Berita

Kerusuhan Mei 98 Dianggap Jadi Periode Sejarah Terburuk di Indonesia, Apa yang Terjadi?

Nisrina Salsabila 14 Mei 2022 | 11:31:16

zonamahasiswa.id -  Kerusuhan yang terjadi pada Mei 1998, dianggap sebagai salah satu periode sejarah terburuk dalam Indonesia modern. Hal tersebut terjadi karena ketidakpuasan masyarakat pada kebijakan masa Presiden Soeharto.

Baca Juga: Peringatan 24 Tahun Tragedi 98: Kembali Usulkan Mahasiswa Trisakti Jadi Pahlawan Nasional

Sederet Kerusuhan Mei 98

Pada masa itu, sederet kerusuhan terjadi seperti krisi ekonomi yang berujung pada perpecahan, penjarahan, pembunuhan, dan pemerkosaan di berbagai kota di Indonesia. 

Mengingat setahun sebelum tragedi Mei 98 terjadi, bangsa Indonesia dihantam jatuhnya nilai tukar hingga gagal membayar hutang luar negeri.  Hal ini mengakibatkan pemutusan hubungan kerja yang terjadi di mana-mana.

Dalam situasi genting tersebut, masa Orde Baru justru memaksakan kebijakan dengan menaikkan harga BBM mencapai 70 persen. Atas keadaan yang semakin gawat itu, mahasiswa tak tinggal diam dan menuntut perubahan rezim.

Namun, di tengah situasi kacau para mahasiswa memperjuangkan nasib bangsa Indonesia. Justru muncul sentimen anti-Cina pada awal yang dianggap sebagai biang kerok atas jatuhnya bangsa Indonesia dalam krisis ekonomi.

Kerusuhan pertama terjadi di Kota Medan pada 4 Mei 1998 yang mengungkap seorang pelajar terbunuh. Penyebab terbunuhnya tak lain karena digebuk dengan tabung gas air mata oleh personel militer.

Lalu, masih ingat dengan tragedi empat mahasiswa Trisakti yang menumpahkan darah karena tertembak mati oleh aparat yang berjaga di dekat massa yang sedang berdemonstrasi.

Hal ini mengungkap sepanjang kurun waktu 13 sampai 19 Mei 98 telah terjadi rangkaian kekerasan yang mengakibatkan lebih dari seribu orang tewas di Jakarta. Bukan hanya itu, tragedi lainnya yang terjadi adalah maraknya pemerkosaan yang menimpa 168 perempuan di berbagai lokasi di Jakarta.

Hasil laporan mengungkap lebih dari 300 kasus yang sama terjadi di kota-kota lain. Sementara semua korbannya adalah perempuan yang berasal dari etnis Tionghoa.

Tindakan Pemerintah Atas Kerusuhan Mei 98

Tepatnya pada 15 Juli 1998, beberapa bulan setelah terjadinya kekacauan di sepanjang bulan Mei. B.J Habibie mengeluarkan surat atas nama pemerintah Indonesia mengutuk adanya tindakan kekerasan terhadap perempuan..

Mengenai ini, Habibie berjanji akan mengarah aparat hukum untuk memastikan kejadian serupa tak terulang kembali. Dalam selang waktu enam bulan, Radhika Coomoraswamy melaporkan adanya teror serta intimidasi yang ditunjukkan kepada lembaga non pemerintah yang melakukan investigasi kasus kekerasan tersebut.

Ia pun beranggapan bahwa pemerkosaan massal menyasar pada perempuan etnis Tionghoa. Korban pun tak melapor ke pihak berwajib karena diancam akan dibunuh yang disampaikan melalui surat kaleng.

Atas kerusuhan tersebut, berdasarkan Keputusan Presiden yang diteken oleh Habibie membentuk Komisi Nasional Perempuan. Komisi tersebut bertugas untuk mengungkap kasus pemerkosaan massal yang terjadi.

Kasus ini sempat menemui titik terang, mengingat ada salah satu saksi pemerkosaan massal bernama Ita Martadinata. Pelajar berumur 18 tahun tersebut akan bersaksi di hadapan Kongres Amerika Serikat, namun nahas ia dibunuh sebelum terbang.

Pihak kepolisian mengungkap saat itu pelaku pembunuhan tak lain adalah perampok. Namun, para aktivis justru meyaini bahwa Ita dibungkam selama-lamanya agar tak bersaksi atas kerusuhan Mei 98 tersebut.

Sementara itu, Sandyawan Sumardi seorang Romo Katolik mengungkap berulang kali menerima ancaman pembunuhan. Romo Sandi tersebut merupakan salah satu relawan yang terlibat dalam proses penanganan korban pemerkosaan.

Ia mengungkap ada tiga kategori dalam pemerkosaan yang terjadi pada Mei 98, pertama korban yang masih usia remaja yang kebanyakan tak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.

Kategori kedua adalah ibu-ibu yang sudah menikah, kebanyakan dari mereka sanggup bertahan guna melanjutkan hidup. Terakhir kategori korban perempuan dewasa yang belum menikah, akan mengalami trauma mendalam. 

Ia mengatakan nyaris semua korban pemerkosaan yang terjadi pada Mei 98, rata-rata memiliki keinginan untuk bunuh diri. 

Kerusuhan Mei 98 Dianggap Jadi Periode Sejarah Terburuk di Indonesia, Apa yang Terjadi?

Itulah ulasan mengenai berbagai kerusuhan yang terjadi pada Mei 1998 yang menyisakan luka mendalam bagi sejarah bangsa Indonesia.

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.

Baca Juga: Mahasiswa Trisakti Peringati 24 Tahun Reformasi hingga Tuntut Pemerintah

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150