Berita

Putri Munir Minta Keadilan untuk 20 Tahun Kasus Pembunuhan Abahnya yang Tak Kunjung Usai

Muhammad Fatich Nur Fadli 10 September 2024 | 14:55:58

Zona Mahasiswa - Munir Said Thalib, pejuang hak asasi manusia itu diracun di atas langit Rumania 7 September 2004 silam. Dua dekade kepergiannya memberi rasa kehilangan mendalam yang terasa hingga kini. 

Baca juga: Bongkar Kasus Mafia BBM di NTT, Perwira Polisi Malah Dituduh Karaoke di Jam Dinas dan Kena Demosi ke Papua

Luka itu nyata, terutama bagi seorang anak yang pada akhirnya tidak pernah benar-benar mengenal sosok seorang ayah.

Kasus pembunuhan terhadap aktivis hak asasi manusia (HAM) Munir Said Thalib belum juga terselesaikan setelah 20 tahun menuai polemik.

Putri bungsu Munir, Diva Suukyi Larasati meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuntaskan janji di akhir masa jabatannya.

Diva yang kini berusia 22 tahun mengaku harapannya masih sama. Ia menekankan, Pemerintah bisa memberikan keadilan terhadap kematian Ayahnya.

"Tuntutan saya selalu sama dari dulu, dari saya berumur 2 tahun sampai sekarang umur saya 22 tahun, ya itu adalah selesaikan janji-janji kalian yang kalian omongkan kepada ibu saya dan keluarga saya, bahwa kalian akan menuntaskan kasus Abah saya," kata Diva di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat

Diva menuntut Presiden Jokowi bisa menuntaskan janjinya untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat. Khususnya, kasus yang menimpa sang Ayah, Munir Said Thalib.

"Kalau kalian berani berjanji menelepon korban bahwasanya kami akan menuntaskan, Bapak Joko Widodo, Bapak SBY tolong selesaikan, sampai sekarang belum loh, 20 tahun tuntutan saya sama sampai sekarang, tuntutan ibu saya sama sampai sekarang, berikan keadilan kepada bapak saya, berikan keadilan kepada seluruh warga Indonesia, tunjukan bahwasanya Indonesia mampu menyelesaikan kasus pelanggaran HAM," tegas Diva.

Diva mengaku sangat menyesalkan terhadap Pemerintah yang dinilai abai terhadap kasus pelanggaran HAM.

"Itu saja sih, dari saya mungkin sesingkat ini. Karena saya sudah cukup emosional. Jadi saya nggak mau menangis di depan kamera, terima kasih untuk seluruh warga Indonesia, YLBHI, KontraS, Kasum, Amnesti," papar Diva.

Sementara, peneliti hukum Bivitri Susanti menegaskan, pihaknya akan tetap memperjuangkan hak Munir Said Thalib.

Menurutnya, selama 20 tahun yang belum terselesaikan bukan untuk bersedih, melainkan untuk melanjutkan memperjuangkan hak-hak rakyat, yang telah digagas oleh Munir Said Thalib.

"Bukan untuk kesedihan, tapi untuk melanjutkan, memperjuangkan hak rakyat," pungkasnya.

Seharusnya, Komnas HAM sudah memutuskan ini sebagai kasus pelanggaran HAM berat sejak lama. Semoga saja penundaan yang dilakukan lama tidak berarti menunda keadilan bagi korban.

Selama bertahun-tahun, keluarga kami bersama dengan para aktivis terus mendesak pemerintah untuk transparan dan serius dalam menangani kasus ini. Hilangnya dokumen-dokumen penting terkait penyelidikan menimbulkan kecurigaan dan kemarahan publik, menjadi simbol dari lambatnya penegakan hukum di negeri ini.

Meskipun sudah berlangsung lama, desakan agar kasus ini diungkap tuntas tidak pernah surut. Berbagai aksi dan kampanye terus dilakukan oleh masyarakat sipil sambil berharap keadilan bisa ditegakkan. Bukan hanya untuk abah, tetapi juga untuk semua korban pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia.

Berbagai upaya telah dilakukan dan kami masih menghadapi kenyataan bahwa keadilan untuk abah belum sepenuhnya tercapai. Namun, sebagai anak, saya merasa penting untuk terus menjaga api perjuangan ini tetap menyala.

Bagi kami, kasus abah bukan hanya tentang keadilan untuk satu orang, tetapi juga tentang harapan untuk perubahan yang lebih besar. Kami berharap melalui perjuangan ini, Indonesia bisa menjadi negara yang lebih adil, di mana hak asasi manusia dihormati dan dilindungi.

Ketika melahirkan saya dan kakak, orang tua kami bermimpi agar ruang demokrasi dan penegakkan HAM di Indonesia menjadi lebih baik. Namun, hari ini kita mengalami kenyataan pahit.

