zonamahasiswa.id - Halo, Sobat Zona! Akhir-akhir ini Mimin kembali mencium bau-bau kericuhan, demo terjadi dimana-mana karena buntut kekecewaan terhadap KPK. Belum usai masalah tersebut, sudah disusul dengan masalah pak Jokowi tentang The King of Lip Service.
Saat mahasiswa mengeluarkan argumennya, justru dibungkam dengan paksa oleh beberapa oknum atas yang berkuasa. Padahal tanpa kalian sadari yang dibungkam adalah calon agen perubahan, bagaimana jadinya kalau suara mereka dibungkam dan disuruh diam.
Baca Juga: Katanya Wakil Rakyat, Kenapa Suara Kami Saja Tidak Pernah Didengar, Apa Perlu Turun ke Jalan Lagi?
Dikritik Sekali, Dibungkam Beribu-Ribu Kali
Pak, atas dasar hormat dan permintaan maaf izinkan kami para mahasiswa untuk menyuarakan pendapat. Kami ini bukan dari golongan pejabat dan bukan dari golongan penjahat. Namun, kami diberi julukan agen perubahan oleh masyarakat. Kami jauh-jauh datang dari berbagai kampus, untuk berkumpul menjadi satu dan merelakan waktu, tenaga serta pikiran demi mewakili rakyat yang tak tahu apa-apa.
Kami ajak diskusi baik-baik alasannya, selalu tak ada waktu katanya. Janjinya selalu saja meyakinkan, padahal omong kosong akhirnya. Kami sindir lewat media sosial tak sopan, jawabnya. Haruskah kami bertamu sambil membawa bingkisan ke istana negara?
Kalau sudah melakukan unjuk rasa, membawa masa dan menghancurkan sarana barulah mengerahkan pasukan untuk menembakkan gas air mata. Alah sudah basi pak, sudah hafal segala strategi yang bakal dikeluarkan. Andai bapak mau keluar, untuk sekedar menemui dan berdiskusi kami pasti akan sangat senang dan tidak akan melakukan keributan lagi.
Tanggapan Jokowi Soal Kritikan BEM UI
Presiden Jokowi angkat pun angkat bicara mengenai kritikan BEM UI yang menyebutnya The King of Lip Service. Presiden Jokowi mengatakan aksi mahasiswa BEM UI ini merupakan bentuk ekspresi mahasiswa dan ia secara lantang menyatakan universitas tidak perlu menghalangi ekspresi tersebut. Lalu apakah Presiden akan melakukan face to face secara langsung dengan mahasiswa?
“Ini negara demokrasi, jadi ya kritik-kritik itu boleh saja dan universitas tidak perlu menghalangi (mahasiswa) untuk berekspresi,†ujar Jokowi dalam keterangannya.
Tak lupa ia juga mengingatkan bahwasannya dalam mengekspresikan pendapat perlu melihat dari cara penyampaian yang sesuai dengan tata krama dan kesopansantunan. Pak Jokowi mengungkapkan jika kritikan-kritikan terhadapnya sudah ada sejak lama dan telah banyak yang menyebutnya dengan berbagai panggilan, seperti klemar-klemer (lembek), plonga-plongo (linglung), otoriter, bebek lumpuh, bapak bipang sampai baru-baru ini The King of Service.
"Saya kira biasa saja, mungkin mereka sedang belajar mengekspresikan pendapat, tapi yang saat ini penting dalam penanganan Covid-19," tutupnya.
Apakah mahasiswa merasa puas dengan tanggapan bapak presiden atau justru makin memanas dan ingin melangkah ke arah yang lebih jauh nantinya? Mari kita tunggu feedback balik dari mahasiswa.
Dear Pak Presiden, Mahasiswa adalah Agen Perubahan, Jadi Suaranya Jangan Dibungkam
Sobat Zona, itulah tadi opini mahasiswa tentang suara mahasiswa yang dibungkam, padahal mahasiswa adalah agen perubahan.
Untuk tetap update mengenai informasi menarik seputar dunia perkuliahan dan mahasiswa, jangan lupa untuk mengaktifkan notifikasi postingan website zonamahasiswa.id, ya!
Baca Juga: Seandainya Skripsi Tidak Digunakan Sebagai Syarat Kelulusan…
Komentar
0