Berita

3 Siswa Tewas Akibat Depresi Saat PJJ, Netizen: Kurangin Dong Tugasnya

Tiffany Maulany Putri 03 November 2020 | 05:50:36

zonamahasiswa.id - Tewasnya ketiga siswa per bulan Agustus hingga Oktober 2020 menyisakan tanda tanya besar dalam sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), apalagi adanya dugaan depresi sebagai penyebabnya. Akibat beban pekerjaan rumah yang memberatkan, berdampak pada siswa itu sendiri dan orang tuanya.

Dewan Federasi Serikat Guru Indonesia Retno Listyarti meminta tugas sekolah selama PJJ ada pengurangan dengan tujuan meredam stres dan keinginan bunuh diri di kalangan siswa. Tiga kasus kematian ini merupakan hal buruk yang sudah terjadi.

Retno menyebutkan gejala-gejala umum seperti menurunnya semangat untuk menjalankan aktivitas, mudah marah, dan cepat kehilangan konsentrasi dalam jangka panjang harus menjadi perhatian.

Baca Juga Hasil Survei Kemendikbud: Mayoritas Mahasiswa Penat dengan Kuliah Daring

Kronologi Ketiga Kasus Tewasnya Para Siswa

(foto: Healthline)

Melansir dari media berita Vice, kasus pertama pada bulan Agustus 2020, KJ (8) dibunuh oleh ibunya sendiri LH (26) di Lebak, Banten pada 26 Agustus lalu.

LH mengaku kesal dengan putrinya yang tak kunjung memahami materi belajar siswa kelas 1 SD tersebut. Ia berulang kali memukuli korban hingga lemas dan meninggal saat hendak ke rumah sakit.

Karena panik, tersangka dan suaminya memutuskan untuk mengubur KJ yang masih dengan berpakaian lengkap di perkuburan Cijaku, Lebak.

Warga sekitar yang curiga dengan kuburan baru yang tak lazim lantas mengetahui kejadian naas itu dua pekan setelahnya. Keterangan dari penyidikan polisi menyatakan korban meninggal akibat pukulan keras benda tumpul di kepala.

Kasus kedua yakni kasus bunuh diri pada Oktober silam, siswa kelas 2 SMA N 18 Gowa, Sulawesi Selatan MI (16) tewas setelah meminum racun tikus. Menurut polisi, motif dari tindakan tersebut adalah stres karena terlalu banyak tugas sekolah serta kendala internet yang sulit di rumah korban yang berlokasi di kawasan pegunungan.

Kasat Reskrim Polres Gowa Jufri Natsir memaparkan hasil penyelidikan tim nya di lapangan bahwa motif dari bunuh diri dengan meminum racun ini adalah karena tugas yang diberikan sekolah lewat online serta tempat tinggal korban yang jauh dari jangkauan internet.

Menambah daftar kasus kematian siswa, seminggu yang lalu, tepatnya pada tanggal 27 Oktober, siswa SMP berinisial AN (15) di Tarakan, Kalimantan Utara tewas gantung diri di kamar mandi rumahnya. Menurut komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang pada kasus ini adalah Retno Listyarti, pendorong korban bunuh diri adalah tugas sekolah.

Sehari sebelum bunuh diri, korban dan orang tuanya baru saja mendapat tagihan pekerjaan rumah (PR) yang selama ini belum selesai. Pihak sekolah mengatakan, jika hutang tugas tidak selesai, korban tak bisa mengikuti ujian semester.

“Menurut orang tua korban, anaknya belum menyelesikan tugasnya bukan karena malas, tetapi karena tidak paham, sehingga tidak bisa mengerjakan, sementara orang tua tidak bisa membantu ananda” jelas Retno.

“Bagi remaja yang mengalami masalah mental, kecemasan, stres, atau malah depresi selama masa pandemi  karena ketidak mampuan mengerjakan PJJ, memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan pikiran tentang bunuh diri”, tambahnya.

Baca Juga Kisah Haru Ibu Mendaki Gunung Demi Melihat Tempat Terakhir Anaknya Wafat; Semangat Bu!

Tanggapan Menteri Pendidikan dan Guru

(foto: Media Indonesia)

Di sisi lain, Kemendikbud menyangkal tugas sekolah jadi penyebab tewasnya semua siswa tersebut.

“Dari dua peristiwa di Sulsel, siswa di bawah Kemendikbud, yang di Tarakan Kemenag karena siswa MTs. Semua klarifikasi bukan karena PJJ”, kata Dirjen PAUD Diknasmen Jumeri pada wartawan CNN.

Pertengahan Oktober silam, Jumeri sempat mengakui pelaksanaan PJJ memang tidak selalu sesuai arahan Kemendikbud.

Guru, sebagai tenaga pengajar mengaku juga turut menjadi “korban” PJJ. Ungkapan seorang guru yang stres karena cuekin siswa ketika mengajar secara daring banyak beredar di sosial media. Mengungkap keresahannya melalui Sindo, berikut penuturan kedua guru ini.

“Maklum sih, keadaannya lagi kayak gini, tapi ada juga yang meremehkan. Yang meremehkan itu dia punya fasilitas dari orang tuanya tapi malah keluyuran nggak belajar” tutur guru SMK di Parung, Bogor, Ahda Memoria pada Juli lalu.

