zonamahasiswa.id - Halo, Sobat Zona. Setelah jalan-jalan ke kampus di Jawa Tengah, Jogja, dan Jawa Timur, akhirnya Sans memutuskan untuk pindah ke Jakarta nih. Katanya di sini banyak banget kampus dengan cerita horor dan bahkan sudah melegenda alias jadi urban legend-nya.
Siapa sih yang nggak kenal Universitas Indonesia (UI)? Salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia dan sekaligus paling tua ini sudah tersohor di segala aspek mulai dari pendidikan, kualitas, bahkan kisah horornya pun.
Berdiri tahun 1949 di atas lahan seluas kurang lebih 320 hektar, lingkungan Universitar Indonesia sebagian besar dikelilingi oleh pepohonan rimbun serta masih alami. Sehingga menciptakan kesan misterius dan mengerikan.
Menurut cerita para alumnus dan juga warga kampusnya, hampir di setiap sudut UI memiliki cerita mistisnya sendiri. Salah satunya adalah arwah penasaran dari mahasiswi UI yang terkenal dengan julukan "Hantu Si Merah".
Konon, hantu berkebaya merah ini sering terlihat di antara foto para wisudawan di Balairung UI. Berdasarkan cerita yang beredar, ia merupakan mahasiswi Fakultas Teknik yang meninggal karena kecelakaan saat akan menghadiri prosesi wisuda kala itu dan memang menggunakan kebaya merah. Hantu Si Merah ini sering berkeliaran di gedung pusat administrasi alias Gedung Rektorat UI.
Biar nggak semakin penasaran dengan cerita arwah penasaran mahasiswi di UI ini, yuk langsung saja Sans mulai ceritanya. Tapi sebelum itu, jangan lupa untuk nyalakan mode horornya dan matikan lampu supaya lebih seru! Selamat membaca.
Tiin...tiiinn
"Woy, santai aja dong! Noh, jalan masih luas" umpat Ares sedikit emosi dengan mobil yang nyelonong hampir menyerempetnya.
"Sabar, Res, sabar. Pagi-pagi udah naik darah lu," kata Aim sambil jalan tergesa-gesa menuju Balairung.
Oh iya, sebelumnya kenalin mereka adalah Ibrahim alias Aim. Cowok keturunan Palestina yang agak gesrek. Ada Ares dan Reino asli Betawi, Keyla si Cindo alias Cina-Indo Pekanbaru yang loyal kebangetan, Sarah dan Dea yang geulis pisan euy. Udah ketebak kan mereka berdua dari mana? Yup, benar asal Bandung.
Oke. Lanjut.
Pagi ini cuaca cukup terik di kampus tercinta kami, Universitas Indonesia. Meskipun begitu nggak melunturkan pancaran raut bahagia di wajah ratusan calon wisudawan di sini.
Euforia setelah gila karena dospem dan ratusan kertas revisian skripsi bikin miskin mahasiswa, sudah tergantikan dengan satu hari yang sangat memorable.
"Buruan, bentar lagi kita mulai wisuda anj***," Dea juga langsung menyeret lengan Keyla yang jalannya lambat karena kebayanya.
"Sia*an lu, De. Udah tau gua ribet pakai kain sama heels. Main nyeret aja lu," ujar Keyla sambil mendumal dan berjalan tertatih menuju lokasi wisuda.
Lalu, keenam sahabat itu sudah duduk di kursi masing-masing sesuai fakultasnya. Dengan khidmat mengikuti prosesi wisuda.
"Eh, gua jadi ingat sesuatu deh gegara lihat kebaya lu warnanya merah," kata Ares kepada Sarah yang duduk di sebelahnya sambil mengipasi wajahnya.
"Hah? Ingat apa?" giliran Reino si yang paling kepo nyamber aja.
"Oh, jangan bilang lu nggak ngerti cerita Si Merah di sini. Wah, parah sih udah empat tahun jadi mahasiswa di sini masa nggak tahu? Udah jadi urban legend malah cong," kata Ares menggebu-gebu.
