Berita

Apakah Benar Plagiarisme Berbahaya Seperti Covid-19? Berikut Penjelasan Rektor Ubaya

Nur Uswatun Khasanah 28 April 2021 | 11:40:20

zonamahasiswa.id - Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), plagiarisme memiliki arti penjiplakan yang melanggar hak cipta. Artinya, saat kita menyadur pemikiran orang lain tanpa mencantumkan sumber, maka itu bisa masuk dalam perilaku plagiarisme.

Baca Juga: Wah! Class Program Meresmikan Official Website untuk Mempermudah Layanan Bagi Penggunanya

Plagiarisme Sangat Berbahaya

Ilustrasi plagiarisme (Foto: Duniadosen)

Perilaku plagiarisme di dunia pendidikan sangat berbahaya dan menular seperti virus Covid-19. Meski demikian, hal ini bisa dicegah dan dihindari dengan menggunakan “vaksin anti virus” berupa teknologi. Hal tersebut disampaikan dosen Fakultas Psikologi dan Direktur Center for Lifelong Learning Universitas Surabaya (Ubaya), Ide Bagus Siaputra.

Ia mengatakan, ada banyak ragam penyimpangan karya ilmiah, dan plagiarisme adalah salah satunya. Baca juga: Cara Daftar Sekolah Tinggi Intelijen Negara, Kuliah Gratis, dan Lulus Jadi CPNS "Penyimpangan lainnya seperti fabrikasi atau menyajikan sesuatu yang tidak ada, falsifikasi atau mengubah untuk menipu, menambah atau mengurangi nama pengarang secara tidak etis, konflik kepentingan, dan publikasi berulang atas satu artikel yang sama atau pengajuan jamak,” tuturnya dalam keterangan tertulis perusahaan teknologi pendeteksi plagiarisme Turnitin kepada Kompas.com.

Secara kebijakan, papar Ide, Indonesia sudah mengambil langkah awal sejak 20 tahun yang lalu dengan menerbitkan Surat Edaran Dirjen Dikti tentang upaya pencegahan tindak plagiarisme.

Ada banyak peraturan yang menyertainya, antara lain UU No 12 tahun 2002 tentang Hak Cipta, UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 17 tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiarisme di perguruan tinggi dan lainnya.

“Dari pengalaman kami mempromosikan integritas akademik di kampus Universitas Surabaya sejak 2012, kami menyadari kesalahpahaman antara penjiplakan, pelanggaran hak cipta dan plagiarisme sering kali menjadi penghalang ketika ingin mengupayakan perbaikan. Kenapa? Karena orang sering salah paham bahwa yang harus kita hindari adalah penjiplakan saja,” tutur peneliti yang telah memperkenalkan AKSARA (Akui, parafraSA, dan integRAsi) sebagai solusi yang dapat dicapai untuk mengurangi pelanggaran akademik ini.

Meski begitu, paparnya, teknologi kini dapat membantu mendeteksi kemiripan naskah secara tekstual sehingga bisa menghasilkan karya yang orisinal. Blended learning dan pentingnya keterampilan digital Di kesempatan yang berbeda, Head of Business Partnerships Southeast Asia untuk Turnitin, Jack Brazel mengatakan pandemi telah mengubah pandangan tentang bagaimana penyelenggaraan pengajaran pendidikan tinggi bisa dilakukan di mana pun.

Baca Juga: Sadis! Dua Mahasiswa Menikam Mahasiswa Lain di Tomohon

Fungsi Pendidikan

Ilustrasi fungsi pendidikan (Foto: Universitasbrawijaya)

Ia mengatakan fungsi pendidikan selain untuk menyampaikan ilmu dan keahlian, juga penting untuk bersosialisasi. Interaksi tatap muka di ruang kelas diperlukan untuk memperkuat pengembangan keterampilan dan nilai umum yang dibawa siswa ke dalam bidang akademik dan penelitian serta kehidupan profesional setelah lulus.

"Ketika pembelajaran kampus dipindahkan ke dunia virtual, pendidik harus menemukan cara untuk memastikan bahwa standar tentang bagaimana tugas dan penilaian dilaksanakan dapat dipertahankan di lingkungan kelas online. Ini termasuk membangun budaya dalam pembelajaran online yang menjunjung tinggi integritas akademik,” katanya.

Jack menambahkan, berbagai institusi pendidikan tinggi membuat rencana tentang bagaimana pembelajaran campuran (blended learning) dapat menjadi bagian permanen dari kurikulum mereka. Ini Strategi UPH Agar transisi ini berhasil, administrator dan pendidik perlu fokus pada dua bidang utama, yaitu mengembangkan modul pembelajaran campuran yang menekankan integritas sebagai inti dari setiap tugas dan penilaian, serta mengintegrasikan solusi teknologi yang tepat untuk mendukung tujuan ini.

“Beberapa universitas di Indonesia menambahkan buku ke Google Classroom dan menambahkan lebih banyak e-Book ke koleksi perpustakaan. Sebuah universitas di Filipina juga menjajaki penggunaan augmented reality (AR), virtual reality (VR) dan robotika dalam kursus kesehatan dan kedokteran untuk meningkatkan pengalaman belajar," paparnya.

Mendukung pendidik dengan pelatihan tentang keterampilan digital adalah penting untuk meningkatkan pengalaman kelas dan menjunjung standar integritas penugasan dan penilaian.

“Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa setiap siswa memiliki akses ke pendidikan berkualitas tinggi dengan memanfaatkan fleksibilitas teknologi untuk memberdayakan pembelajaran mereka, dan mendukung pendidik dalam menyampaikan instruksi dan umpan balik, serta penilaian yang akurat, efisien dan adil,” tuturnya.

Apakah Benar Plagiarisme Berbahaya Seperti Covid-19? Berikut Penjelasan Rektor Ubaya

Sobat Zona itulah berita tentang pernyataan plagiarisme berbahaya seperti Covid-19. Sekaligus penjelasan dari rektor Ubaya.

Untuk tetap update mengenai informasi menarik seputar dunia perkuliahan dan mahasiswa, jangan lupa untuk mengaktifkan notifikasi postingan website zonamahasiswa.id, ya!

Baca Juga: Viral, Mahasiswa ini Pasang Foto Profil Begini, Skripsinya Langsung Di-Acc Dosen, Sobat Zona Mau Coba?

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150