Pilihan Editor

Cerita Mencekam Ruang B101 FISIP Universitas Diponegoro

Dinik Afrianingsih 01 Desember 2021 | 17:00:30

zonamahasiswa.id - Halo, Sobat Zona. Sans balik lagi nih dengan membawa cerita horor baru yang bikin kalian semua penasaran. Kali ini Sans akan membawa kalian ke salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Tengah, yaitu Universitas Diponegoro.

Universitas Diponegoro (Undip) merupakan perguruan tinggi negeri yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah. Undip dulunya merupakan perguruan tinggi swasta sebelum berubah status pada tanggal 9 Januari 1960.  Nama Diponegoro sendiri diambil dari nama pahlawan nasional, yaitu Pangeran Diponegoro.

Tenyata Universitas Diponegoro memiliki banyak kisah horor yang mencekam lho. Salah satunya adalah cerita ruang B101 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Nah, biar Sobat Zona nggak penasaran dengan cerita mencekam di ruang B101 FISIP, Sans akan langsung mulai ceritanya. Sebelum itu jangan lupa untuk matikan lampu dan aktifkan mode horornya, agar lebih seru! Selamat membaca.

Pukul 21.00 WIB Universitas Dipenogoro tampak sepi, para penjaga kampus mulai berkeliling untuk memperingati para mahasiswa agar segera kembali ke tempat tinggalnya masing-masing. Seperti halnya Pak Ajib yang mengelilingi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Ia menelusuri lorong fakultas itu sendirian sambil menyoroti setiap ruang kelas. Salah satunya adalah ruang B101 yang terkenal dengan cerita horornya. Saat melewati ruangan itu Pak Ajib bergidik ngeri bahkan saat mengarahkan senter ke ruangan itu tangannya sampai bergetar ketakutan.

Mengetahui ruangan B101 kosong, ia pun bernafas lega dan pergi menyusuri ruangan lainnya. Tampaknya sangking ketakutan dengan ruangan itu, Pak Ajib menjadi kurang teliti karena di dalam ruangan itu masih ada tiga orang mahasiswa yang sedang menyembunyikan diri.

“Aman?” tanya seorang mahasiswa.

“Aman ges,” jawab temannya.

Ketiganya adalah Adin, Dito, dan Kevin yang merupakan mahasiswa fakultas itu. Mereka tampak mengintip Pak Ajib yang tengah menjauhi ruang B101 sambil memeriksa ke kelas-kelas lain.

“Oke, ayo kita mulai ritualnya sekarang,” ajak Dito pada kedua temannya.

“Mmm... rek iki ra bakal dadi masalah gawe awake kan?” tanya Adin ragu.

Mendengar keraguan Adin, kedua temannya hanya menatap malas. Mereka tahu temannya satu ini benar-benar seorang penakut.

“Ra opo-opo Din, tenang ono aku mbek Kevin ning kene,” ucap Dito menenangkan Adin.

Adin tampak pasrah dan menuruti Kevin dan Dito. Merekapun mempersiapkan ritual malam itu seperti 7 jajanan pasar, kembang 7 rupa, kopi pahit dan manis, teh pahit dan manis, serta air putih yang masing-masing dua gelas. Setelah itu, Kevin dengan santainya mengeluarkan sebuah boneka jelangkung dari tasnya.

“Taraa, aku nggowo iki gawe rituale awak dewe,” ucap Kevin bangga.

Prok prok prok

Melihat Dito yang bertepuk tangan karena takjub dengan inisiatif Kevin itu, Adin pun terpaksa ikut bertepuk tangan juga. Ketiganya kemudian duduk melingkari dan memegang boneka jelangkung.

“Jelangkung...jalengsat... ning kene ono bolone siro wangsul angslupo yen siro teko gaib wenehono tondo,” ucap ketiganya sambil memegang boneka batok kelapa yang menjadi media pemanggil arwah.

Setelah mengucap mantra, Kevin yang seorang anggota karawitan pun mulai menyanyikan sebuah lagu siden yang katanya bisa memanggil arwah gentayangan.

“Ana kidung rumekso ing wengi. Teguh hayu luputa ing lara, luputa bilahi kabeh. Jin setan datan purun paneluhan tan ana wani...,” nyanyi Kevin perlahan.

Kevin yang sangat mendalami lagu itu pun tak sadar bahwa suasana di ruang B101 terasa sangat mencekam. Bahkan kedua temannya mulai bergetar ketakutan, pasalnya ruangan itu mulai terasa sangat dingin bahkan tercium bau kamboja yang entah dari mana asalnya.

Cring cring cring

Suara kerincing mulai terdengar memekakkan telinga. Mendengar suara itu Kevin pun berhenti menyinden dan mencari sumber suara itu.

“Kowe krungu sworo ra?” tanya Kevin pada kedua temannya yang tampak pucat.

Dito dan Adin mengangguk sebagai tanda bahwa mereka juga mendengar suara itu. Namun, seperti Kevin mereka tak tahu dari mana asal sumber suara itu. Kevin pun kembali menyanyikan lagu sinden yang terpotong karena suara gemerincing tadi.

Suara Kevin yang kembali menyinden pun mulai terdengar memenuhi ruangan itu lagi. Sambil memegang boneka jelangkung dan mendengar Kevin yang menyenandungkan lagu pemanggil arwah. Adin dan Dito kembali mengucapkan mantra berulang kali.

“Jelangkung... jalengsat... ning kene ono bolone siro wangsul angslupo yen siro teko gaib wenehono tondo.”

Semakin lama mereka mengucapkan mantra itu, semakin dingin ruang B101 dan bau kamboja semakin menyeruak ke hidung mereka. Bahkan suara gemerincing itu semakin lama semakin terdengar keras dan memekakkan telinga ketiganya.

