zonamahasiswa.id – Sobat Zona yang Mimin sayangi, pastinya kalian sudah mengenal istilah ‘toxic’, bukan? Nah, ada satu lagi istilah ‘toxic’ yang belakangan ini beredar karena pandemi, yakni Toxic Productivity.
Seperti apakah bentuk dan dampaknya bagi Sobat Zona? Yuk, mengenal toxic yang berbahaya untuk mahasiswa!
Baca Juga: Hal Bodoh yang Sering Dilakukan Manusia Terlalu Baik
Apa Itu Toxic Productivity?
Sebelum masuk ke ciri-cirinya, Mimin jelaskan dulu apa itu Toxic Productivity. Melansir dari Kumparan.com, menurut Dr. Julie Smith, seorang psikolog dari Inggris, toxic productivity adalah sebuah obsesi untuk terus menerus mengembangkan diri dan merasa bersalah jika tidak bisa melakukan banyak hal.
Dr. Smith mengatakan bahwa salah satu sumber tekanan harus menjadi produktif datang dari media sosial. Para pengguna medsos seakan-akan berkompetisi dengan orang lain untuk membagikan kegiatan atau hal baru yang dikerjakan. Tanpa sadar, mereka akhirnya mengukur kelayakan diri berdasarkan produktivitas yang telah dikerjakan.
Sudah memiliki gambaran kan mengenai toxic productivity? Yuk, kita kenali ciri-cirinya!
Bekerja Berlebihan Hingga Membahayakan Kesehatan
Ciri-ciri orang mengalami toxic productivity ialah bekerja berlebihan hingga mengalami gangguan kesehatan, seperti sakit fisik bahkan sampai mengalami stres.
Berdedikasi pada pekerjaan tentu adalah hal yang positif. Namun jika kita bekerja terlalu keras hingga mengabaikan kebutuhan utama sebagai manusia seperti makan, minum, tidur, atau bahkan mandi, maka ini bisa jadi hal yang tidak sehat
Tidak hanya itu, kita juga cenderung mengabaikan hubungan dengan orang-orang di sekitar, seperti keluarga, sahabat, ataupun pasangan. Mereka akan mengeluh bahwa kita terlalu sibuk dan tidak pernah menghabiskan waktu berkualitas bersama.
Baca Juga: Kenali 5 Fakta Kesedihan yang Dirasakan Oleh MABA 2020
Ekspektasi yang Tidak Realistis
Tak sedikit orang-orang yang berharap bahwa tingkat produktivitas mereka akan sama seperti sebelum pandemi Covid-19. Padahal realitanya, banyak kegiatan mahasiswa yang terhambat karena pandemi, seperti tidak bisa masuk kuliah seperti biasa, belum bisa dengan bebas aktif dalam organisasi, dan lain sebagainya.
Hal tersebut menimbulkan keresahan bagi orang-orang yang mengalami toxic productivity. Mereka tidak bisa menyalurkan hal-hal yang mereka anggap akan meningkatkan produktivitas mereka. Perubahan drastis yang terjadi akibat pandemi ini berdampak cukup kuat terhadap kesehatan mental mereka, seperti merasa resah, kalut, bahkan sering mengeluh sakit.
Merasa Kesulitan dan Merasa Bersalah Ketika Beristirahat
Orang yang mengalami toxic productivity mengalami perasaan bersalah yang muncul ketika memutuskan untuk beristirahat setelah seharian penuh bekerja atau berkegiatan. Mereka bahkan merasa gelisah dan hampa jika berlama-lama beristirahat, karena menganggap istirahat adalah hal yang tidak produktif.
Selain itu, mereka juga merasa tidak berguna ketika tidak melakukan atau mengerjakan sesuatu, bahkan cenderung membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain yang dirasa lebih produktif. Padahal mereka sudah mengerjakan banyak hal selama seharian dan sangat membutuhkan istirahat, bukan malah merasa bersalah ketika melakukannya.
Mengenal Toxic Productivity yang Berbahaya untuk Mahasiswa!
Sobat Zona, jangan sampai salah satu dari kalian mengalami yang namanya Toxic Productivity. Produktif yang sehat adalah yang sesuai dengan porsinya. Bukan yang belebihan sampai-sampai lupa istirahat sampai merasa bersalah ketika istirahat setelah melakukan banyak hal.
Mimin sarankan jangan berlomba-lomba dengan orang lain untuk membuat perbandingan siapa yang lebih produktif. Bekerjalah dan beraktivitaslah sesuai dengan kemampuan dan porsi masing-masing, ya!
Jangan lupa untuk mengaktifkan notifikasi postingan website zonamahasiswa.id untuk selalu update tentang informasi seputar dunia perkuliahan dan mahasiswa lainnya!
Baca Juga: Kenali 5 Tipe Mahasiswa Sebelum Ujian, Sobat Zona Tipe yang Mana?
Komentar
0