Guru lain di Bogor bernama Nurul mengatakan lancar tidaknya PJJ sangat dipengaruhi oleh kerja sama orang tua murid.

“Belajar di rumah tingkat stresnya malah meningkat, ngajar dari rumah juga tensi darah naik. Aku sampai gejala tifus” ucap Nurul.

Tanggapan Orang Tua dan Berbagai Tugas Siswa Saat PJJ

(foto: Genpi)

Dari Detik News, salah satu orang tua siswa menyatakan bahwa mendampingi anak sekolah jarak jauh memang berat, karena kurikulum Indonesia yang padat.

Sejak Juli 2020, KPAI telah meminta penyederhanaan kurikulum untuk mencegah melonjaknya angka putus sekolah pada tahun ini. Menurut Retno, meski Surat Edaran Mendikbud telah mengimbau guru agar tidak mengejar capaian kurikulum, masih banyak guru yang memburu ketuntasan belajar dengan terus menerus memberi tugas.

“Padahal siswa kelelahan dan tertekan merupakan bentuk kekerasan juga” kata Retno.

“Yang paling parah adalah anak-anak berkebutuhan khusus yang nyaris tidak terlayani oleh pendidikan” imbuhnya.

Sebulan pertama sejak berlakukan PJJ, KPAI mengadakan survei yang menyatakan sebanyak 76,7  persen siswa tidak menyukai PJJ. Alasan siswa berkisar dari tugas yang terlalu banyak dan berat serta guru yang sering tidak memberikan materi.

Mengenai jenis-jenis tugas, ada 4 jenis tugas yang paling dibenci siswa, yaitu membuat tugas video materi pelajaran, mengerjakan soal merangkum materi, dan menuliskan ulang soal yang sudah tertera di buku cetak.

Jika tugas membuat video dan meng-upload-nya di Youtube tidak disukai siswa, ada satu jenis tugas yang hampir menyerupai tugas mahasiswa HI. Salah satunya mengirimkan chat kepada Mark Zuckerberg, Donald Trump, dan Bill Gates melalui media LinkedIn untuk meminta tips menjadi orang sukses. Tugas ‘mustahil’ ini oleh seorang guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP di Kota Malang.

Tanggapan Netizen Mengenai Penugasan PJJ

(foto: Kopisenja)

Tak hanya berkisar antara orang tua, siswa, guru, menteri, dan komisi perlindungan anak saja yang memberikan tanggapan mengenai PJJ dan segala persoalannya. Netizen dari berbagai kalangan pun turut memberikan tanggapan, kritik, dan saran dalam kolom komentar postingan Instagram media berita @viceind. Berikut beberapa komentarnya.

“minimal tugas video kurangin dah” buka akun @phillreedd.

Akun @varianmakalew_ berkomentar “Tugas terlalu banyak, belum bantu orang tua di saat susah Pandemic, belum di daerah yang susah nyari sinyal. Tekanan sendiri buat siswa”.

“kurangin dong tugasnya stress nih” ungkap @aintnugget dengan emotikon menangis pada akhir komentarnya.

“Di sekolah bukan hanya belajar tentang ilmu, ada keceriaan, senda gurau bersama teman sebaya. Sekarang itu nggak ada” tulis akun @fauzi_ramdhani93.

Baca Juga Misteri Tewasnya Mahasiswa UI Sejak 5 Tahun Yang Lalu, Netizen: Bunuh Diri atau Dibunuh?

Komentar panjang mengenai tugas yang diberikan oleh guru ditulis oleh beryl_po.

“Memang guru memiliki “hak” untuk memberi tugas dan siswa memiliki “kewajiban” untuk mengerjakan tugas. Namun kondisi belajar daring memang ada beberapa guru yang kurang bisa membedakan kondisi.

Okelah membuat ppt sesekali atau mengerjakan soal melalui link. Tapi jangan juga memberi tugas seenak jidat seperti merangkum cerita sejarah min 6 lembar kertas folio/memberi tugas 40 soal pilgan (re: pilihan ganda) tulis soal serta pilgannya lalu di jawab dalam waktu 45 menit.

Kami sebagai siswa tetap akan memenuhi kewajiban kita tapi ketika guru memiliki hak yang luas, jangan seenak jidat juga dong”.

3 Siswa Tewas Akibat Depresi Saat PJJ, Netizen: Kurangin Dong Tugasnya

Sobat Zona Mahasiswa, tidak hanya pada siswa, pasti kalian sebagai mahasiswa juga merasakan dampak dari kuliah via online yang juga tak kalah peliknya.

Untuk itu, mimin sampaikan bahwa kalian telah melakukan yang terbaik hingga sampai pada tahap ini. Tekad kalian untuk tetap berkuliah saat keadaan yang serba tidak memungkinkan ini semoga mendapatkan buah yang manis untuk kehidupan kalian semua kedepannya.

Semangat untuk kita semua!

Baca Juga Bikin Geram! Pernyataan DPD RI: Seks Bebas Boleh, Asalkan Pakai Kondom

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150