Cring cring cring

BRAK

Pintu Ruang B101 terbuka dengan kencang hingga mengagetkan ketiganya. Tak ada siapa-siapa di sana. Mereka terdiam dan melihat ke sekeliling ruangan B101 yang masih sepi. Melihat tak ada apa-apa mantra itupun kembali diucapkan.

“Jelangkung... jalengsat... ning kene ono bolone siro wangsul angslupo...”

Krak

Boneka jelangkung yang mereka pegang tiba-tiba patah. Adin, Kevin, dan Dito pun kaget. Ketiganya saling berpandangan heran.

“Lho kok putul? Kudune ojok nemen-nemen lek nyekeli cek ra putul koyo ngene!” tegur Dito kesal.

Sementara Adin dan Kevin hanya menatap dengan diam temannya yang kesal karena boneka itu patah seketika. Malas menatap Dito yang terus menggerutu sambil meso-meso Adin pun melihat ke sekeliling ruangan. Hingga matanya terpaku pada sesuatu.

Sesuatu itu telah muncul dan menatap mereka bertiga dengan tatapan mengerikan. Adin yakin itulah sosok yang selama ini sering muncul ketika kelas sore di mulai. Makhluk yang sering menghuni kursi kosong di ruangan B101.

“I-i-iku,” ucapnya terbata-bata sambil menunjuk sosok yang tengah duduk di salah satu kursi mahasiswa.

Dito dan Kevin pun melihat arah jari Adin yang menuju pada sosok makhluk menyerupai perempuan dengan rambut panjang dan berpakaian serba putih. Tampak sosok itu tengah menatap mereka bertiga dengan pandangan menakutkan.

Mengetahui ketiga mahasiswa itu tengah menatapnya, sosok itu pun menunjukkan wajah aslinya. Ia tersenyum hingga bibirnya membentuk bulan sabit yang lebar. Seolah mulutnya sobek dari telinga kanan ke kiri.

Adin, Dito, dan Kevin bergidik ngeri melihat sosok itu. Perlahan mereka bergerak mendekati pintu keluar ruang B101 sambil menatap sosok mengerikan di sana Hingga akhirnya Dito berhasil memegang gagang pintu dan membukanya perlahan.

Sett... Ceklek

Sosok itu kemudian melayang dengan cepat ke arah ketiga mahasiswa itu dan dengan kekuatan ghaib yang ia miliki pintu kembali terkunci. Dito pun mulai panik dan terus berusaha membuka pintu ruang B101.

"Njirr ra isok dibuka, piye iki?" ucapnya panik.

Sementara itu, sosok yang melayang tadi sudah ada di hadapan mereka bahkan hanya sejengkal lagi kulit ketiganya dapat menyetuh rambut penunggu ruang B101. Andi, Kevin, dan Dito bahkan dapat mendengar hembusan angin dan bau kamboja yang menyeruak ke indra penciuman mereka.

"Hhhh..." suara perempuan menakutkan itu.

Bulu kuduk ketiganya semakin meremang saat tangan perempuan itu terangkat dan mengelus pipi Kevin. Ditatapnya pemuda berambut klimis nan tampan itu sambil mengelus halus kulitnya. Perlahan ia mendekatkan diri hingga...

Gedebuk...

Kevin pingsan di tempat. Melihat salah satu temannya tergeletak tak sadarkan diri Dito dan Adin semakin panik. Mereka ingin menolong tapi tubuhnya terasa kaku karena sosok itu ada di hadapan mereka. Sementara itu, makhluk menyerupai perempuan tersebut menggeram marah setelah menyaksikan apa yang terjadi.

"Grrrr.... ARGG," geram makhluk jejadian itu.

Tiba-tiba angin kencang muncul sampai-sampai jendela ruang B101 terbanting begitu kerasnya. Bahkan kursi-kursi terlempar kemana-mana. Aura jahat sosok di hadapan mereka sangat kuat dan kelam, membuat siapapun bergidik ngeri. Adin yang memang penakutpun sampai bergetar ketakutan hingga kencing di celana. Sementara, Dito tak dapat mempertahankan kesadarannya dan akhirnya jatuh pingsan seperti Kevin.

Sosok itu pun mendekati Adin yang masih tersadar namun dengan cepat pemuda itu berhasil kabur meninggalkan teman-temannya. Didobraknya pintu ruang B101 hingga terbuka dan dengan kecepatan penuh ia lari menuju pos satpam. Tampak di sana Pak Ajib yang masih belum pulang pun kaget melihat salah satu mahasiswa Undip berlari ke arahnya.

Adin dengan panik dan ketakutan menceritakan seluruh kejadian yang menimpa mereka tadi. Pak Ajib yang mendengar dengan seksamapun marah tak ketulungan.

"Doh, sampean iki ws ngerti lek ruang B101 iku medeni, kok yo pancet wani mrunu seh? Ancen arek enom saiki ra isok dikandani kok!" ucap Pak Ajib marah sembari menuju ke ruang B101.

Sejak saat itu, kisah mencekam yang dialami ketiga mahasiswa FISIP pun menjadi perbincangan dari mulut ke mulut. Bahkan kisah ini telah menyebar di seluruh kampus Universitas Diponegoro.

Cerita Mencekam Ruang B101 FISIP Universitas Diponegoro

Hmm, Sobat Zona pernah bernasib sama dengan ketika mahasiswa FISIP itu belum? Sharing sama Sans, yuk! Oh, iya kira-kira kampus mana lagi nih yang harus Sans kunjungi untuk menceritakan kisah-kisah horor selanjutnya? Tulis di kolom komentar ya.

Baca Juga: Cerita Makhluk Ghaib Usil di Fakultas Hukum Universitas Negeri Sebelas Maret

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150