
Zona Mahasiswa - Job fair 'Bekasi Pasti Kerja' yang diadakan oleh Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bekasi di Cikarang, Jawa Barat, menjadi sorotan publik setelah dihadiri lebih dari 25 ribu pencari kerja. Padahal, kuota lowongan pekerjaan yang tersedia hanya sekitar 3.000. Antusiasme luar biasa ini sayangnya berujung pada kekacauan dan insiden saling dorong antar peserta.
Baca juga: BMW Tabrak Pemotor hingga Tewas di Sleman, Pelaku dan Korban Mahasiswa UGM
Antrean Job Fair yang Bikin Ricuh
Hari itu, ribuan orang memadati halaman sebuah universitas tempat diselenggarakannya job fair. Dari pagi buta, antrian sudah mengular hingga ke jalanan. Banyak dari mereka datang dari luar kota, berharap bisa mendapatkan peluang kerja. Sayangnya, kondisi di lokasi jadi tidak kondusif karena banyaknya jumlah peserta yang tidak sebanding dengan fasilitas serta kapasitas tempat.
Saat panitia mulai membagikan pamflet berisi informasi lowongan kerja dan QR code untuk mengakses daftar perusahaan, situasi jadi tidak terkendali. Banyak peserta berebut pamflet tersebut. Desakan dari belakang memicu aksi saling dorong, teriakan, bahkan beberapa peserta terlihat saling pukul karena saling klaim pamflet.
Kenapa Bisa Membludak?
Banyak yang bertanya-tanya, kenapa sampai bisa segitu banyak orang yang datang? Jawabannya, karena promosi acara ini memang gencar dilakukan. Job fair ini disebut sebagai salah satu yang terbesar di Jawa Barat tahun ini. Dengan 70 perusahaan lebih yang membuka lowongan, wajar kalau masyarakat yang sedang butuh pekerjaan langsung tertarik.
Namun, yang bikin sedih adalah jumlah lowongan yang tersedia hanya sekitar 3.000. Dibanding dengan jumlah pelamar yang datang mencapai 25 ribu, jelas ini jadi rebutan ketat.
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menyebut insiden yang terjadi bakal menjadi evaluasi dari Kemnaker. Pihaknya juga akan meningkatkan koordinasi dengan dinas ketenagakerjaan daerah dalam penyelenggaran job fair.
"Kalau ada kasus, tentu kita berharap ke depan bisa lebih baik, dan ini juga menjadi satu hal evaluasi kita untuk melakukan koordinasi dan pembinaan kepada dinas-dinas ketenagakerjaan di provinsi," katanya dalam konferensi pers di Kantor Kemnaker, Jakarta Selatan, Rabu (28/5).
Meski begitu, ia mengapresiasi penyelenggaraan job fair di tingkat daerah. Artinya semangat mempertemukan pencari kerja dan penyedia kerja tidak hanya terjadi di level pusat.
Sebelumnya, potongan video dengan narasi pencari kerja memadati acara job fair di salah satu universitas di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat viral di media sosial. Job fair itu diketahui diselenggarakan oleh Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bekasi pada 27 Mei 2025 kemarin.
Dalam video yang beredar, tampak para pencari kerja berebut memindai kode QR untuk bisa masuk melamar pekerjaan. Suasana yang awalnya kondusif berubah menjadi ricuh seiring dengan membludaknya peserta acara. Massa juga tampak saling berteriak dan saling dorong satu sama lain.
Beberapa peserta job fair tampak ada yang menaiki mobil pemadam di lokasi sembari menunggu antrean masuk. Saking padatnya dan teriknya sinar matahari, sejumlah orang juga dikabarkan pingsan.
Pencari kerja yang sudah tak sabar mendesak dan meneriaki panitia agar mengizinkan mereka masuk. Insiden saling lempar dan saling pukul sempat terjadi di tengah-tengah antrean. Kejadian ini terjadi di salah satu halaman gedung universitas tempat job fair tersebut dilaksanakan.
"Buka-buka pintunya, buka pintunya sekarang juga," ujar massa dalam salah satu unggahan video pengguna TikTok, dilihat detikcom Rabu (28/5).
Bukan Karena Lapangan Kerja Sulit?
Kementerian Ketenagakerjaan pun angkat suara. Kepala Biro Humas Kemnaker, Sunardi Manampiar Sinaga, menyebut bahwa kericuhan yang terjadi bukan karena lapangan kerja yang semakin sulit, tapi lebih karena tingginya animo masyarakat terhadap event seperti ini.
Kepala Biro Humas Kemnaker, Sunardi Manampiar Sinaga membantah membludaknya pencari sebagai potret sulitnya mencari pekerjaan. Hal itu lebih kepada tingginya animo masyarakat terhadap lowongan pekerjaan.
"Kalau dibilang job fair yang di Bekasi membludak bahkan ricuh sebagai potret sulitnya mencari pekerjaan di Indonesia, saya kira kurang tepat," kata Sunardi dilansir dari detikcom, Rabu (28/5/2025).
Namun, pernyataan ini tetap mengundang pro dan kontra di kalangan warganet. Banyak yang beranggapan bahwa jika lapangan kerja memang tersedia luas, orang tidak akan sampai berebutan seperti itu.
"Justru animo masyarakat yang tinggi terhadap lowongan kerja bisa karena berbagai faktor seperti bertambahnya jumlah angkatan kerja karena bertambahnya lulusan pendidikan sehingga bersemangat mencari lowongan kerja, bisa juga adanya keinginan masyarakat mencoba pekerjaan lain yang lebih cocok dari pekerjaan yang ada," beber Sunardi.
Sunardi juga menilai ada sebagian masyarakat yang ingin melihat situasi pada job fair. Mereka yang hadir berkonsultasi terkait ketenagakerjaan hingga mencoba peluang kerja sampingan yang tersedia di acara tersebut.
"Ada juga yang ingin melihat situasi job fair, bisa juga hadir di job fair karena ingin konsultasi terkait ketenagakerjaan, bahkan mungkin ada yang mau mencoba peluang side job dan ditemukan di job fair," terang Sunardi.
Saat ini angkatan kerja bertumbuh dari lulusan SMA/SMK hingga universitas, ditambah jumlah pencari kerja pasca PHK. Namun pertumbuhan pekerjaan juga meningkat di sektor lain di saat beberapa sektor tertentu menurun.
Sampai Ricuh! 25 Ribu Pencari Kerja Membeludak di Job Fair Bekasi
Job fair "Bekasi Pasti Kerja" menyisakan banyak pelajaran. Di balik kekacauan dan kericuhan, terlihat jelas bagaimana semangat anak muda untuk berjuang mendapatkan pekerjaan. Tinggal bagaimana semua pihak bisa duduk bareng dan bikin sistem yang lebih rapi dan manusiawi. Jangan sampai harapan ribuan pencari kerja jadi pupus cuma karena acara yang kurang tertata.
Semoga ke depan job fair di Indonesia bisa jadi tempat yang benar-benar ramah bagi pencari kerja dan bukan malah jadi ajang saling dorong dan rebutan.
Komentar
0