Horor

Bikin Merinding, Aktivitas Penghuni Malam di UPN Veteran Yogyakarta

Dinik Afrianingsih 19 November 2021 | 17:54:01

zonamahasiswa.id - Halo, Sobat Zona. Sans balik lagi nih membawa cerita horor di hari Jumat. Kali ini Sans akan membawa kalian jalan-jalan ke Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta.

Dulunya perguruan tinggi ini bernama Akademi Pembangunan Nasional (APN) Veteran Yogyakarta, hingga pada tahun 1965 namanya berubah menjadi PTPN Veteran Yogyakarta. Selain terkenal dengan sejarahnya, kampus ini juga menyimpan kisah mistis dibaliknya. Seperti kisah para penghuni malam yang sering beraktivitas di sana.

Nah, biar Sobat Zona nggak penasaran dengan aktivitas para penghuni di UPN Yogyakarta yang katanya sering muncul di malam hari. Yuk, Sans mulai ceritanya! Sebelum itu jangan lupa untuk matikan lampu dan aktifkan mode horornya, agar lebih seru! Selamat membaca.

Seorang mahasiswa tampak sendirian di dalam kelas yang gelap. Ia menatap ke sekeliling dan tak ada satupun orang di sana. Dia adalah Adi, mahasiswa UPN Veteran Yogyakarta yang baru saja bangun dari tidur lelapnya. Dibukanya layar handphone yang menunjukkan waktu menjelang Isya'. Itu artinya sudah sejam ia tertidur dan ditinggal teman-temannya.

"As*, arek-arek iki!," umpatnya.

Adi menampakkan raut kesal bercampur takut. Tentu saja takut, secara di kelas itu hanya ada dirinya saja dan lampu sedang mati. Terutama hari itu sedang malam Jumat Kliwon yang artinya sudah waktunya 'mereka' berkeliaran. Tiba-tiba Adi merinding saat mengingatnya. Secepat kilat ia membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk pulang.

Bressss... Gluduk...

Ternyata di luar sedang hujan deras, bahkan tampak petir menghiasi langit gelap itu. Tiba-tiba ada rasa merinding yang Adi rasakan. Namun, tak dipedulikan rasa takut itu dan dengan mantab dilangkahkan kakinya keluar dari kelas.

Sring...

Suasana di luar kelas yang tampak sepi membuat Adi merasa ketakutan, bulu kuduknya sampai berdiri bebarengan dengan rasa dingin yang menjalar di tengkuknya. Apalagi ketika ada aura negatif yang ia rasakan seperti ada di dekatnya. Dengan susah payah diteguknya ludah untuk membasahi kerongkongan yang terasa kering.

"Mampus," bisiknya.

Perlahan ia menelusuri lorong yang sepi itu, ternyata tak ada apa-apa di sana. Ia pun merasa lega dan kembali menutup pintu yang sedari tadi belum tertutup. Sambil bersiul-siul Adi pergi menuju ke arah tangga lantai dasar.

"Ssst..."

Deg

Perlahan Adi menoleh ke arah sumber suara dari jauh, tampak seorang perempuan berambut panjang berdiri sendirian sambil menatapnya tanpa ekspresi. Tampak jari telunjuknya mengisyaratkan pada Adi untuk diam, perlahan bibirnya tertarik membentuk senyum culas menakutkan.

Sementara yang sedang diberi kode menatap kaku, tubuhnya bergetar ketakutan, tapi tak bisa digerakkan. Pemuda itu dengan segenap kukuatan yang masih ia miliki hanya mengangguk kaku, seolah paham maksud dari 'perempuan' itu.

Ia pun kembali turun melewati tangga dengan perlahan sembari mencuri pandang ke belakang, di atas sana si 'perempuan' yang ternyata melayang itu juga mengikutinya. Ia menatap Adi lekat, seolah mengawasinya hingga akhirnya pemuda itu pun sampai di dasar tangga.

Sesampainya di lantai dasar, terdengar suara cekikikan anak kecil yang menggema memenuhi seluruh lorong. Adi tampak terperejat kaget saat mendengarnya. Lantas ia mencari sumber suara yang entah dari mana asalnya.

"Duh, Gusti. Kulo nyuwun pangapura nggih. Mboten usah ketemu kale penghuni lainnya, tadi sudah ketemu si mbak, masa saya harus ketemu si adik juga? Saya belum siap ini," pintanya entah pada siapa.

Seolah mendengar ucapan Adi, suara cekikikan itu kembali terdengar dan terasa dekat dengannya. Perlahan ia susuri area di sekitarnya.