Mendung ketidakadilan boleh terus menggelayuti demokrasi dan penegakan HAM. Namun, kami akan terus berjuang dan bersolidaritas menyalakan lilin semangat perjuangan. Abah mungkin tiada, tetapi abah akan tetap berlipat ganda di jiwa juang kami.

Siapa Saja dan Berapa Anak Mendiang Munir?

Munir meninggalkan seorang istri dan kedua anaknya yang waktu itu masih berusia kecil.

Saat kasus ini kembali mencuat, publik tak hanya mencari tahu tentang Munir, istri hingga anak-anaknya pun menarik perhatian masyarakat, tak jarang mereka merasa penasaran.

Munir diketahui menikah dengan seorang wanita yang juga aktivis HAM bernama Suciwati pada tahun 1996. Dari pernikahan tersebut keduanya dikaruniai masing-masing satu anak laki-laki dan satu anak perempuan. Kedua anaknya bernama Alif Allende dan Diva Suukyi Larasati.

  1. Alif Allende – Alif adalah anak pertama Munir dan Suciwati. Namanya diambil dari Alif, huruf pertama dalam alfabet Arab, dan Allende, yang merujuk pada Salvador Allende, seorang presiden sosialis Chili yang terkenal.
  2. Diva Suukyi Larasati – Diva adalah anak kedua Munir dan Suciwati. Namanya terinspirasi dari Aung San Suu Kyi, aktivis politik dari Myanmar yang berjuang untuk demokrasi.

Setelah kepergian Munir pada tahun 2004, keluarganya, termasuk anak-anaknya, tetap melanjutkan perjuangan untuk keadilan atas kasus kematian Munir, serta berupaya mempertahankan semangatnya dalam memperjuangkan hak asasi manusia di Indonesia.

Putri Munir Minta Keadilan untuk 20 Tahun Kasus Pembunuhan Abahnya yang Tak Kunjung Usai

Meneruskan Perjuangan Sang Ayah

Setelah kematian Munir, Suciwati bersama kedua anaknya berjuang keras untuk menuntut keadilan dan mengungkap kebenaran atas kasus yang menimpa suaminya. Alif dan Diva tumbuh besar dengan mengenal ayah mereka sebagai sosok yang tidak pernah takut melawan ketidakadilan. Mereka juga mengerti bahwa nama mereka memiliki makna perjuangan dan tanggung jawab besar untuk meneruskan apa yang sudah dimulai oleh ayah mereka.

Walaupun masih muda, keduanya sudah menunjukkan dukungan terhadap gerakan keadilan yang diperjuangkan oleh keluarga mereka. Dalam berbagai kesempatan, mereka hadir mendampingi ibu mereka dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pencarian keadilan atas kematian Munir, seperti seminar, diskusi, dan kampanye-kampanye publik. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa perjuangan ini bukan hanya milik Suciwati seorang, tetapi juga keluarga besarnya.

Semangat yang Tak Padam

Hingga saat ini, Suciwati dan anak-anaknya terus berusaha agar kasus Munir tidak dilupakan. Mereka aktif dalam berbagai gerakan untuk menuntut pertanggungjawaban dari pihak-pihak yang terlibat dalam kasus ini, serta berjuang agar hal serupa tidak terjadi lagi di masa depan.

Meski kehadiran fisik Munir sudah tidak ada, semangat dan nilai-nilai yang ditanamkan olehnya tetap hidup dalam diri keluarganya, terutama kedua anaknya, Alif dan Diva. Mereka tumbuh besar dengan mengenal sosok ayah sebagai seorang pejuang yang berani dan penuh kasih sayang terhadap sesama. Hal ini menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk tetap berdiri di garis depan dalam melawan ketidakadilan.

Kisah hidup dan semangat keluarga Munir Said Thalib, khususnya kedua anaknya, adalah pengingat bagi kita semua bahwa perjuangan untuk hak asasi manusia tidak mengenal kata akhir. Dengan harapan, keberanian, dan keteguhan, mereka terus meneruskan warisan mulia sang pejuang HAM ini.

Putri Munir Minta Keadilan untuk 20 Tahun Kasus Pembunuhan Abahnya yang Tak Kunjung Usai

Alif Allende dan Diva Suukyi Larasati adalah bukti nyata bahwa meski Munir telah tiada, semangat perjuangannya tetap hidup dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Mereka membawa nama yang sarat akan makna perjuangan dan nilai-nilai kemanusiaan, dan dengan dukungan Suciwati, mereka tetap teguh untuk melanjutkan jejak sang ayah tercinta. Warisan perjuangan Munir tak akan pernah padam, karena anak-anaknya akan terus membawa semangat itu di dalam hati dan tindakan mereka.

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti berita seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan, serta aktifkan selalu notifikasinya.

Baca juga: Anggota DPRD Jateng Termuda Ternyata Jarang Masuk Kuliah dan Nugas Pakai AI

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150