Berita

Banyak Warga Antusias Ikut Lomba Melamun Sore Hari, Ngelamunin Soal Cinta hingga UMR Jogja

Muhammad Fatich Nur Fadli 20 Agustus 2025 | 16:27:49

Zona Mahasiswa - Lomba-lomba unik memeriahkan bulan kemerdekaan, salah satunya yang paling menarik adalah lomba melamun di Kotagede, Yogyakarta. Ratusan orang dari berbagai daerah berbondong-bondong datang untuk mengadu ketangkasan dalam melamun, sebuah kegiatan yang selama ini sering dianggap buang-buang waktu.

Baca juga: Perempuan di Purwakarta Tewas usai Dapat Ancaman Pembunuhan, Sudah Lapor Polisi tapi Tak Ditanggapi, Netizen: Harusnya Lapor ke Damkar Aja

Berbagai alasan melatarbelakangi antusiasme peserta. Salah satunya adalah Alfina Tri Agustin (25), seorang content creator asal Jakarta. Alfina mengaku mengikuti lomba ini karena merasa cocok dengan kebiasaan melamunnya, terutama di tengah krisis quarter-life crisis yang sedang ia alami.

“Nyari lomba yang cocok buat orang dewasa, eh ketemu lomba ngelamun. Kan makin dewasa makin banyak pikiran, makin banyak kegiatan, jadi susah nyari waktu buat melamun. Nah, di sini malah dikasih lomba khusus buat ngelamun. Ya sudah, aku ikutan,” ujar Alfina.

Alfina, yang lulus dari universitas di Jogja pada tahun 2022, mengaku banyak merenungkan hidupnya. Mulai dari kisah asmaranya, hubungan dengan orang tua, perbandingan Upah Minimum Regional (UMR) Jogja, hingga alasan ia kembali bekerja di kota ini setelah sempat merantau ke Jakarta.

“Kadang mikirin juga kapan bisa keluar dari Jogja. Soalnya kan dulu udah enak-enak kerja di Jakarta, tapi kok balik lagi ke Jogja,” ungkapnya.

Alfina menambahkan, ia memilih kembali ke Jogja karena merasa lelah dengan ritme hidup yang terlalu cepat di Jakarta. Baginya, Jogja menawarkan ketenangan yang sulit ia temukan di Ibu Kota.

Peserta Diskualifikasi Hingga Penilaian Unik

Tak semua peserta berhasil bertahan dalam lamunannya. Ibnu Wahyu Nugroho asal Samigaluh, Kulonprogo, mengaku iseng mengikuti lomba karena penasaran. Namun, ia harus terdiskualifikasi di menit ke-10.

“Ternyata melamun itu kalau enggak terbiasa ya susah, loh. Apalagi bareng-bareng gini. Malah jadi bingung, tadi ngalamun apa, ngalamun kenapa,” kata Ibnu.

Menurut Ibnu, hidupnya terlalu nyaman dan baik-baik saja, sehingga ia tidak memiliki alasan untuk melamun. “Hidupku terlalu enak, jadi enggak ada yang dilamuni. Bingung mau ngalamun apa. Malah mikir kosong,” tambahnya.

Kolaborator penyelenggara dari Tamasya Karsa, Muhammad Primas Trijati, menjelaskan bahwa ide lomba ini terinspirasi dari kompetisi serupa di Jepang. Namun, sistem penilaiannya dibuat berbeda.

“Kalau di Jepang kan pakai detektor jantung, jadi jelas kalau peserta buyar konsentrasinya. Kalau kita manual, lewat ekspresi dan ketahanan mereka menghadapi distraksi. Ada juri psikolog, pegiat slow living, dan beberapa juri bayangan,” jelas Primas.

Para juri bertugas memantau ekspresi peserta. Ketika ada peserta yang terlihat tidak fokus melamun, mereka akan meniup peluit sebagai tanda diskualifikasi.

Ruang untuk Melambat di Tengah Kesibukan

Lomba ini terbagi menjadi babak penyisihan dan final. Peserta harus bertahan melamun selama 60 menit di babak penyisihan untuk bisa melaju ke babak final. Di babak final, 20 peserta terbaik akan memperebutkan tiga kategori pemenang: peserta paling ekspresif, melamun paling lama, dan kostum terbaik.

Panitia juga memberikan berbagai distraksi seperti memutar lagu dengan beragam nuansa untuk menguji ketahanan peserta. Ide dasar lomba ini, menurut Primas, adalah untuk memberikan jeda bagi banyak orang di tengah kesibukan sehari-hari yang serba cepat.

“Di masa sekarang, semua serba cepat. Kita pengen coba bikin ruang untuk melambat. Lewat lomba melamun ini, orang bisa sadar dan sengaja mengambil waktu untuk diam, bengong, atau sekadar membiarkan pikiran melayang,” jelasnya.

Awalnya, penyelenggara hanya menargetkan 20 peserta, namun antusiasme masyarakat begitu tinggi hingga pendaftar mencapai 120 orang. Lomba ini tidak hanya menarik perhatian warga lokal, tetapi juga peserta dari luar daerah seperti Solo dan bahkan Jakarta, menunjukkan daya tarik unik yang ditawarkan oleh acara ini. Lomba melamun ini menjadi bukti bahwa di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, banyak orang merindukan momen untuk berhenti sejenak dan sekadar merenung.

 

Baca juga: Biadab! Seorang Ayah Tiri Pura-pura Jadi 'Bos Mafia', Cabuli Anaknya 20 Kali Lebih

Share:
Tautan berhasil tersalin

Komentar

0

0/150