaann. Jujru saja jantungnya berdegup kencang karena sangat terkejut. Bukannya tadi beliau sudah berbelok ke arah lorong depan ya?

“Oh hehehe pak. Mohon maaf kami nggak bermaksud menyinggung. Hanya saja mau pekan UTS jadi begini deh hehehe,” kata Ivan sambil nyengir dan mengusap-usap tengkuknya.

Lalu, Pak Soeroso pun menghilang di balik belokan lorong setelah berpamitan kepada mereke bertiga.

ASTAGA! Nggak ada yang sadar kalau daritadi mereka sendirian di lantai ini. Sedangkan teman-teman lain sudah pada keluar. Mana udara tiba-tiba nggak enak.

DUG!!

Terdengar seperti ada suara tong sampah yang sengaja ditendang.

AAAAAAAAA. Teriakan yang berasal dari Daffa pun memecah keheningan dan suasana mengerikan di gedung tersebut. Kemudian, ketiganya cepat-cepat berlari ke arah pintu keluar TPB.

Keesokan harinya, di perkuliahan yang sama Pak Dirjo akhirnya mengisi kelas. Masih tetap dengan mata kuliah Termodinamika.

“Selamat pagi, saudara-saudara. Hari ini saya akan melanjutkan pembahasan mengenai praktikum tempo lalu ya. Berhubung kemarin istri saya tiba-toba drop saya nggak sempat untuk mengabari kalian. Sekali lagi mohon maaf,” kata Pak Dirjo sambil memetulkan posisi kacamatanya.

HAH?

Namun, Rio dan mahasiswa lainnya pun dibuat kebingungan. Mereka mengernyitkan dahi keheranan. Bukannya kemarin udah ada materi dari Pak Soeroso?

“Lho pak, kok kuliahnya jadi mundur lagi sih? Semalam baru aja kita ngebahas materi baru,” kata Ivan yang menyuarakan pikiran teman-temannya.

“Hm? Gimana-gimana mas?” Pak Dirja menatapnya heran.

“Iya pak. Jadi semalam matkul Termodin udah ngebahas materi baru. Karena bapak berhalangan hadir, jadi yang menggantikan Pak Soeroso,” jelas pemuda itu.

“Pak Soeroso? Kamu yakin pak Soeroso?” sepertinya Pak Dirja berusaha memastikan pendengarannya.

“Betul pak. Pak Soeroso dosen pertanian juga kok. Beliau sudah mengajarkan materi baru semalam,” katanya sekali lagi.

“Pak Soeroso? Badannya tegap, tapi agak gemukan?” Pak Dirja terperanjat kaget.

Nggak tahu kenapa para mahasiswa menunjukkan raut kebingungan. Dosennya ini kok kesannya nggak mengenal Pak Soeroso. Terbukti dengan gelagatnya yang bingung, sedetik kemudian terkejut setengah mati.

DEG DEG DEG. Suasana kelas menjadi sedikit tegang, khawatir setelahnya ada sesuatu yang mengejutkan mereka.

“P-pak Soeroso? Kamu yakin Ivan? B-b-beliau sudah meninggal,” kata Pak Dirja sedikit terbata.

APAAAA?!

Kemudian, mahasiswa lainnya termasuk Rio pun nggak percaya dan tetap menanyakan kebenarannya.

“Benar. Pak Soeroso memang rekan dosen kami. Beberapa tahun silam, beliau ditemukan dalam keadaan sudah tak bernyawa di ruangan bawah tanah. Almarhum adalah sosok yang disegani oleh kami sesama dosen,” jelasnya.

“Awalnya, memang nggak ada yang percaya karena sebelum almarhum meninggal. Penyebab kematiannya pun belum ada yang mengetahui secara pasti karena simpang siur. Kami masih melakukan rapat akademik bersama,” lanjut Pak Dirja.

Siiiinggg

Kelas mendadak hening. Jujur mereka merinding. Bulu kuduk mereka berdiri, jantungnya berdetak kencang.

Dan satu kalimat yang membuat semuanya terperanjat. Bahwa almarhum beberapa kali mengajar di mata kuliah tersebut.

Cerita Mistis Dosen Ghaib di Institut Pertanian Bogor (IPB)

Entah percaya atau nggak dengan cerita tersebut, kembali ke masing-masing individu. Bagaimana menurut Sobat Zona, ada yang punya kisah sama seperti mereka?

Kalau ada, yuk sharing sama Sans. Nah, kalau menurut Sobat Zona kampus mana lagi ya yang harus Sans ulas tentang cerita horornya? Tulis di kolom komentar ya.

Baca Juga: Penampakan Mengerikan Penunggu Pohon di Pusat Kajian Humaniora Unpar

 

 

 

 

 

 

 

Cerita Mistis Dosen Ghaib di Institut Pertanian Bogor (IPB)

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150