"Kikikiki," cekikik penampakan itu.

Ya, dia di sana, sesosok anak kecil yang tengah berjongkok di bawah tangga. Tubuhnya kecil dengan mata putih yang nampak menakutkan untuk sosok penghuni kecil. Adi menatap anak kecil itu horor, ia tampak tak sanggup dan akhirnya berlari kecang. Namun, saat ia menoleh sosok itu juga ikut mengejarnya. Seolah sedang bermain kejar-kejaran.

Si hantu kecil berlari sambil menengadahkan tangannya seperti meminta permen. Tanpa sadar, ia berlari hingga ke area basement.

Basement itu tampak remang-remang dan tampak hanya ada beberapa sepeda motor di sana, termasuk milik Adi. Ia menoleh ke belakang sambil tetap berlari menuju sepeda motornya. Tampak para adik-adik kecil itu juga ada di sana, namun mereka berhenti di pintu masuk basement.

Peluh membasahi tubuh Adi bahkan dadanya juga terasa sakit karena terus berlari, hingga akhirnya ia memutuskan untuk berhenti sejenak. Diambilnya nafas dalam-dalam kemudian dihembuskan perlahan. Adi menenangkan dirinya. Namun, sepertinya ia lupa sedang ada di mana sekarang.

Basement yang terkenal akan penghuni yang tak kalah seram dari si mbak dan si adik. Di sana ada sosok yang mengawasinya dari balik temaramnya area basement. Sosok tinggi, hitam, dan besar tengah menatap Adi dengan tatapan yang tak terbaca.

Mata merahnya menelusuri pemuda yang masih kelelahan itu dengan gigi taringnya mencuat keluar, menandakan betapa menakutkannya ia. Tanpa sadar bulu kuduk Adi kembali meremang, ia merasakan hawa negatif tengah mengawasinya. Semakin lama-ia dapat merasakan sosok itu mendekat. Bahkan ia mulai mencium bau anyir yang entah dari mana asalnya

"Ampuni saya Mbaurekso wahai penguasa besar. Saya cuma mau pulang ke rumah dan istirahat. Tolong jangan ganggu saya," pintanya pada sosok yang mengawasinya itu.

Blar...blar...

Suara petir menyambar-nyambar dengan angin dan hujan yang semakin kencang. Suasana basement yang sudah menakutkan semakin lebih menakutkan. Bahkan Adi sudah tak sanggup menahan tangisnya. Pemuda itu mulai menangis ketakutan bahkan kencing di celana.

Sementara, si Mbaurekso masih mengawasinya namun semakin dekat dengannya. Mata merahnya tampak semakin menakutkan bila dilihat secara langsung.

Seet...

Sebuah rambut gimbal panjang menyentuh kulit wajah Adi yang sedang memejamkan mata ketakutan. Wajahnya yang basah dengan air matapun semakin pucat pasi. Ia tahu rambut siapa itu, bukan manusia tapi si penguasa besar di sana. Perlahan ia mendongak ke atas dan di sanalah wajah Mbaurekso yang menatapnya culas.

"A-ampun...a-ampun..."

Mbaurekso hanya menatapnya lurus tanpa menggubris Adi yang sudah ketakutan setengah mati. Wajah keduanya yang hanya sejengkal itu membuat pemuda itu tak kuasa menahan tangis. Tubuhnya yang sudah lemas pun semakin lemas. Sosok di hidapannya sangat menakutkan, apalagi gigi-gigi besarnya yang bisa mengucah dirinya dengan mudah.

"Huhuhu ampuni saya. Saya mau pulang, saya mohon lepaskan saya," pintanya sambil menangkupkan tangannya pada Mbaurekso.

"K-ka-kau, kekeke, s-sa-sa-lahmu dh-dhe-we," ucap Mbaurekso sebelum akhirnya tertawa terbahak-bahak.

Mendengar suara tawa yang menggelegar dan bau anyir yang semakin menguar, Adi sudah tak sanggup lagi menahan dirinya. Seketika itu juga, tubuhnya limbung dan tak sadarkan diri.

Bikin Merinding, Aktivitas Penghuni Malam di UPN Veteran Yogyakarta

Sobat Zona pernah ngalamin kaya Adi nggak? Sharing sama Sans yuk! Oh iya, kira-kira kampus mana lagi nih yang harus Sans kunjungi untuk menceritakan kisah horor selanjutnya? Tulis di komentar ya.

Baca Juga: Si Cantik Fitri, Penunggu Ruang CLDS Fakultas Hukum UII

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150