"Emang apaan sih? Jujur gua kaga ngerti saking banyaknya mitos-mitos di sini. Bye," kata Sarah dengan raut penasarannya.
Tapi, pembicaraan mereka terputus karena Rektor Univeristas Indonesia menyampaikan sambutannya.
"Dengan begitu, saya ucapkan selamat kepada seluruh Wisudawan dan Wisudawati yang telah berhasil menempuh pendidikan di kampus tercinta ini. Semoga ilmu kalian bisa bermanfaat dan berguna bagi seluruh masyarakat Indonesia. Semoga bisa amanah dengan apa yang dipegang nantinya dan mampu mengharumkan nama baik kampus," pungkas beliau.
"Alhamdulillah Ya Allah. Nggak rugi gua jadi Bang Toyib pergi pagi pulang pagi. Ngopi udah kayak candu, makan cuma pecel lele warung tenda yang nikmatnya naudzubillah," ujar Aim sambil menepuk dadanya bangga.
Kemudian, mereka berenam foto bersama di tengah riuhnya para wisudawan yang juga turut mengabadikan momen dengan toga kebanggaannya.
"Geseran dikit dong," kata Dea sambil menoleh ke Reino.
"Sekarang coba nggak usah pakai toga biar aura kegantengan gua keliahatan pas pakai jas Armani ini," seloroh Aim yang bikin kelima temannya berdecak kesal.
Setelah berfoto-foto, mereka keluar gedung dan berjalan ke arah sudut gedung yang sedikit sepi. Tujuannya sih nyari udara karena di dalam sesak penuh orang.
Di sisi lain, Sarah kembali membuka obrolan terkait kabaya merah yang tadi Ares bicarakan.
"Btw, gua masih penasaran deh sama omongan lu tadi, Res. Emang kebaya ini kenapa dah?" tanyanya.
"Elah, masih aja ingat," sahut Reino.
"Gua dengar dari cerita kating-kating katanya sih ada hantu kebaya merah. Semacam arwah penasaran gitu. Dia persis kaya lu gini, make kebaya merah di wisudaan," kata Ares.
"Yang bener lu? Mitos kali," kata Keyla mengelak. Cewek ini memang nggak percayaan sama hal-hal ghaib seperti itu.
"Yee, dibilangin juga gua kan tadi ngomong 'katanya'. Serah lu mau percaya apa kaga," ujar Ares sedikit dongkol.
"Lah, kok bisa sih? Emang ceritanya gimana deh kok 'si mbak' itu bisa gentayangan di sini?" tanya Aim yang sedari tadi menyimak sambil merinding.
"Gua kurang paham sih Im jelasnya gimana. Soalnya emang nggak ada yang tahu identitas aslinya. Rumornya doi mahasiswi Fakultas Teknik terus kecelakaan pas mau berangkat wisuda ke sini dan sering gentayangan di antara wisudawan di Balairung. Lu tahu arwah penasaran kan? Ya kaya gitu tuh," kata Ares.
"Udah lah. Jangan percaya sama takhayul begituan. Selama kita diam mereka nggak bakal ganggu kok. Lagian dia gentayangan paling juga iri dan nyesal karena nggak bisa ikutan wisuda habis skripsi," kata Keyla diplomatis.
"Kok jadi merinding gua dengarnya. Mana lagi pakai kebaya merah pula," kata Sarah sambil mengusap-usap lengannya.
Setelah itu, mereka pun memutuskan untuk berkeliling ke area kampus untuk mengenang masa-masa menjadi maba. Kemudian, duduk di salah satu bangku di dekat pepohonan rindang.
"Aduh capek banget nih. Jauh banget ya ternyata kita jalannya dan nggak kerasa jam 4 sore aja. Eh, lihat dong fotonya gua cantik banget pasti," kata Dea narsis sambil memijat kakinya yang pegal.
Ketika meng-zoom salah satu foto, ia melihat sesuatu yang janggal. Samar-samar terlihat sosok perempuan cantik sendirian di pojok belakang gedung, pakai kebaya merah. Dea penasaran dan akhirnya mencerahkan layar hp Reino. Tunggu, tapi kok pakai kebaya merah dan dia wajahnya agak rusak. Jangan-jangan...
