Berita

Kisah Mahasiswa Jalani Beasiswa di Belgia dan Dapat Uang Saku Rp19,8 Juta

Zahrah Thaybah M 17 Oktober 2021 | 11:28:47

zonamahasiswa.id - Berkesempatan untuk melanjutkan studi di Eropa merupakan hal yang paling membanggakan. Apalagi termasuk ke dalam daftar mahasiswa penerima beasiswa. Seperti halnya Hafsah Amalia, mahasiswa yang mengambil master jurusan Bioinformatika, Hasselt University, Belgia.

Sebagai informasi, Hasselt University memiliki lebih dari 7 fakultas, 4 lembaga penelitian, dan 3 pusat penelitian. 15 persen dari 6.500 mahasiswa di sana merupakan mahasiswa internasional. Lalu, menurut U-Multirank 2019, perguruan tinggi ini termasuk dalam 10 persen universitas terbaik di dunia.

Baca Juga: Keren Parah! Mahasiswi Ini Membagikan Kisahnya Lolos 6 PTN Sekaligus

Program Beasiswa dari Pemerintah Belgia

https://www.youtube.com/watch?v=8GMFB3wYrlQ

Melalui program Langkah di Tempat Rantau (LDR) pada channel YouTube CXO Media, Hafshah menjelaskan tentang jurusan berikut program studinya.

"Bioinformatics adalah ilmu yang mempelajari tentang ilmu biologi, statistik, dan menghasilkan informasi. Ya, singkatnya sih seperti itu ya," ungkapnya.

Hafshah mendapatkan beasiswa VLIR-UOS dari pemerintah Belgia yang ditujukan bagi 31 negara berkembang di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Tujuannya membantu negara berkembang terutama dalam bidang riset. Kemudian, juga ada dua program beasiswa yang ditawarkan, yaitu short courses/training dan S2.

Dari beasiswa tersebut Hafsah mendapatkan uang sebesar 1.150 Euro atau kurang lebih sebesar Rp19,8 juta per bulan. Menurutnya, uang saku itu lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan bulanannya.

Tidak Perlu Kerja Part-Time

10 Pilihan Part Time untuk Mahasiswa. Kalau Kayak Gini, Nggak Bakal Bokek  Lagi Tiap Bulannya!
Ilustrasi kerja part-time (Foto: Hipwee)

Ia pun mengaku tak perlu kerja part-time agar bisa mendapat uang saku lebih. Akan tetapi, part-time di Belgia bayarannya cukup menggiurkan bagi para mahasiswa internasional.

"Tapi kalau emang mau kerja part-time di sini juga bisa. Biasanya mereka, teman-teman aku sih kerja part-time itu pas summer (musim panas). Terus kerjaannya juga macam-macam," ujar Hafsah Amalia.

Part-time yang dilakukan para mahasiswa, terutama teman-temannya saat musim panas antara lain menjadi tukang cuci piring di restoran. Bisa juga pemetik buah apel atau pir, mengingat banyak kebun apel dan pir di Belgia. Lalu, ada juga yang menjadi cleaning service.

"Bisa juga lap-lap di kantor atau di kampus, atau juga gosokkin toilet," katanya.

Bayaran per jamnya juga bermacam-macam, tergantung dari tingkat kesulitan pekerjaan. Apabila menjadi cleaning service kantor, bayarannya bisa 8 Euro (sekitar Rp130 ribu) per jam. Sedangkan, jika menggosok toilet bisa mencapai 15 Euro (sekitar Rp245 ribu), karena tingkat kesulitannya lebih tinggi.

"Dan sehari kita kerja 4 jam. Kan lumayan banget ya, buat nambah-nambah uang saku," ucap Hafsah.

Baca Juga: Cerita Menarik Sharon, Jadi Menteri BUMN Sehari Gantikan Erick Thohir

Belgia dan Segala Keunikannya

Belgia Larang Kunjungan ke Wilayah di Eropa yang Masuk Zona Merah Covid-19
Ilustrasi suasana di Belgia (Foto: Travel Kompas)

Saat ini, Hafsah Amalia tinggal di sebuah kota kecil bernama Hasselt. Penduduknya pun tak terlalu banyak, namun uniknya jarak antar rumah sangat berjauhan. Bahkan ia pun bertetangga dengan hewan, seperti kuda. Karena, penduduknya memelihara kuda untuk pribadi.

Kemudian, ia mengungkap perbedaan aktivitasnya di Belgia sebelum dan saat pandemi berlangsung. Dulu, biasanya bersepeda ke kampus, lantaran jaraknya dari rumah sangat dekat, sekitar 10 menit jika naik bus. Akan tetapi, tinggal di kota kecil membuatnya cukup kesulitan mencari transportasi umum.

Pada hari biasa, bus datang setiap satu jam sekali. Sedangkan di akhir pekan, ia harus menunggu bus empat jam sekali untuk melintasi daerahnya. Selain itu, fakta unik dari Belgia adalah toko-toko tutup pada hari Minggu, karena mereka menghargai waktu.

Lalu, perkuliahan full online karena pandemi. Sehingga, keluar rumah hanya untuk keperluan laundry atau belanja kebutuhan sehari-hari. Selain itu, mudah untuk menemukan toko yang menjual makanan halal, seperti di dekat tempat tinggalnya.

Sebagai anak rantau, terkadang Hafshah merindukan jajanan pinggir jalan seperti di Asia.

"Terus misalnya lagi rindu Tanah Air. Misalnya sama teman-teman Indonesia kita juga sering kumpul-kumpul nih buat masak rendang atau masak cilok sih biasanya gitu yang gampang," tuturnya.

Hafshah begitu mendapat banyak pengalaman selama kurang lebih satu tahun tinggal di Belgia. Lalu, juga membuatnya semakin mandiri karena orang Indonesia pun tidak terlalu banyak.

"Ini bagian dari proses pendewasaan sih menurut aku. Ya, aku bersyukur sih, aku bisa pergi ke sini, gitu," ucapnya.

Kisah Mahasiswa Jalani Beasiswa di Belgia dan Dapat Uang Saku Rp19,8 Juta

Itulah ulasan mengenai kisah Hafshah Amalia, mahasiswa Indonesia yang mendapatkan beasiswa di Belgia. Begitu banyak pengalaman dan keunikan yang ia rasakan dari negeri tersebut. Ada yang mau menyusul jejak Hafshah ke sana juga?

Semoga ulasan ini bermanfaat bagi Sobat Zona. Jangan lupa untuk terus mengikuti informasi seputar mahasiswa dan dunia perkuliahan serta aktifkan notifikasinya ya. Sampai jumpa.

Baca Juga: Mahasiswi Ini Ungkapkan Beratnya Kuliah di UI, Kamu Nggak Akan Kuat Biar Dia Aja

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150