Hai, langsung saja ini ceritaku yang punya circle jumlahnya ada 6 orang. Kami termasuk circle yang aktif anggotanya, ada yang ikut organisasi, sibuk kerja, dan kuliah. Tapi ada salah satu anggota yang nggak ikut apa-apa tapi dia sering nerima endorse. Bisa dibilang dia selebgram begitu.

Salah satu anggota dari circle-ku kuliah di Australia, dia di sana nggak nganggur dan milih kerja part time di McDonald’s. Temanku yang satu ini tipe wanita yang independen, meski orang tuanya kaya tapi dia nggak mau bergantung ke mereka.

Singkat cerita, aku pun juga bekerja di salah satu media sekaligus berkuliah. Temanku yang lain juga bekerja sebagai admin di salah satu perusahaan start up. Suatu ketika, temanku yang di Australia ini membuat story Instagram menceritakan kehidupannya di sana. Bagaimana dia bisa diterima kerja meskipun cuma jadi kasir atau cleaning service.

Aku dan temanku bangga melihat dia bisa mencapai keinginannya yakni cari uang sendiri. Tapi di sisi lain temanku yang menerima endorse itu tiba-tiba membuat story Instagram seolah-olah menjawab cerita dari temanku tadi.

Intinya ya cuma ungkapan keirian yang berdalih dengan kata-kata bijak. Akhirnya temanku yang di Australia ini mengirim pesan pada si endorse tadi menanyakan apa maksud dari statusnya. Tapi dia mengelak kalau telah menyindir.

Anehnya gini, kita aja nggak pernah iri sama selebgram itu. Apalagi dia sering di endorse brand ternama, kita pun sebagai temannya sadar kalau setiap orang pasti punya passion dan jalan masing-masing. Entah kenapa dia selalu iri sama temannya yang lain termasuk aku, padahal kalau di lihat-lihat jadi selebgram enak bukan?