"Woi! Ngapain lu dekat-dekat ke layar hp gua?" kata Reino mengageti cewek berkebaya salem itu.
"Sinting lu Rei. Untung nggak jantungan dan mati muda. Bisa-bisa gua gentayangin nyahok lu," Dea kesal dengan cowok di sebelahnya itu.
"Itu siapa sih kok sendirian di pojokan? Macem anak introvert tahu nggak?" tunjuk Kayla mengarah ke sosok perempuan berkebaya merah di foto tersebut.
"Hantu kebaya merah kali," ujar Aim ngasal dan membuat teman-temannya menimpuk dengan map ijazah.
"Ngaco lu. Tiati kalau ngomong. Nanti dia dengar, bisa gawat kita," kata Sarah panik.
"Kok dia mirip sama cewek tadi ya?" ujar Reino yang membuat seluruh pasang mata melotot kaget.
"Anj*r, beneran? Di mana? Jangan bikin gua merinding dong Rei," Dea mencubit lengan Reino.
"Lah ngapain gua bohong sama kalian. Tadi ada yang mirip kayak dia jalan ke arah kuburan bikun," kata Reino sambil menunjuk arah jalan kuburan bis kuning. Karena, memang banyak bis kuning yang nggak terawat dan mangkrak gitu aja.
"Rei, stop. Ssstt, please berhenti," lirih Sarah yang wajahnya pucat pasi sambil telunjuknya di arahkan ke depan bibir. Memberi isyarat untuk berhenti.
Perlahan mereka menoleh ke samping Reino dan langsung saja jantungnya berasa copot, karena melihat sesosok perempuan yang jadi bahan pembicaraan mereka muncul. Dengan riasan bercampur darah dan luka, serta kebaya merah menyala terdapat bercak-bercak kotor.
Sesaat kemudian, ia tersenyum lebar dan terlihat mengerikan.
"Mas, kenapa manggil-manggil saya?" suaranya sangat halus sambil mengulurkan tangannya seperti mau menyentuh Reino.
Keenamnya pun bergegas kabur, namun malah kaki Sarah keseleo hingga terjatuh.
"Tunggu, tolongin gua. Ba*gs*t, kaki gua sakit," Sarah terus berteriak dan Aim pun segera menggendongnya, lalu membawa lari bersama dengan keempat temannya yang lain.
Akan tetapi, Si Merah itu melah mengikuti mereka dengan speed yang cukup cepat. Sehingga keenamnya ikut menambah kecepatan hingga nafas mereka ngos-ngosan. Dirasa sudah jauh, mereka langsung menjatuhkan diri di dekat parkiran kendaraan.
"Ya Tuhan, tadi itu apa? Beneran mbaknya nyamperin kita," kata Reino yang mulutnya langsung dibekap oleh Dea.
"Ternyata beneran makhluk itu gentayangan di sini. Sumpah gua nggak mau lagi macam-macam. Asli dah kapok banget," kata Keyla.
Sedangkan, teman-teman lainnya hanya diam sambil terus menetralkan nafasnya dan memijat kaki Sarah yang keseleo.
Lalu, keenamnya pun segera kembali ke mobil dan pulang keluar dari lingkungan kampus.
Arwah Gentayangan Mahasiswi Wisuda UI
Itulah kisah arwah penasaran yang dikenal dengan Hantu Si Merah dan melegenda di UI hingga saat ini. Tidak ada yang mengetahui identitas dan kronologi asli dari mahasiswa tersebut. Karena, berdasarkan cerita turun-temurun dari kakak tingkat. Entah percaya atau tidak kembali ke pribadi masing-masing.
Ngomong-ngomong ada yang pernah mengalami kejadian serupa nggak nih? Kira-kira Sans harus menceritakan kisah horor kampus mana lagi nih? Masih tetap UI atau lainnya? Beri komentarmu di bawah ya.
Baca Juga: Penampakan Hantu Nenek Tua Berwajah Hancur di STIKOM Surabaya
Komentar
0