Pilihan Editor

Kepentok Cinta Mas Ketua BEM 2

Zahrah Thaybah M 18 Juni 2021 | 21:43:21

Yaampun kenapa ganteng banget sih. Aku menggumam dalam hati masih terpesona dengan ketampanan pria itu. Kalau kata di Wattpad parasnya mirip Dewa Yunani.

“Astagaaa Anggia sadar, sadar, sadaarr,” ujarku sambil menepuk-nepuk pipiku.

“Kamu kenapa, Gi?” tanya Sans. Gila, gila, gila bisa-bisanya lupa kalau masih ada si kutu kupret satu ini.

“E-eh, hehehe gapapa kok Sans,” kataku sambil mengibas-ngibaskan tangan panik.

Ya gimana nggak panik, kalau ketemu si mas mantan yang sekarang menjelma jadi manusia ciptaan Tuhan yang sempurna kayak gini.

Tiba-tiba ada suara melengking sekaligus membentak dari mbak-mbak dengan muka garangnya.

Sontak kami bertiga pun menoleh ke sumber suara. Hmm, sepertinya dia jadi panitia yang tugasnya marah-marah terus.

“Hei, kalian ngapain masih di sana?!”

“Eits, santai dong mbak nggak usah ngegas gitu juga kali,” Sans main sambar dengan wajah tanpa dosanya.

“Sans! Gila kamu ya. Masa ngebentak kating itu sih. Bisa kena masalah kita,” kataku panik.

“Oh, jadi kalian masih maba udah berani ya sama kating? Udah merasa jadi jagoan, mentang-mentang jadi mahasiswa? Iya?”

Ya Tuhan, ini kenapa jadi makin runyam gini sih? Pokoknya ini gara-gara Sans dengan mulut nyablaknya itu.

“Udah-udah, maklum Ran mereka masih maba. Mending kalian berdua cepat ke pleton masing-masing, karena mau dimulai. Daripada nanti kena hukuman dari panitia yang bertugas,” ujar si pria tampan yang dari tadi menyaksikan sedikit drama ospek pagi ini.

“Ih, tapi kan mereka harusnya kena hukuman karena kurang ajar ke kakak tingkat!” ujar Rania kesal.

Lalu, Sans dan Anggia pun bergegas mencari pletonnya.

“Gi, kamu yakin nggak kenal sama dia? Soalnya aku lihat kok cowok tadi mandang kamu kayak orang yang udah lama kenal. Mana natapnya tajam banget lagi,” kata Sans kepo.

Bukannya apa, tapi Sans merasakan ada sesuatu di antara Anggia dan juga cowok tadi. Bahkan, ia pun juga melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana cara pandang cowok itu ke Anggia dan itu terlihat berbeda. Kayak semacam ada sorot rindu tapi tidak bisa disampaikan.

“Hah? Kenapa Sans?” kata Anggia gelagapan.

Pasalnya, Anggia sendiri tidak bisa fokus setelah bertemu dengan cowok tadi. Errr dia itu sebetulnya kakak kelas di SMP, sekaligus cinta monyetnya. Abimana Bahuwirya Hardiyanta, itulah namanya. Sudah bertahun-tahun tidak bertemu, kira-kira sekitar empat tahun.

Tapi, kenapa sekarang jadi makin tampan gitu sih? Anggia kan jadi takut terjerat pesonanya. Bisa gawat nanti kalau dia ketahuan Sans gagal move on.

Mana Sans itu anaknya kepo, menyebalkan, dan tidak akan diam kalau belum mendapatkan jawaban yang memuaskan. Kenapa Anggia tahu? Karena sudah terlihat dan bahkan daritadi menarik-narik lengan kemeja Anggia sambil terus bertanya siapa cowok itu.

Abimana atau Abi itu cowok pertama yang bikin Anggia jatuh cinta, ya meskipun cinta monyet sih. Awal pertemuan mereka adalah saat Anggia jatuh kepleset di koridor kelas. Betul-betul memalukan dan seratus delapan puluh derajat berbeda dengan yang ada di novel-novel yang pernah dibacanya.

Saat itu, Abi bersama ketiga sahabatnya berjalan di koridor kelas setelah bermain basket sambil bercanda tawa. Tapi, candaan mereka tiba-tiba terhenti karena suara bedebam yang cukup keras disertai rintisan seorang gadis. Anggia terpeleset karena tali sepatunya yang simpulnya lepas.

Lalu, Abi dengan gayanya yang santai dan juga cool membantu Anggia berdiri. Kalimat pertama yang meluncur dari bibirnya saat itu adalah mengatai Anggia gadis ceroboh dan juga menarik di waktu yang sama.

Sejak saat itulah mereka sering bertemu, berkenalan, dan berujung menjalin hubungan walaupun hanya beberapa bulan.

“Ooohh gitu, jadi si Abi itu mantan kamu?” Sans manggut-manggut.

Anggia terpaksa menggali ingatannya tentang Abi yang sudah berhasil terkubur dalam-dalam. Memang dasar Sans jago banget bikin anak orang kembali merana. Daripada

Ibarat pepatah yang pernah Anggia baca di salah satu novel ‘setitik pertemuan, rusak move on sebelanga’. Tapi, tidak apa-apa ia yakin bahwa bisa melewati masa perkuliahan bertemu dengan sang mantan sekaligus cinta monyetnya.

“Gi, Gi, Gi, lihat depan cepetan. Mantan kamu daritadi natap sini terus. Ngeri banget liat matanya kayak ada lasernya gitu,” kata Sans dengan hiperbolanya.

Anggia pun hanya memutar bola matanya malas. “Alay banget sih. Mana mungkin dia ngelihatin ke sini yang ada Rania bisa ngomel panjang lebar. Toh, itu juga masa lalu nggak penting banget buat diinget.”

“Topinya dipake yang bener. Perhatikan arahan panitia yang di depan,” sebuah suara tiba-tiba berada dekat di samping telinga Anggia.

Penasaran bagaimana kelanjutan kisah Anggia? Tunggu kelanjutannya, ya!

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150